Pengasuh PP. Darul Ulum Karangpandan Pasuruan, Alumni PP Darul Ulum Jombang

Mengenang 62 Tahun Wafat Mbah Romly Tamim

Img 20200409 Wa0026

KH. Muhammad Romly bin Tamim bin Irsyad adalah Penyusun wirid Istighosah yang banyak diamalkan oleh kaum Nahdliyyin. Beliau adalah seorang Mursyid Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, dari Rejoso, Peterongan, Jombang (wafat tahun 1958).

KH. Muhammad Romly Tamim lahir pada tahun 1888 M. di Bangkalan Madura. Sejak kecil, beliau diboyong oleh orang tuanya Kiai Tamim Irsyad ke Jombang. Di masa kecilnya, beliau belajar ilmu dasar-dasar agama dan Al-Qur’an kepada ayahnya sendiri.

Setelah masuk usia dewasa, beliau dikirim orang tuanya belajar ke KH. Kholil di Bangkalan, sebagaimana orang tuanya dahulu belajar ke beliau. Kemudian setelah dirasa cukup belajar ke Kiyai Kholil Bangkalan, beliau mendapat tugas untuk membantu KH. Hasyim Asy’ari mengajarkan ilmu agama di Pesantren Tebuireng, sehingga akhirnya beliau diambil sebagai menantu oleh Kiyai Hasyim yaitu dinikahkan dengan putrinya yang bernama Izzah binti Hasyim pada tahun 1913 M. Namun pernikahan ini tidak berlangsung lama karena terjadi firoq (perceraian).

Setelah firoq tersebut, Mbah Yai Romly, begitu biasa dipanggil, pulang ke rumah orang tuanya, Kiyai Tamim di Rejoso Peterongan. Tak lama kemudian beliau menikahi seorang gadis dari desa Besuk, Mojosongo, Kecamatan Diwek. Gadis yang dinikahi tersebut bernama Maisaroh. Dari pernikahannya dengan Nyai Maisaroh ini, lahir dua orang putra yaitu Ishomuddin Romly (wafat tertembak oleh tentara Belanda, saat masih muda), dan Musta’in Romly. Putra kedua Kiyai Romly yang tersebut terakhir ini kemudian menjadi seorang Kiyai besar yang berwawasan luas. Hal ini terbukti saat beliau menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Darul’Ulum Rejoso, beliau mendirikan sekolah-sekolah umum di dalam pesantren disamping madrasah-madrasah diniyah yang sudah ada. Sekolah-sekolah umum itu di antaranya SMP, SMA, PGA, SPG, SMEA, bahkan juga memasukkan sekolah negeri di dalam pesantren yaitu Madarasah Ibtidaiyah Negeri, MTs Negeri dan MA Negeri. Sekolah-sekolah tersebut masih berjalan hingga sekarang. Di samping menjadi Ketua Umum Jam’iyyah Ahli Thariqoh Mu’tabaroh dan Mursyid Thariqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah pada saat itu, Dr. KH. Musta’in Romly yang kemudian menjadi menantu KH. Abdul Wahab Hasbulloh Tambakberas ini juga merupakan satu-satunya kiyai pertama di Indonesia yang mendirikan sebuah Universitas Islam yang cukup ternama pada saat itu (tahun 1965), yaitu Universitas Darul’Ulum Jombang.

Baca juga:  Habib Usman: Tradisionalisme, Oportunisme, dan Intelektualisme

Kemudian setelah Nyai Maisaroh wafat, Mbah Yai Romly menikah lagi dengan seorang gadis putri KH. Luqman dari Swaru Mojowarno. Gadis itu bernama Khodijah. Dari pernikahannya dengan istri ketiga ini lahir putra-putra beliau yaitu: KH. Ahmad Rifa’iy Romli (wafat tahun 1994), beliau adalah menantu KH. Mahrus Ali Lirboyo, KH. A. Shonhaji Romli (wafat tahun 1992), beliau adalah menantu KH. Ahmad Zaini Sampang, KH. Muhammad Damanhuri Romly (wafat tahun 2001), beliau adalah menantu KH. Zainul Hasan Genggong, KH. Ahmad Dimyati Romly (wafat tahun 2015) beliau menantu KH. Marzuki Langitan), dan KH. A. Tamim Romly, SH, M.Si. (menantu KH. Shohib Bisri Denanyar).

KH. Muhammad Romly Tamim, adalah seorang kiyai yang sangat alim, shabar, pemurah, wara’, faqih, seorang sufi murni, seorang Mursyid Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, dan pengasuh Pondok Pesantren Darul’Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang.
Di antara murid-murid beliau yang terkenal di antaranya ialah al-Mursyid KH. Muhammad Abbas (Buntet Cirebon), al-Mursyid KH. Muhammad Utsman al-Ishaqi (Sawahpuluh Surabaya), al-Mursyid KH. Ahmad Shonhaji (Kebumen), al-Mursyid KH. Muhammad Shiddiq (Kudus), al-Mursyid KH. Muslich (Meranggen Jawa Tengah), al-Mursyid KH. Adlan Ali (Cukir Jombang), KH. Shobiburrohman (Jepara Jateng), KH. Mas’ud atau yg dikenal dengan sebutan Gus Ud, KH. Imron Hamzah, KH. Sholeh Qosim (Sidoarjo), KH. Abdul Karim Thoyib, KH. Djasim Nur, KH. Ma’shum Almubarok (Pasuruan) dan lain sebagainya.

