Sedang Membaca
Tafsir Surah Al-Qariah (Bagian 2)
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Tafsir Surah Al-Qariah (Bagian 2)

وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِۗ

“Dan gunung-gunung akan menjadi seperti bulu yang dihamburkan.”

Ayat ke-5 dari Surah Al-Qariah menggambarkan kekuasaan Allah SWT pada hari kiamat. Allah SWT membandingkan gunung-gunung yang kokoh dan besar dengan bulu yang dihamburkan. Bulu yang dimaksud di sini adalah bulu-bulu yang sangat ringan dan mudah terbang terbawa angin. Ayat ini menunjukkan bahwa pada hari kiamat, kekuatan dan kebesaran Allah SWT akan menghancurkan segala sesuatu yang dianggap kuat dan kokoh di dunia, termasuk gunung-gunung yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan kebesaran.

Ayat ini juga menunjukkan betapa pentingnya manusia untuk merendahkan diri dan menyadari betapa kecil dan lemahnya diri di hadapan Allah SWT. Pada hari kiamat, kekuasaan Allah SWT akan menjadi yang paling besar dan segala sesuatu di dunia akan tunduk pada-Nya. Oleh karena itu, manusia harus selalu mengingat kebesaran dan kekuasaan Allah SWT serta memperbanyak amal shalih untuk memperoleh keberkahan dan perlindungan dari-Nya.

Allah SWT pada hari kiamat yang akan menghancurkan segala sesuatu yang dianggap kuat dan kokoh di dunia, termasuk gunung-gunung yang dianggap sebagai simbol kekuatan dan kebesaran. Ayat ini juga menunjukkan betapa pentingnya manusia untuk merendahkan diri dan menyadari betapa kecil dan lemahnya diri di hadapan Allah SWT serta memperbanyak amal shalih untuk memperoleh keberkahan dan perlindungan dari-Nya.

Baca juga:  Dialog Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam Surah Al-Kahf

 فَاَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهٗۙ فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍۗ

“Maka adapun orang yang timbangan (amal kebaikan)nya berat, maka dia (orang yang beriman) akan memperoleh kehidupan yang tenang dan sejahtera,”

Ayat ini menggambarkan kondisi seseorang pada hari kiamat yang amal kebaikan dan amal buruknya akan ditimbang. Orang yang amal kebaikannya berat, artinya ia memiliki banyak amal kebaikan yang dilakukannya di dunia. Amal kebaikan tersebut bisa berupa shalat, zakat, berbuat baik kepada orang lain, dan sebagainya.

Tafsir ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT akan memberikan ganjaran yang besar bagi orang yang memiliki timbangan amal kebaikan yang berat di hari kiamat. Ganjaran tersebut bisa berupa surga, pahala yang besar, dan keselamatan dari siksa neraka.

Allah SWT akan memberikan ganjaran yang besar bagi orang yang memiliki timbangan amal kebaikan yang berat di hari kiamat. Oleh karena itu, sebagai umat Muslim, kita harus senantiasa melakukan amal kebaikan dan selalu berusaha meningkatkan amalan kita agar nantinya kita dapat memperoleh pahala yang besar di akhirat. Selain itu, tafsir ayat ini juga mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik dan melakukan amal kebaikan tanpa mengharapkan imbalan dari manusia, melainkan hanya mengharapkan keridhaan Allah SWT semata.

Baca juga:  Tafsir Surah al-Fatihah (8): Perbedaan Cara Baca Lafal Malik dan Hikmahnya

Ayat ini bermakna bahwa orang yang beriman dan bertakwa akan mendapatkan kehidupan yang damai dan tenteram. Kehidupan yang tenang dan sejahtera ini tidak hanya berarti mendapatkan kesejahteraan materi, namun lebih dari itu, yakni kesejahteraan batin atau spiritual. Orang yang beriman dan bertakwa akan merasa puas dan tenang dalam hatinya meskipun mereka hidup dalam kesulitan dan kesusahan.

Dalam tafsir ayat ini, Allah SWT memberikan jaminan bahwa kehidupan yang tenang dan sejahtera ini akan diperoleh oleh orang yang beriman dan bertakwa. Mereka tidak perlu merasa khawatir atau takut dalam menghadapi hidup, karena mereka yakin bahwa Allah SWT akan senantiasa melindungi dan membimbing mereka.

Selain itu, tafsir ayat ini juga mengajarkan kita untuk senantiasa beriman dan bertakwa. Dengan beriman dan bertakwa, kita akan mendapatkan kehidupan yang tenang dan sejahtera di dunia dan akhirat. Kita juga akan selalu merasa puas dan tenang dalam hati, sekalipun hidup dalam kesulitan dan kesusahan.

Dari referensi-referensi di atas, dapat disimpulkan bahwa ayat فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍۗ mengajarkan kita untuk beriman dan bertakwa. Dengan beriman dan bertakwa, kita akan mendapatkan kehidupan yang tenang dan sejahtera di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, sebagai umat Muslim, kita harus senantiasa mengembangkan iman dan takwa kita serta selalu berusaha untuk mengikuti ajaran Islam dalam menjalani kehidupan. Dengan begitu, kita akan memperoleh kehidupan yang tenang dan sejahtera, baik di dunia maupun di akhirat.

Baca juga:  Duka Al-Razi di Ujung Surat Yunus

 

Sumber:

Tafsir Al-Quran Al-Karim oleh Ibnu Katsir.

Tafsir Al-Quran Al-Misbah oleh M. Quraish Shihab.

Tafsir Al-Quran Al-Majid oleh Syekh Muhammad Al-Amin Al-Syinqiti.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top