Surah al-Fatihah sebagaimana kita tahu adalah surah yang selalu kita baca dalam sholat lima waktu. Surah al-Fatihah memiliki lebih dari dua puluh julukan yang berkembang di antara para ulama tafsir. Di antara seluruh julukan surah al-Fatihah, terdapat lima julukan yang disematkan langsung oleh Rasulullah, yaitu :
Pertama, Fatihah al-Kitab yang bermakna pembuka al-Qur’an. Julukan ini adalah julukan yang paling agung. Dari julukan ini lah nama al-Fatihah diambilkan. Julukan ini memiliki makna bahwa surah al-Fatihah adalah pembuka dari surah-surah yang terdapat dalam al-Qur’an. Setiap pembaca al-Qur’an harus memulai bacaannya dari surah al-Fatihah sebelum melangkah kepada surah-surah al-Qur’an selanjutnya. Rasulullah memuji surah al-Fatihah dengan julukan fatihah al-Kitab dalam sebuah hadis
عن عبادة بن الصامت أن الرسول الله صلى الله عليه و سلم قال لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب
Diriwayatkan dari ‘Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah bersabda “Tidak ada (kesempurnaan) sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihah al-Kitab (dalam sholatnya) ” (HR Bukhari)
Dari hadis ini dapat disimpulkan bahwa julukan Fatihah al-Kitab diperkenalkan langsung oleh Rasulullah kepada para shahabat. Selanjutnya, dari hadis ini juga diambil kesimpulan bahwa surah al-Fatihah diturunkan di kota Makkah. Karena diturunkannya surah al-Fatihah pasti berdekatan dengan perintah menunaikan sholat yang juga diturunkan di kota Makkah. Walhasil, sholat tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban membaca surah al-Fatihah di dalamnya.
Kedua, Ummul Qur’an yang bermakna intisari al-Qur’an. Julukan ini memiliki makna bahwa surah al-Fatihah adalah intisari dari seluruh ajaran yang dibawa oleh al-Qur’an. Di dalamnya tersimpan pujian kepada Allah, perintah untuk beribadah, perintah menjauhi larangan Allah, janji dan ancaman terhadap hambaNya. Rasulullah memuji surah al-Fatihah dengan julukan Ummul Qur’an dalam sebuah hadis
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال من صلى صلاة لم يقرأ فيها بأم القرآن فهي خداج
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda “Barang siapa yang sholat tanpa membaca Ummul Qur’an (dalam sholatnya) maka (sholatnya) kurang sempurna”. (HR.Muslim)
Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa julukan Ummul Qur’an diperkenalkan langsung oleh Rasulullah kepada para shahabat. Ibnu Jarir ath-Thabari mengatakan
“Bangsa arab terbiasa menjuluki Ummu terhadap suatu hal yang paling penting dalam suatu perkara, misal bangsa arab memberikan julukan Ummu ar-Ra’si (intisari kepala) untuk otak manusia. Begitu juga, bangsa arab memberikan julukan al-Ummu terhadap bendera perang karena suatu perang dapat dikatakan berhenti ketika bendera perang dari salah satu pihak jatuh ke tanah terlebih dahulu”. (kitab Tafsir Jami’ al-Bayan karya Ibnu Jarir ath-Thabari hal.107 vol.1 karya cetakan Dar Hijra Kairo tahun 2001)
Ketiga, Sab’ul Matsani yang bermakna tujuh ayat yang diulang-ulang. Julukan ini memiliki makna bahwa surah al-Fatihah adalah tujuh ayat yang sering dibaca umat islam dalam berbagai ibadah. Menurut shahabat Umar bin Khattab julukan ini disematkan karena surah al-Fatihah harus dibaca dalam setiap rakaat sholat. Rasulullah memuji surah al-Fatihah dengan julukan Sab’ul Matsani dalam sebuah hadis
عن أبي سعيد بن المعلى قال رسول الله { الحمد لله رب العالمين } . هي السبع المثاني والقرآن العظيم الذي أوتيته
