Pada umumnya hikmah atau nasihat-nasihat kebijaksanaan dapat diperoleh dari kisah manusia-manusia saleh, namun Syaikh Ahmad Yasin bin Asymuni merangkum nasihat-nasihat unik dari kisah-kisah fauna yang mempesona dalam sebuah kitab yang bernama Hikayatul Hayawan. Tentu saja hal ini mengingatkan saya atas kisah Nabi Sulaiman yang mampu memahami perkataan hewan-hewan. Satu di antaranya lewat kisah Nabi Sulaiman dan semut.
Singkat cerita, Nabi Sulaiman mendapatkan hikmah tauhid dari keyakinan semut atas makanan yang diberi oleh Nabi Sulaiman. Di dalam kitab Hikayatul Hayawan, terdapat enam bagian kisah panjang tentang keajaiban hewan-hewan dalam memberikan nasihat kepada siapapun yang merenungi kisahnya. Enam kisah tersebut adalah kisah tentang burung-burung, kisah tentang garangan (sejenis musang) dan serigala, kisah tentang burung gagak dan seekor kucing, kisah tentang garangan dan burung gagak, kisah-kisah klasik, dan kisah tentang seekor keledai, sapi, dan pemilik ladang.
Sebuah Kisah yang Terus Bersambung
Satu hal yang menarik dari kitab Hikayatul Hayawan adalah jalinan kisah yang terus bersambung dengan kisah selanjutnya. Hal ini dapat memancing pembaca untuk menuntaskan hingga halaman terakhir untuk mengetahui ending dari ceritanya. Sebut saja pada bagian kisah tentang burung-burung yang dimulai dengan kisah sepasang merak (jantan dan betina). Setelah itu, pasangan merak itu bertemu dengan seekor itik yang meresahkan mimpinya tentang kejahatan para manusia.
Diceritakan bahwa manusia sungguh sangat pandai berpura-pura dan merangkai tipu muslihat. Manusia juga sangat serakah. Belum puas mereka dengan ikan-ikan di lautan, lalu mereka tembaki burung-burung indah di cakrawala. Yang disangka akan memuaskan hasrat mereka, ternyata gading-gading gajah di hutan masih membuat nafsu mereka tergoda. Kisah kembali berlanjut dengan pertemuan antara itik dan seekor anak harimau dan pertemuan-pertemuan menarik lagi selanjutnya.
Ada Banyak Nasihat di Setiap Dialog
Sisi lain yang menarik dari kitab Hikayatul Hayawan adalah kandungan nasihat-nasihat kebijaksanaan dalam dialog tokoh-tokoh hewan di dalamnya. Seperti di dalam kisah antara garangan dan seekor serigala. Dikisahkan bahwa awalnya garangan dan serigala saling membuat sarang bersama-sama untuk dibagi dua, namun lama kelamaan serigala mulai menampilkan sifat kerasnya. Di tengah-tengah ketakcocokan tersebut, garangan mengatakan sebuah pesan kebijaksanaan bahwa adab atau tata krama adalah pekerjaan yang paling mulia. Siapapun yang tidak bisa menjaga adab dalam bersikap, maka ia harus bersiap-siap kehilangan pekerjaan terbaiknya.
Dirangkum dari Kisah 1001 Malam
Kisah-kisah fauna unik yang terdapat dalam kitab Hikayatul Hayawan bersumber dari Kisah 1001 Malam yang ditandai dengan ungkapan “Syahrazad berkata”. Syahrazad sendiri merupakan tokoh utama dalam Kisah 1001 Malam yang sedang berjuang untuk menghindari kematian lewat kisah-kisah unik. Kisah fauna lain yang tak kalah menarik adalah persahabatan yang sejati antara burung gagak dan seekor kucing.
Suatu ketika seekor kucing sedang dalam bahaya karena sedang menjadi incaran macan tutul. Burung gagak dapat dengan mudah lolos karena bisa terbang, sedangkan kucing merasa kebingungan karena tidak bisa terbang. Di sisi lain, berlari pun percuma karena pasti dapat dengan mudah tertangkap oleh si macan tutul. Di tengan kondisi pelik tersebut, ternyata burung gagak tidak menutup mata begitu saja. Meskipun ia sendiri dapat dengan mudah melarikan diri, tapi burung gagak tetap memilih mencari cara agar sahabatnya (kucing) bisa selamat dari kejaran macan tutul.
Akhir kata, membaca Hikayatul Hayawan dapat menjadi pengisi waktu luang yang pas di tengah bulan Ramadan seperti ini. Sembari menunggu waktu berbuka tiba, akan terasa asyik meneguk lautan hikmah dari kisah-kisah menakjubkan para fauna.