Sedang Membaca
Mbah Shodiq Kiai Sat-set (6): Santri Kalong dan Muthawwif

Pengasuh Pondok Pesantren Kulon Banon Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah.

Mbah Shodiq Kiai Sat-set (6): Santri Kalong dan Muthawwif

Whatsapp Image 2022 11 29 At 21.59.09

Saya berteman dengan Kang Shodiq Hamzah semenjak 1994 dalam perjalanan menuju Makkah. Saya bukan bagian dari rombongan beliau, namun hampir tiap tahun dahulu menunaikan Haji, nah ketika berangkat bertemu beliau. Saya kagum dengan beliau, orang kok menolong kok seperti itu, jama’ah yang dibawa itu dibimbing, diwarai niate (diajari berbagai macam niat ibadah) selama perjalanan Haji.

Fisik beliau itu lho luar biasa. Kadang 150 orang dibimbing sendirian pada waktu itu. Tampak sekali dalam membawa jama’ah haji bukan bussines oriented (pandangan bisnis).

Terdapat sebuah semboyan di kalangan orang Arab “Khidmatul hujjaj syarafun lana” (melayani orang berhaji adalah hal yang mulia). Nah, mungkin inilah yang menjadi landasan untuk membantu jama’ah menunaikan rukun Islam kelima.

Saya melihat Kang Shodiq lebih intensif pada 1996 karena kamar berdekatan. Beliau tak pernah bergaya seperti guide (pemandu wisata) karena memang memiliki niat yang tulus. Kang Shodiq lebih memposisikan diri sebagai khadim (pelayan).

Beliau ini menghormat dhuyufur rahman (tamu gusti Allah). Kalau diibaratkan menghormati tamu gusti Allah pasti kita senang. Seperti halnya teman kita dijamu pasti kita senang. Begitulah yang saya lihat dari pribadi Kang Shodiq.

Saya sudah akrab dengan beliau, maka saya manggil kang, dengan beliau. Kang ini merupakan sapaan akrab sebagaimana seorang teman ketika di pondok.

Baca juga:  Zainah Anwar, Aktivis dan Feminis Muslim Malaysia

Beliau seorang yang tulus. Kekarepan dewe (kepentingan pribadi) dengan sosial lebih tinggi. Bukan bussines oriented.  Karena ketulusan inilah beliau diberi pertolongan Allah  menjadi kuat, kalau tidak tulus ya buyar (berantakan).

Saya pernah dengar dari teman-teman dari Juwana kalau pengen daftar Haji ya didaftarke dulu, tidak meminta dahulu (uang muka). Karena memang dahulu pengen Haji ya tinggal berangkat Haji begitu saja. (tidak seperti sekarang yang menunggu waiting list).

Menurut saya, Kang Shodiq dalam mengelola Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) non profit. Pun, ada profit tapi tidak menonjol. Bila melihat pembimbing yang lain itu mengeruk untung. Kalau tidak begitu, Mbah Mus (sapaan akrab K.H. Ahmad Mustofa Bisri) juga tidak ikut umroh bareng dengan Kang Shodiq. Karena Mbah Mus tidak semudah itu ikut KBIH.

“Kuatnya tidak merasa malu, dengan cara yang sangat dasar sekali. Jama’ah kalau wudhu itu diwarai (diajari), niat wudhu, niat jama’, rumangsane (prasangka bahwa) kalau orang berangkat Haji itu sudah bisa padahal banyak yang belum. Banyak yang tidak bisa. 90% orang berangkat Haji belum bisa kaifiyyah (tata cara) beribadah,”

Beliau tidak merasa gengsi. Tulusnya di situ. Tidak pandang bulu.

“Monggo-monggo niat nggeh, tidak sekali dua kali Kang Shodiq mengucapkan seperti itu. Tapi saya tiap kali berangkat saya melihat langsung kejadian seperti itu. Ngibadahe ditanggung temenanan (ibadahnya dipantau dengan sungguh-sungguh.)

Baca juga:  Syaikhona Kholil (3): Tentang Modernisme Islam

Seringkali, ada orang pengen berbelanja, ya gantian diantar. Beliau kuat. Ada jama’ah yang ingin thawaf, beliau thawaf lagi. Begitu pula dengan mbalang (melempar) Jumrah. Nah, kejadian seperti inilah yang tak jarang saya lihat.

Kalau dilihat beliau manajemen tukang cukur, dia tidak memakai tim dulu. Tapi secara utuh. Semua hal dikerjakan sendiri. Beliau kuat betul. Single fighter pada waktu itu. Saya bareng beliau 6 kali berangkat Haji.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top