Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Orang yang melakukan salat malam di bulan Ramadan karena iman dan mengharap rida-Nya maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (Muttafaq ‘alaih. Bulugh l-Maram, Imam al-Hafidz Ibn Hajar al-‘Asqalany, h. 395, Pembahasan tentang Iktikaf dan Shalat Malam Ramadhan, Hadis nomor. 561)
Aisyah r.a. berkata, “Apabila Rasulullah Saw telah memasuki sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan, beliau mengencangkan kain sarungnya (bersungguh-sungguh beribadah), menghidupkan malamnya (salat malam), dan membangunkan keluarganya untuk beribadah.” (Muttafaq ‘alaih. Bulugh l-Maram, Imam al-Hafidz Ibn Hajar Al-‘Asqalany, h. 396, Pembahasan tentang Iktikaf dan Shalat Malam Ramadhan, Hadits nomor. 562).
Dari Aisyah r.a. bahwa Nabi Saw selalu beriktikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan hingga beliau wafat, kemudian istri-istri beliau beriktikaf sepeninggalnya. (Muttafaq ‘alaih. Bulughul Maram, Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalany, h. 396, Pembahasan tentang Iktikaf dan Shalat Malam Ramadhan, Hadis nomor. 563).
Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bila hendak beriktikaf, beliau shalat subuh, kemudian masuk ke tempat iktikafnya. (Muttafaq ‘Alaih. Bulughul Maram, Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalany, h. 397, Pembahasan tentang Iktikaf dan Shalat Malam Ramadhan, Hadis nomor. 564).
Aisyah r.a berkata, “Rasulullah Saw. pernah memasukkan kepalanya ke dalam rumah—dan ketika itu beliau di dalam masjid (karena rumah Nabi Saw. bersatu dengan masjid) dan aku menyisiri rambutnya. Jika beriktikaf, beliau tidak masuk ke rumah, kecuali untuk suatu keperluan.” (Muttafaq ‘Alaih dan redaksinya mengikuti riwayat Bukhari. Bulughul Maram, Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalany, h. 397, Pembahasan tentang Iktikaf dan Shalat Malam Ramadhan, Hadis nomor. 565).
Aisyah r.a. berkata, “Disunnahkan bagi orang yang beriktikaf untuk tidak menjenguk orang sakit, tidak melawat jenazah, tidak menyentuh perempuan, dan tidak juga menciumnya, tidak keluar masjid untuk suatu keperluan kecuali keperluan yang sangat mendesak. Tidak boleh iktikaf kecuali dengan puasa, dan tidak boleh iktikaf kecuali di masjid jami’.” (Riwayat Abu Dawud. Rawinya kredibel. Menurut pendapat yang kuat, kalimat-kalimat terakhir pada hadis ini adalah mauquf (kalimat tidak boleh iktikaf kecuali dengan puasa, dan tidak boleh iktikaf kecuali di masjid jami. Bulughul Maram, Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalany, h. 398, Pembahasan tentang Iktikaf dan Shalat Malam Ramadhan, Hadis nomor. 566).
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda, “Tidak ada syarat wajib puasa bagi orang yang iktikaf kecuali ia mewajibkan puasa atas dirinya sendiri (puasa nazar).” (Riwayat Al-Daruquthni dan Al-Hakim. Hadis ini mauquf menurut pendapat yang kuat. Bulughul Maram, Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalany, h. 399, Pembahasan tentang Iktikaf dan Shalat Malam Ramadhan, Hadis nomor. 567).
Dari Ibn Umar r.a. bahwa beberapa sahabat Nabi Saw. diperlihatkan malam al-qadr dalam mimpi di tujuh malam terakhir Ramadan. Mengenai hal ini, Rasulullah Saw. bersabda, “Aku melihat bahwa mimpi-mimpi kalian telah bertepatan pada tujuh malam terakhir. Oleh karena itu, orang yang ingin memperoleh Lailatul Qadar, hendaknya ia mencari di tujuh malam terakhir.” (Muttafaq ‘Alaih. Bulughul Maram, Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalany, h. 399, Pembahasan tentang Iktikaf dan Shalat Malam Ramadhan, Hadis nomor. 568).
Dari Muawiyah bin Abu Sufyan r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda tentang malam al-Qadr, “Malam dua puluh tujuh.” (Riwayat Abu Dawud dan menurut pendapat yang kuat ia adalah mauquf. Ada 40 pendapat berbeda tentang penetapannya, dan telah saya (Ibnu Hajar Al-‘Asqalany) Paparkan dalam kitab Fath al-Bari. Bulughul Maram, Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalany, h. 400, Pembahasan tentang Iktikaf dan Shalat Malam Ramadhan, Hadis nomor. 569)
Dari Aisyah r.a. bahwa dia bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku tahu bahwa suatu malam adalah malam al-qadr, apa yang harus aku baca pada malam tersebut?” Beliau bersabda, ‘Bacalah doa, ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau senang memberi ampunan maka ampunilah aku.'” (Riwayat lima imam selain Abu Dawud. Hadis ini sahih menurut Al-Tirmidzi dan Al-Hakim. Bulughul Maram, Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalany, Hal. 400 Pembahasan tentang Iktikaf dan Shalat Malam Ramadhan, Hadis nomor 570)
Dari Abu Sa’id Al-Khudry r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah memaksakan diri melakukan perjalanan kecuali ke tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjid l-Aqsha.” (Muttafaq ‘Alaih. Bulughul Maram, Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalany, Hal. 401 Pembahasan tentang Iktikaf dan Shalat Malam Ramadhan, Hadis nomor 571)
Kini mari kita becermin pada diri sendiri. Bagaimanakah laku iktikaf dan salat malam kita menjelang akhir Ramadan? Adakah hingar-bingar acara televisi masih membenam kekhusyukan kita beribadah? Apakah rutinitas bukber masih lebih mendominasi keseharian kita tinimbang mendaras Alquran? Semoga kita bukan termasuk golongan orang yang hanya sekadar ikut-ikutan berpuasa dan lebih memilih menyemarakkan pusat belanja mencari pakaian lebaran, dan memilih meninggalkan masjid yang kini nampaknya kian mubazir ditinggal jamaah dan tersisa megahnya belaka.