“Diriwayatkan dari Abu Sa’id bin al-Mu’alla bahwa Rasulullah bersabda “Alhamdu Lillahi Rabbil ‘Alamiin adalah termasuk dari tujuh ayat yang diulang-ulang dan (juga termasuk dari) al-Qur’an yang agung yang diturunkan kepadaku” (HR.Bukhari)
Ibnu ‘Asyur mengatakan “Dalam bahasa arab, lafadz Matsani adalah bentuk plural atau jamak dari lafadz Matsna yang bermakna ganda atau diulangi dua kali. Akan tetapi, bangsa arab juga terbiasa memakai lafadz Matsani untuk setiap perkara yang diulang-ulang terus menerus lebih dari dua kali”. (Kitab Tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir karya Thohir Ibnu ‘Asyur hal.135 cetakan Dar Suhnun Tunisia tahun 1997)
Keempat, ar-Ruqyah yang bermakna jimat atau jampi-jampi. Julukan ini memiliki makna bahwa surah al-Fatihah dapat dijadikan jimat yang dapat diandalkan dalam berbagai situasi genting. Asal-muasal julukan ini bersumber dari kisah unik para shahabat di masa Rasulullah yang dituliskan oleh imam al-Bukhari dalam kitab Shahih al-Bukhari
“Dikisahkan, suatu ketika ada rombongan shahabat Rasulullah yang berada dalam perjalanan. Kemudian mereka singgah di suatu perkampungan dan bertamu kepada penduduk kampung tersebut. Akan tetapi, mereka tidak disambut dengan baik bahkan mereka tidak dihiraukan oleh penduduk kampung.
Kemudian, terdengar kabar bahwa kepala suku perkampungan tersebut tersengat gigitan ular dan belum mampu disembuhkan. Maka, penduduk kampung tersebut meminta kepada para shahabat “Apakah kalian dapat menyembuhkannya?”
“Tentu saja kami mampu menyembuhkannya, demi Allah kami telah meminta jamuan makan kepada kalian tetapi kalian tolak, kami tidak akan menyembuhkannya sebelum kalian memberikan kami hadiah” jawab sebagian shahabat Rasulullah.
Maka, penduduk kampung pun melayani para shahabat bahkan menghidangkan hidangan kambing untuk mereka. Seorang shahabat akhirnya mendekati sang kepala suku yang sedang sakit dan meludahinya seraya membaca “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin”.
Secara tiba-tiba sang kepala suku pun sembuh seperti sedia kala. Kemudian, penduduk kampung memberikan hadiah kepada mereka. Dan akhirnya mereka pun menceritakan kepada Rasulullah terkait kejadian yang mereka alami. Dengan senyum sumringah Rasulullah bersabda: “Bagaimana kalian tahu bahwa surah al-Fatihah adalah jimat”. Kemudian, Rasulullah bersabda “Kalian telah melakukan hal yang tepat, bagilah hadiah yang kalian dapatkan dan berikan kepadaku sebagian darinya” seraya tertawa bahagia. (HR.Bukhari)
Kelima, Asy-Syifa’ yang bermakna obat kesembuhan. Julukan ini memiliki makna bahwa surah al-Fatihah dapat dijadikan dari segala penyakit. Sering kali para ustadz ataupun kyai membaca surah al-Fatihah yang ditiupkan ke dalam air dan diminumkan kepada para santri yang sakit. Ternyata, ini adalah jaminan dari Rasulullah bahwa surah al-Fatihah dapat dijadikan obat bagi segala penyakit. Sebagaimana dalam sebuah hadis
عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ
“Diriwayatkan dari Abdul Malik bin Umair bahwa Rasulullah bersabda “Fatihah al-Kitab adalah obat penyebut dari segala penyakit” (HR.Ad-Darimi)
Walhasil, masih banyak lagi julukan al-Qur’an dalam berbagai kitab tafsir yang disebutkan oleh para ulama. Dari banyaknya julukan ini, kita tentu harus menjadikan surah al-Fatihah sebagai pegangan hidup. Karena makna yang dibawa surah al-Fatihah adalah pengingat akan tujuan dan hakikat kita sebagai seorang hamba Allah yang akan kita bahas pada tulisan selanjutnya.