Imam Sibawaih adalah satu nama yang akan selalu muncul ketika kita membahas tentang gramatika bahasa Arab. Karyanya yang berjudul Alkitab menjadi buku penting yang selalu dirujuk sampai saat ini. Namun, tak banyak yang menyadari walaupun ia sangat mahir dalam tata bahasa bahasa Arab, nyatanya ia bukanlah orang Arab melainkan Persia. Ia berbahasa ibu Farsi, sedangkan bahasa Arab adalah bahasa asing yang dipelajarinya.
Kebetulan, saat itu saya sedang mengunjungi kota Shiraz di provinsi Fars, Iran. Kota ini adalah kota kelahiran sekaligus tempat dikebumikannya Imam Sibawaih. Saya penasaran terkait keberadaan jejak beliau di kota ini apakah masih dapat ditemukan atau tidak. Oleh karenanya, saya mencoba untuk menelusurinya.
Pencarian saya dimulai dengan menanyakan letak makam Imam Sibawaih kepada warga Shiraz yang saya hampiri. Namun, betapa terkejutnya saya karena banyak orang yang ditanya tidak mengetahui keberadaannya. Bahkan, mereka pun asing dengan nama Sibawaih.
Setelah beberapa kali bertanya, akhirnya ada seorang yang mengenali Imam Sibawaih, tetapi ia mengoreksi pengucapan saya. Ia lantas menimpali, “Mungkin orang yang kamu maksud adalah Sibuyeh bukan Sibawaih”. Saya baru sadar kalau Sibawaih adalah pelafalan orang Arab untuk menyebut Sibuyeh dalam bahasa Persia.
Julukan asli beliau menurut bahasa ibunya adalah Sibuyeh. Kata tersebut terdiri dari dua kata yakni sib yang berarti buah apel dan bu yang bermakna bau atau aroma. Jadi, julukan Sibuyeh diberikan karena konon, badan beliau selalu menebarkan aroma seperti wanginya buah apel.
Dari petunjuk laki-laki yang saya tanya, makam Imam Sibawaih memang betul berada di kota Shiraz. Tepatnya, berada di daerah yang dikenal dengan nama Sankg-e Siyoh yang berarti batu hitam.
Untuk mencapainya, kita perlu naik taksi atau bus kota dan turun di halte dekat tujuan ziarah terkenal di Shiraz yakni Shah Cheragh. Dari sana, kita harus jalan kaki memasuki gang di antara rumah-rumah penduduk. Di daerah ini, nama Sibuyeh sudah mulai dikenal. Oleh karena itu, jika takut salah arah, jangan segan untuk bertanya kepada orang-orang di sekitar sana.
Ketika saya sedang asyik berjalan di antara rumah-rumah penduduk, saya melihat ada sebuah patung yang berdiri di sebuah tanah lapang. Ternyata, patung tersebut adalah patung Imam Sibawaih yang didirikan untuk mengenang tokoh penting ini. Hal itu diketahui dari informasi yang terdapat di bawahnya.
Dan benar saja, di depan patung tersebut terdapat sebuah bangunan yang tampak terbengkalai. Di depannya ada sebuah plang yang bertuliskan “Khuneh Farhankgi Sibuyeh” atau rumah kebudayaan Imam Sibawaih. Saya merasa girang karena itu artinya saya sudah sampai di tujuan.
Namun, saya merasa heran karena tidak ada seorang pun yang berada di sana baik penjaga maupun peziarah. Saya pun dengan leluasa memasuki bangunan tersebut dan menemukan makam di bagian depan ruangan. Makamnya ditembok dengan bentuk persegi panjang. Sementara, di samping makam terdapat informasi singkat tentang Imam Sibawaih yang terpahat di dinding.
Saya pun dapat bertawasul dan berdoa dengan tenang di makam Imam Sibawaih karena selama saya di sana tidak ada seorang pun yang datang. Awalnya, saya merasa aneh karena ulama sekaliber beliau makamnya sepi peziarah dan tempatnya juga tampak kurang terawat.
Namun, walaupun demikian saya tetap merasa bersyukur karena setidaknya, makam Imam Sibawaih tidak kehilangan jejaknya dan masih dapat diziarahi hingga saat ini. Betapa banyak makam ulama besar Islam yang sudah tidak diketahui lagi keberadaannya dikarenakan berbagai faktor. Kepada para pembaca, jika suatu saat berkesempatan berkunjung ke kota Shiraz, Iran, jangan lupa untuk berziarah ke salah satu makam ulama yang ahli dalam tata bahasa Arab ini.