Rohmad Arkam
Penulis Kolom

Dosen STKIP PGRI Ponorogo.

Teror Selandia Baru dan Upin Ipin

Jumat 15 Maret 2019 dunia digemparkan dengan sebuah peristiwa keji, penembakan brutal terhadap jamaah dua masjid yang tengah asyik bercengkraman rohani dengan Tuhanya lewat ibadah Salat Jumat di Christchurch, Selandia Baru.

Perbuatan ini, lebih gempar lagi karena pelaku menyiarkan secara langsung aksinya tersebut melalui Facebook dengan perangkat kamera yang dipasang di kepala. Diketahui, perbuatan keji ini dilakukan oleh warga Australia bernama Brendon Tarrant.

Terungkap dalam manifesto yang diunggah di media sosial sebelum dia melakukan serangan aksi keji ini, ia beralasan “Untuk menunjukkan kepada pelaku invasi bahwa tanah kita tidak akan pernah menjadi tanah mereka. Dan tanah air kita adalah milik kita dan selama orang kulit putih masih hidup, mereka tidak akan pernah bisa menaklukkan tanah kita dan mereka tidak akan pernah menggantikan bangsa kita,” ungkap Tarrant dilansir dari News pada Jumat, 15 Maret 2019.

Saya kira alasan yang mengendap pada otak Brendon Tarrant tersebut mungkin tidak akan memengaruhi otaknya untuk melakukan perbuatan kejinya kalau ia sering nonton serial kartun Upin Ipin. Kok bisa?

Ipin Upin, merupakan serial kartun anak-anak yang diproduksi oleh Les’ Copaque Malaysia. Tidak hanya sukses di negaranya sendiri, namun kartun Upin Ipin juga merambah ke beberapa negara, ceritanya yang menarik membuat serial kartun Upin Ipin tak pernah kehilangan penikmatnya tetap eksis menjadi tayangan favorit anak-anak maupun emak-emak.

Baca juga:  Humor Pesantren, dari Kiai Wahab hingga Gus Dur

Memang bukan hal aneh, pasalnya selain menggemaskan, cerita Upin Ipin yang ringan dan menggambarkan kejadian sehari-hari membuat serial ini selalu dinanti. Aksi-aksi polos dan kocak dari dua tokoh utama dan teman-temannya selalu sukses mengundang tawa para penikmatnya. Salain itu serial kartun Upin Ipin banyak disukai lantaran dianggap mampu memberikan pesan moral khususnya nilai nilai toleransi dalam keberagaman tanpa perlu adanya permusuhan.

Serial kartun Upin Ipin ini memiliki banyak karakter yang mendukung perjalanan ceritanya, dan yang pasti selalu asik dalam bingkai keberagaman agama dan budaya, ada tokoh utama, Upin Ipin, dua kakak beradik pelontos.

Selain itu, ada banyak teman-teman Upin Ipin lain, seperti Mei Mei yang bernama lengkap Xiao Mei Mei. Ia berasal dari keturunan Tionghoa dan beragama Konghucu. Meksipun beda agama, namun Mei Mei sering mengingatkan teman-temannya untuk tidak malas berpuasa.

Jarjit Singh, teman  Upin Ipin digambarkan sebagai jago bermain pantun, Jarjit juga memiliki ciri khas lain, yaitu sering berkata “Marvelous” saat melihat atau melakukan sesuatu yang spektakuler. Walau keturunan India Punjab yang berbeda agama dengan Upin Ipin tapi Jarjit Singh setiap lebaran selalu hadir di rumah Upin Upin yang pasti untuk makan hidangan lebaran yang dimasak kak Ros dan Opah Upin Ipin.

Baca juga:  Sungai, Kantung Plastik, dan Masa Depan Peradaban Kita

Selain Mei-Mei dan Jarjit juga ada Susanti merupakan gadis cantik yang selalu bersumpingkan bunga di rambutnya ia berasal dari Indonesia ada juga Ah Tong dia dikenal sebagai orang cina yang berdagang dan pengepul barang bekas, mereka walaupaun pendatang tapi selalu romantis bergaul dengan orang-orang pribumi, Susanti diterima dengan baik oleh teman-temannya.

Ah tong merupakan kawan baik Atuk Dalang penduduk pribumi yang serba bisa dan dekat dengan anak-anak. Bahkan ada kararter Abang Shaleh cowok gemulai tetap diterima secara harmonis dalam serial kartun Upin Ipin.

Upin Upin, walaupun hanya serial kartun tapi kalau kita bisa memaknai setiap karakter di dalamnya, mungkin tidak akan ada lagi Brendon ataupun Brendon-Brendon lain yang berbuat keji dengan melakukan pembantaian dengan mengatasnamakan ras dan agama.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (1)
  • Saya suka tulisan2nya .. keren, Bang 🙂
    Terutama kisah Aburrahman Bajalhaban, yang sering dimarahin istri, terus saya merasa “jangan2 sy juga wali, hahaha…”

    Minta tulisan lain ttg teror New Zealand yang lebih ndalem gitu, boleh ya?

Komentari

Scroll To Top