Era reformasi, kata beberapa orang, adalah era “serba boleh”. Sejak Habibie hingga Gus Dur menjadi presiden, masyarakat tak segan-segan berdemonstrasi, protes, dan melontarkan kritik terhadap penguasa, pengusaha, atau siapa saja. Tak jarang mereka sampai mencaci maki atau dalam bahasa Jawa disebut madani (berolok-olok) satu sama lain.
Saat berbincang-bincang dengan Presiden Gus Dur, seorang kiai mengeluh mudahnya masyarakat sekarang berbuat begitu.
“Ya ini akibat dari keputusan pemerintah membuat masyarakat madani,” kilah Gus Dur.
(Sumber: Ger-Geran Bersama Gus Dur, Penyunting Hamid Basyaib dan Fajar W. Hermawan, Pustaka Alvabet, 2010)
Tambahan redaksi: Arti sebenarnya dari masyarakat Madani adalah masyarakat beradab, mengacu pada kota Madinah bentukan Nabi Muhammad. Di Indonesia, istilah masyarakat Madani dipopulerkan oleh mendiang Nurcholis Madjid atau Cak Nur, sahabat Gus Dur sesama orang Jombang. Dalam membuat humor, Gus Dur, salah satunya, dengan metode “otak-atik” bahasa, baik plesetan atau mengubah makna seperti kata Madani yang dimaknai dalam bahasa Jawa. Lucu atau kurang lucu? Perlu mikir sih..