Selain sowan, kaum Nahdliyin juga memelihara tradisi cium tangan pada kiai. Dan kalau ada kiai datang, mereka langsung berebut cium tangan. Seperti bunyi slogan iklan biskuit, “sudah tradisi”.
Tak hanya cium tangan, mereka memasukkan uang ke dalam saku atau langsung saat salaman, atau dikenal dengan “salam tempel”. Berapa umumnya uang yang dijadikan salam tempel?
Jumlah rupiahnya kalah penting dibanding keikhlasannya. Yang memberi dua-tiga ratus rupiah diterima saja. Yang memberi ribuan, ok juga. Yang mau kasih puluhan atau ratusan ribu, tidak akan…ditolak.
Saking banyaknya yang bersalam tempel, kadang saku kiai menggembung dipenuhi amplop. Itulah banyak kiai memakai baju koko yang sakunya tiga, atas satu, baju bagian bawah dua..hahaha…
Suatu kali Gus Dur datang ke Madura. Kontan saja, masyarakat pun mengerubutinya. Melihat Gus Dur “dikeroyok” begitu, Banser NU dengan sigap langsung bereaksi mengawalnya secara ketat dan rapat.
Gus Dur malah menggerutu melihat kawalan itu. “Waduh,” celetuknya, “hampir saja saya kaya, tapi malah nggak jadi.”
(Sumber: Ger-Geran Bersama Gus Dur, Penyunting Hamid Basyaib dan Fajar W. Hermawan, Pustaka Alvabet, 2010)