Sedang Membaca
Gus Dur Meledek Orang NU Nonton Bioskop
Hamzah Sahal
Penulis Kolom

Founder Alif.ID. Menulis dua buku humor; Humor Ngaji Kaum Santri (2004) dan Ulama Bercanda Santri Tertawa (2020), dan buku lainnya

Gus Dur Meledek Orang NU Nonton Bioskop

Img 20221221 200234

Kisah Gus Dur nonton bioskop berulang kali diceritakan. Tetapi kita-kita yang muda tidak bosan mendengarnya. Perawi utamanya sahabat Gus Dur, yaitu Gus Mus. Kegemaran Gus Dur menonton film menjadi semacam “dalil” bahwa generasi santri harus nonton film juga, bukan cuma mendengarkan ceramah keagamaan atau baca kitab kuning saja.

Wahai para santri (mohon maaf seperti memberi petuah), jika ditanya apa guna nonton film, jawab saja, “Tuh, Gus Dur juga nonton film, bahkan sejak di Jogja dan kuliah di Mesir.” Itu sudah cukup, tidak perlu cari jawaban lain. Kalau mau agak argumentatif, sampaikan saja, nonton film itu sama seperti orangtua kita dulu, kakek-kakek kita dulu, menonton pertunjukan wayang (dalam buku Kiai Saifuddin Zuhri, santri nonton wayang juga harus “kucing-kucingan” dengan orangtua. Tidak mudahnya jadi santri zaman dulu)

Di dalam pertunjukkan film atau wayang, kita bisa belajar berbagai watak manusia dari berbagai belahan dunia, berbagai kebudayaan, berbagai ras, berbagai agama, berbagai ideologi. Ya, watak manusia itu harus kita pelajari, sebagai mana kita belajar bahasa Arab, fikih, tafsir, dan lain-lain.

Dan di dalam film, atau wayang, adalah jenis seni yang tepat untuk mempelajari watak atau karakter orang dengan mudah dan efisien. Dan nonton film itu ada bonusnya, yaitu kita bisa merasakan senang, sedih, haru-biru, heroisme, tertawa, motivasi, dan lain-lain.

Baca juga:  Kisah Pahit Sayyid Qutb dan Pengikutnya

Menonton film bukan hiburan semata. Kita tahu, keseriusan Gus Dur nonton film sama seriusnya membaca buku atau mendengarkan musik. Ini memang sulit. Tetapi Gus Dur telah melawatinya dengan baik. Hasilnya, Gus Dur jadi juri FFI, menulis esai tentang film, mengulas teater atas naskah drama, dan dapat bergaul dengan para seniman-seniman besar waktu itu. Sayang sekali, hari ini dunia perfilman terkesan hanya dimiliki oleh para sineasnya saja, seakan-akan film dan masyarakat terpisah. Para sineasnya, lebih banyak menganggap masyarakat sebagai penonton saja, sebagi obyek, bukan sebagai manusia budaya.

Tetapi, di sisi lain memang, umat Islam, termasuk kaum santri, tidak terlalu peduli dengan dunia film, curiga, bahkan masih banyak yang menganggapnya bagian dari ketidakseriusan dalam menjalani ajaran agama. Padahal mantan Rais Am PBNU Gus Mus, pernah mengatakan bahwa kaum santri harus dakwah bil film, tidak terlalu bergema. Beliau ingin kaum santri ada yang meneruskan perjuangan Djamaludin Malik, Asrul Sani, dan Usmar Ismail.

Dari situasi seperti itu, wajar jika Gus Dur pernah meledek orang NU masuk bioskop. Cerita Gus Dur itu saya dapat dari wawancaranya di majalah Tempo, 2 Desember 1989 (Ayunk Notonegoro dari Banyuwangi mengiring kliping digital Tempo. Terima kasih). Wawancara itu diturunkan jelang Muktamar NU di Pesantren Krapyak Jogjakarta. Judulnya, “Mereka salah paham terhadap saya.”

Baca juga:  Obituari: Jalaluddin Rakhmad dan Kritik Hadis

Gus Dur ditanya tentang tradisi pesantren, modernitas, dan tema-tema pembaruan NU, dan ide-idenya yang dinilai kontroversi seperti ide “Assalamu’alaikum boleh diganti selamat pagi”, dan lain-lain. Gus Dur mencontohkan orang NU masuk “bioskop”.

Gus Dur ditanya oleh Wahyu Muryadi dari Tempo begini, ”Bagaimana warga NU modern memandang nilai kepatuhan tradisional itu?”

“Ya, tetap saja. Pak Fahmi, dekan di FKM UI, kalau ketemu Kiai Ali Ma’shum ya tetap cium tangan. Tentu ada yang perlu dipertahankan, tapi ada pula yang kurang perlu dipertahankan. Misalnya? Ya, salaman yang nggak ada habis-habisnya itu…he…he.. orang NU masuk bioskop, semua orang yang nonton disalami, pas selesai (salaman), filmnya sudah bubar he…he…he..” jawab Gus Dur dengan nada meledek.

 

21 Desember,

Tambun-Bekasi

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top