Meskipun sudah dikenal semenjak tahun 1000 SM, kopi baru dimanfaatkan secara spesifik pada abad 9 M. Konon, seorang penggembala bernama Kaldi menemukan kambingnya menjadi lebih bersemangat setelah memakan buah kopi. Dia pun mencicipinya lalu menemukan efek serupa.
Legenda lain mengatakan bahwa manfaat kopi pertama kali ditemukan pada tahun 1275 M di kota Mukha, Yaman. Saat itu, seorang darwis diusir dari kota tersebut. Dia kemudian dikejar dan dikepung oleh musuh-musuhnya di sebuah pegunungan.
Dalam keadaan sangat lapar, dia menemukan buah kopi dari semak-semak lalu memakannya. Sebagian dari buah itu kemudian dia rendam dengan air untuk meredakan dahaganya. “Secara tidak sengaja dia menemukan kenikmatan dan nutrisi yang terkandung dalam minuman tersebut.” Tulis Joseph M. Walsh dalam Coffee: Its History, Classification and Description.
Sementara itu, Imam Najmuddin al-Ghazi dalam al-Kawakib al-Sairah bi A’yan al-Mi’ah al-’Asyirah mengatakan bahwa orang pertama yang menjadikan kopi sebagai minuman berkhasiat adalah Syaikh Abu Bakar bin Abdullah al-Aydrus. Beliau membuat racikan kopi dari buah pohon Bun.
Awal mulanya kopi dinikmati dengan cara dibungkus lemak binatang lalu dicampur dengan rempah-rempah. Para penggembala biasa membawa bekal ini ketika mereka sedang bepergian jauh menggembala ternaknya. Lambat laun, biji kopi dipanggang, digiling, dan disajikan dengan cara diseduh seperti yang biasa kita nikmati hari ini.
Sebelum menjadi mesin pengeruk keuntungan, kopi merupakan bagian dari kehidupan keagamaan masyarakat Islam pada abad 14 M. Di Yaman, para sufi meminum Qishr (minuman tradisional yang terbuat dari kulit kopi dengan campuran jahe atau kayu manis) agar tetap terjaga sepanjang malam untuk beribadah.
Khasiat dari minuman berwarna gelap itu beredar luas. Kopi menjadi minuman favorit. Tempat-tempat yang dikenal sebagai “Sekolah untuk Orang Bijaksana” kemudian bermunculan di mana para pedagang dan akademisi dapat bersosialisasi dengan bebas sambil minum kopi.
Syaikh Ali bin Umar, seorang ulama tarekat Syadziliyah kelahiran Yaman bahkan menggubah syair tentang kopi:
قَهْوَةُ الْبُنِّ يَا أَهْلَ الْغَرَامِ، سَاعَدَتْنِي عَلَى طَرْدِ الْمَنَامِ
وَأَعَانَتْنِي بِعَوْنِ اللهِ عَلَى، طَاعَةِ اللهِ وَالْعَالِمُ نِيَامْ
قَافُهَاالْقُوْتُ وَالْهَاءُ الْهُدَى، وَاوُهَا الْوُدُّ وَالْهاَءُ هِيَامْ
لاَ تَلُوْمُوْانِي عَلَى شُرْبِي لَهَا، إِنَّهَاشُرْبُ سَادَاتٍ كِرَامٍ
Artinya:
Wahai orang-orang yang asyik dalam cinta sejati dengan-Nya, kopi membantuku mengusir kantuk.
Dengan pertolongan Allah, kopi menggiatkanku taat beribadah kepada-Nya di kala orang-orang sedang terlelap.
Qahwah atau kopi, huruf qafnya adalah quut (makanan pokok), haknya adalah huda (petunjuk), wawunya adalah wudd (cinta), dan haknya adalah hiyam (pengusir kantuk).
Janganlah kau mencelaku karena aku minum kopi, sebab kopi adalah minuman orang-orang mulia.
Dalam khazanah tasawuf, kopi tidak hanya mendatangkan khasiat anti kantuk namun juga faedah-faedah lain. KH. Muhammad Afif Zuhri dalam Musalsalat al-Ijazat wa al-Shalawat ‘ala Sahibil Mu’jizat menulis bahwa kopi bisa menghindarkan peminumnya dari gangguan-gangguan yang disebabkan oleh manusia maupun jin.
Hal ini didasarkan pada kisah pertemuan Syaikh Ali bin Umar al-Syadzili dengan Balya bin Malkan (nabinya para sufi). Sewaktu beliau hidup, masyarakat di daerah Yaman sering mengalami musibah dan gangguan keamanan yang disebabkan oleh manusia dan jin.
Lalu, pada suatu hari Syaikh Ali bin Umar al-Syadzili bertemu dengan Balya bin Malkan. Dalam pertemuannya itu Balya bin Malkan memberikan dua batang ranting pohon Bun kepadanya seraya berkata: “Wahai Ali bin Umar, tanamlah pohon ini. Nanti, jika suatu saat berbuah, masaklah buahnya. Maka kau akan selamat dari segala kejahatan jin dan manusia.”
