Ada yang istimewa bagi Nahdliyyin Sudan di bulan Maulid ini. Warga Nahdliyyin Sudan merindu Rasul Muhammad bersama Syaikh Idris Abu Qurun, seorang sufi besar di Sudan.
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sudan menghadiri undangan Maulidur Rosul yang diselenggarakan di Zawiyah Kholifah Syaikh Idris Abu Qurun Khartoum pada hari Sabtu sore (09/11) lalu. Suasana rindu Kanjeng Nabi Muhammad menyelimuti peserta yang hadir, baik santri Nahdliyyin maupun murid-murid Syaikh Idris.
Undangan ini ditujukan kepada semua santri Nahdlatul Ulama di Sudan dan diselenggarakan secara rutin pada bulan Maulid dan Isro’ Mi’roj.
KH Luqman Hambali menuturkan bahwa awal mula hubungan antara Kholifah Syekh Idris Abu Qurun dan PCINU Sudan telah terjadi sejak awal tahun 2017.
“Santri NU pertama yang berhubungan dengan dengan Kholifah Syekh Idris Abu Qurun itu Mas Tajul Mafachir yang saat itu melakukan ekspedisi kesudanan mencari para sufi di Sudan, kemudian beliau mengajak santri-santri NU yang lain untuk berkunjung ke sana dan kebetulan pada saat itu bertepatan dengan bulan Isro’ Mi’roj pada tahun 2017, dua atau tiga hari setelah KONFERCAB.
Kita pun disambut meriah oleh Kholifah Syekh Idris Abu Qurun dan masyarakat di sana,” terang KH Luqman Hambali, ketua Tanfidziyah periode 2017-2018.
Demikian juga pada tahun ini santri-santri NU Sudan yang datang dengan satu bus besar dan satu mobil disambut meriah oleh Kholifah Syekh Idris Abu Qurun dan masyarakat dengan rebana khas Sudan (Thor). Kemudian diajak mengelilingi menara yang ada di depan kediaman Kholifan Syekh Idris Abu Qurun dan dilanjutkan menikmati hidangan makanan khas Sudan setelah sholat Ashar.
Acara dilanjutkan dengan dzikir sufi khas Sudan dengan membentuk lingkaran besar di lapangan depan Zawiyah (musholla) sebelum Maghrib. Setelah sholat Maghrib berjamaah dilanjutkan penampilan rebana dari Jam’iyyah Syifaul Qulub PCINU Sudan dengan lantunan puluhan sholawat yang juga dilaksanakan di lapangan.
Ustadz Eri Prasetyanto, selaku ketua Tanfidziyah, menyampaikan rasa bahagianya atas undangan dari Kholifah Syeikh Idris Abu Qurun.
“Kita merasa sangat berkesan bertemu beliau dan jama’ah thoriqoh sufi beliau. Dari penyambutan yang meriah dari awal kita datang, berdzikir bersholawat bersama ala Sudan dan ala Nahdliyin yang meriah, menikmati tradisi-tradisi maulid Sudan yang berbeda dengan tradisi Indonesia,” ujarnya.
“Acara seperti ini merupakan bukti nyata adanya kedekatan emosional dan kesamaan fikrah Ahlus Sunnah wal Jama’ah antara Nahdliyin dan kaum sufi Sudan,” lanjutnya.
Acara malam hari itu ditutup dengan dzikir bersama sebelum sholat Isya’ berjamaah. Sebelum berpamitan santri-santri NU bertabarukan dan meminta doa dari Kholifah Syekh Idris Abu Qurun. (Ilman/Lukman, PCINU Sudan). (RM)