Baca juga:  Gus Dur dan Gus Im: Dari Berebut CD Musik Hingga Menerjemah Buku

Karomah Kiai Romly
Sangat banyak cerita tentang karomah Kiai Romly. Di antaranya ialah ada salah seorang santri yang sempat kurang yakin terhadap Kiai Romly. Sebab santri tersebut berangkat dari rumah punya niat berkhidmah kepada Kiai Romly dengan tujuan agar kehidupan rumah tangganya semakin Makmur, karena selama ini ia hidup serba kekurangan.
Setelah beberapa bulan bahkan hampir setahun berkhidmah kepada Kiai Romly, ternyata kehidupan rumah tangganya tetap saja tak ada perubahan. Rupanya Kiai Romly sudah tau niat, maksud dan tujuan santri tersebut berkhidmah kepadanya. Maka dipanggillah santri tersebut dan beliau dawuh: “Hai Fulan, rupanya kamu belum yakin dan belum ikhlas berkhidmah kepada saya. Sekarang pergilah kamu dengan jalan kaki ke mana saja yang kamu mau, dan jangan kembali legi ke sini sebelum kamu benar-benar yakin dan ikhlas”.
Maka pergilah si santri tersebut dengan jalan kaki ke arah timur. Di tengah perjalanannya itu, setiap ia merasakan lapar atau haus ada saja orang yang menyapanya “kamu santrinya Mbah Romly ya, mari singgah ke rumahku walau sebentar saja”. Kemudian orang tersebut memberikan hidangan makanan dan minuman. Begitulah sampai beberapa hari dalam setiap perjalanannya peristiwa seperti itu terjadi.
Setelah genap seminggu dalam perjalanannya, di saat ia istirahat tidur di malam hari, ia bermimpi bertemu dengan seseorang yang berpakaian serba putih. Dalam mimpi ia berkata “hai santrinya Kyai Romly, jika kamu hanya menginginkan harta dunia maka terimalah ini, tetapi jika kamu menginginkan keberkahan dalam hidupmu, maka segeralah kamu kembali kepada gurumu”. Setelah terbangun dari tidurnya, tiba-tiba didekapannya terdapat sebongkah batu dari emas, ia terkejut, terheran-heran melihat sebongkah batu emas yang andaikan dijual maka pasti seumur hidupnya ia tidak akan merasa kekurangan suatu apapun. Lalu dibawanya batu emas tersebut dan dia kembali menemui gurunya yaitu Mbah Romly. Sesampai di ndalemnya Mbah Romly, beliau berkata “lho kok sudah kembali kamu?”. Santri itu menjawab: “Iya Kyai, saya sudah yakin dan Insya Allah saya ikhlas berkhidmah pada Kyai, ini batu emas yang semalam aku terima”. Mbah Romly berkata “ambillah batu itu, itu milikmu”. “Tidak Kyai, saya hanya kepingin hidupku dan keluargaku penuh berkah” jawab si santri. “Kalau begitu, taruh batu itu di atas meja sana” jawab Mbah Romly. Maka segera ditaruhlah batu itu di atas meja, dan si santri kembali melaksanakan tugasnya sebagai khadam. Setelah genap dua tahun ia berkhidmah, ia disuruh pulang oleh Mbah Romly.
Setelah ia pulang ke rumahnya dan hidup bersama keluarganya, Alhamdulillah ia benar-benar merasakan keberkahan dalam hidupnya, ilmunya yang sedikit itu bisa berkah dan manfaat baik untuk diri dan keluarganya, maupun masyarakat luas. Hampir setiap hari, rumahnya tidak pernah sepi dari tamu dari berbagai daerah. Maa Syaa Allah…

Baca juga:  Azmi Abubakar, Putra Aceh Pendiri Museum Pustaka Peranakan Tionghoa

KH. Muhammad Romly Tamim, disamping seorang mursyid, beliau juga kreatif dalam menulis kitab. Di antara kitab-kitab karangannya ialah: al-Istighotsah bi Hadrati Rabbil-Bariyyah, Tsamratul Fikriyah, Risalatul Waqi’ah, Risalatush Shalawat an-Nariyah. Beliau wafat di Rejoso Peterongan Jombang pada tanggal 16 Ramadlan 1377 H. atau tanggal 6 April 1958 M.

رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى وَنَفَعَنَا بِهِ وَأَمَدَّنَا بِأَسْرَارِهِ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، آمينَ يا رَبَّ الْعَالَمِينَ…

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
1
Senang
2
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top