Selain itu kopi juga diyakini dapat mengusir penghuni gaib. Habib Abu Bakar bin Abdullah al-‘Attas mengatakan bahwa tempat atau rumah kosong sangat disukai oleh bangsa jin sementara yang sering dijadikan tempat minum kopi, jin tidak betah berada di situ.
Oleh karena itu ada baiknya seseorang rutin mengadakan jamuan kopi di rumah untuk para tamu atau sanak keluarga yang sedang singgah.
Manfaat yang berikutnya disandarkan pada riwayat Sayyid Ahmad bin Ali Bahr al-Qadimi. Pada suatu ketika, beliau bertemu dengan Nabi Muhammad saw dalam keadaan terjaga (dalam tradisi sufisme, bertemu Nabi dalam keadaan terjaga adalah hal yang mungkin terjadi karena mereka percaya orang-orang baik sebenarnya tidaklah meninggal).
Beliau kemudian berkata kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, aku ingin mendengar petuah darimu secara langsung tanpa perantara.” Nabi lantas menjawab: “Aku akan memberikan kepadamu 3 petuah.”
Pertama: “Selama bau biji kopi Bun masih tercium aromanya di mulut seseorang, maka selama itu pula malaikat akan memintakan ampun untuknya.”
Kedua: “Siapa saja yang membawa tasbih untuk berdzikir, maka dia akan dicatat sebagai orang yang berdzikir baik ia sedang menggunakan tasbihnya atau tidak.”
Ketiga: “Siapa saja yang menziarahi seorang wali baik yang masih hidup atau yang telah wafat, maka dirinya mendapat keutamaan pahala orang yang beribadah di setiap sudut bumi.”
Saking pentingnya kedudukan kopi dalam kehidupan keagamaan para sufi, beberapa ulama dan habaib pun menganjurkan kepada para peminum kopi untuk berdzikir terlebih dahulu sebelum meminumnya. Adapun dzikir yang dianjurkan bermacam-macam sesuai ijazah yang diberikan oleh masing-masing guru.
Dalam Musalsalat al-Ijazat wa al-Shalawat ‘ala Sahibil Mu’jizat, selain membaca sholawat dan basmalah, mereka yang meminum kopi juga dianjurkan membaca beberapa bacaan di bawah ini:
- Membaca lafal Ya Qowiyyu sebanyak 116 kali. Hitungan 116 ini diambil lantaran adanya kesesuaian antara lafal قهوه (yang berarti kopi) dan قوىّ (salah satu sifat Allah Swt yang berarti Maha Kuat) ketika dihitung dengan metode Hisabul Jumal. Dengan membacanya, mereka yang meminum kopi diharapkan dapat memperoleh berkah dari sifat Allah “Yang Maha Kuat” sehingga kuat dalam beribadah dan beraktivitas.
- Membaca lafal Ya Qowiyyu Ya Matin sebanyak 100 kali. Dengan membaca lafal ini, mereka yang meminum kopi diharapkan mendapat berkah dari sifat Allah “Yang Maha Kuat dan Maha Teguh”.
- Membaca tartib al-Fatihah milik al-Habib Ahmad bin Ahmad al-Muhdhar sebelum meminum kopi sebagaimana kebiasaan para ulama Saadah ‘Alawiyyin:
الْفَاتِحَةُ لِمَشَايِخِ الْقَهْوَةِ الْبُنِّيّةِ وَالسَّادَةِ الْعَلَوِيَّةِ وَالصُّوْفِيَّةِ وَكُلِّ وَلِيٍّ وَوَلِيَّةٍ وَمَنْ شَرَبَهَا بِنِيَّةِ أَنَّ اللهَ يُصْلِحُ الطَّوِيَّةَ وَيَقْضِي الْحَوَائِجَ الدِّيْنِيَّةَ وَالدُّنْيَوِيَّةَ بِجَاهِ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ أَنْ يُسَهِّلَ الْبُنَيْنَ وَالْعُوَيْنَ، وَيَقْضِي عَنَّا الدَّيْنَ، وَيُصْلِحُ ذَاتَ الْبَيْنِ، بِجَاهِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ وَعِمْرَانَ بْنِ الْحُصَيْنِ وَخَدِيْجَةَ زَوْجَةِ سَيِّدِ الْكَوْنَيْنِ وَاِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، الْفَاتِحَةِ…
Artinya:
Bacaan surat al-Fatihah teruntuk para masyayikh penikmat kopi, para pemimpin Bani ‘Alawi, para sufi dan wali baik laki-laki maupun perempuan, serta kepada siapapun pencinta kopi yang meminum kopi dengan niat agar Allah Swt memperbaiki hatinya, mencukupi hajat agama maupun duniawinya. Dengan kemuliaan Nabi, semoga Allah Swt mempermudah anak-anak dan para pembantu, melunasi hutang dan mendamaikan perselisihan. Dengan kemuliaan Sayyid Hasan dan Husain, Imran bin Hushain, dan Khadijah istri Nabi pemimpin seluruh alam. Teruntuk Nabi Muhammad saw, keluarganya, dan para sahabatnya, al-Fatihah…