Rasulullah adalah figur suami panutan bagi umatnya. Fragmen kehidupan pribadi beliau bersama para istri, terekam baik dalam banyak persaksian para sahabat.
Rasulullah sendiri menyatakan bahwa sebaik-baik suami adalah yang paling baik memperlakukan istri dan keluarganya.
Suatu saat, sebagaimana riwayat Anas Ibn Malik yang dikutip Syekh Nashr as-Samarqandy dalam Tanbihul Ghafilin, Rasulullah ditanya tentang orang beriman yang paling sempurna. Rasulullah menjawab bahwa yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya bersama keluarganya.
قال أنس بن مالك رضي الله عنه سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم أي المؤمنين أكمل إيمانا قال أحسنهم خلقا مع أهله
Di antara istri yang banyak direkam perjalanan pribadinya bersama Rasulullah, selain Aisya, dan Maria, adalah Shofiyah (baca: Shofia).
Nama lengkapnya adalah Shofia bint Huyai ibn Akhtab, yang dinikahi RasuluLlah Muhammad Shalallahu alaihi wassalam selepas penaklukan Khaibar pada 7 Hijriah. Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari dalam An-Nurul Mubin fi Mahabbati Sayyidi al-Mursalin menyatakan bahwa Shofia adalah istri Rasulullah yang merupakan keturunan Nabi Harun Ibn Imran alaihi salam.
Anas Ibn Malik, sahabat nabi yang banyak berinteraksi dengan Rasulullah, meriwayatkan,
كانت صفية مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في سفر وكان ذلك يومها فأبطت في المسير فاستقبلها رسول الله صلى الله عليه وسلم وهي تبكي وتقول حملتني على بعير بطئ فجعل رسول الله يمسح بيديه عينيها
“Suatu saat Shofia bersama Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dalam suatu perjalanan, sedangkan hari itu adalah gilirannya, tetapi Shofia lambat jalannya, lantas Rasulullah menuju kepadanya sedangkan Shofia menangis dan berkata: “Engkau membawaku di atas unta yang lamban.” Kemudian Rasulullah menghapus air matanya dengan kedua tangan beliau.” HR. Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra (no. 9162).
Dari hadits ini kita bisa memetik hikmah.
Istri boleh berkeluh kesah kepada suami, sebagaimana Shofia berkeluh kepada Rasulullah bahwa kendaraan yang membawanya berjalan lambat. Apakah Rasulullah memarahi Shofia? Sama sekali tidak. Beliau bahkan dengan proaktif mendatangi Shofia.
Tak cukup di situ, beliau bahkan dengan penuh kasih sayang, mengusap air mata Shofia. Shofia bersedih dan karena itu beliau menangis. Dan Rasulullah mengusap air mata kesedihan istri tercintanya.
Demikianlah teladan Rasulullah agar para suami hendaknya punya kemampuan baik untuk mendengarkan dan memahami keluh kesah istri.
Sekaligus Rasulullah mengajarkan kepada kita, bahwa bertindak kepada istri itu tidak dengan buih kata, tapi dengan tindakan nyata, yaitu dengan mendekatinya dan menyentuh fisiknya, sebagai lambang cinta.