Sedang Membaca
Pemuda Ideal Menurut Syair As-Shafadhi
Amin Nurhakim
Penulis Kolom

Mahasantri di Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences, Tangerang Selatan. Peserta program Micro Credential (2024) Chicago, Amerika Serikat, Beasiswa non-Degree Dana Abadi Pesantren Kementrian Agama (Kemenag) berkolaborasi dengan LPDP dan Lembaga Pendidikan di Chicago selama dua bulan.

Pemuda Ideal Menurut Syair As-Shafadhi

Seorang pemuda kerap dikenal sebagai seseorang yang memiliki semangat yang membara, memiliki idealisme yang tinggi, tekad yang kuat dan gigih. Meski kata muda identik dengan umur seseorang, ia juga sering dikaitkan dengan orang yang sudah berumur namun masih memiliki semangat atau tingkah seperti seorang pemuda.

Dengan demikian tak heran Pak Soekarno pernah memuji seorang pemuda sebagai sosok yang dapat membawa perubahan besar di dalam suatu tatanan masyarakat. Soekarno menyebutkan, “Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”.

Pun sama halnya dengan Syekh Syarafuddin al-‘Imrithi dalam karyanya “Nadham al-‘Imrithi” menyebut seorang pemuda yang ideal adalah mereka yang memiliki itikad yang kuat. Idzil fatā hasba’ tiqādihi rufi’, wa kullu man lam ya’taqid lam yantafi’, Idealnya pemuda harus memiliki keyakinan yang tinggi, sebab tanpa keyakinan, apapun tidak akan berguna.

Nama-nama di atas tentunya familiar di telinga kita, khususnya para santri. Namun ada bait-bait dari seorang penyair di abad ke-7 Hijriah yang namanya jarang kita dengar, namun syairnya tentang pemuda patut dijadikan pedoman bagi kita semua.

Ya, namanya adalah Khalil ibn Aybak ibn ‘Abdullah Shalahuddin al-Shafadi al-Dimasyqi al-Syafi’i adalah nama, nasab, gelar dan nisbah daerah serta mazhabnya. Ia lahir tahun 696 Hijriah, ada juga yang mengatakan 697 H. lebih dikenal dengan sebutan al-Shafadi (الصفدي), salah satu kota di perbatasan Palestina dan Israel. Ia menulis banyak karya yang kebanyakan bergenre sastra, yang mana disebut oleh Ibnu Sa’d karyanya mencapai 500 jilid. Memiliki tulisan tangan yang bagus, sehingga banyak bekerja di bidang penulisan di beberapa daerah di Damaskus. Ia wafat pada 764 H. (Imam Ibnu Hajar al-‘Atsqallani, al-durar al-Kaminah, Hyderabad: Dairah al-Ma’arif al-Utsmaniyah, 1972/1392, juz 2, hlm. 208-210)

Baca juga:  Ramadan: Menyadari Kesalahan atau Memamerkan Kesalehan?

Al-Shafadi berguru kepada beberapa ulama besar pada masanya, di antaranya al-Hafiz Fathuddin ibn Sayyid al-Nas, Ibnu Nubatah al-Mishri, Abu Hayyan al-Gharnathi, dan lain-lain. Adapun karya-karya al-Shafadi banyak, namun tidak semua dicetak, sebagian masih berbentuk manuskrip, bahkan ada pula kesalahan nisbah sebagian kitab kepadanya. Salah satu karyanya yang berbentuk biografi tokoh-tokoh adalah al-Wafi bil Wafiyat. Karyanya yang belum dicetak dan masih berbentuk manuskrip salah satunya adalah al-Iqtishar ‘ala Jawahir al-Suluk fi al-Intishar li Ibn Sina. Sedang karya yang salah nisbah kepadanya salah satunya adalah Risalah fi ‘Ilm al-Musiqi.

Terkait soal pemuda, ia mengatakan dalam syairnya:

إنَّ الفتى من بماضي الحَزْمِ مُتَّصفٌ * * * وَمَا تعوّدَ نقصَ القولِ والعملِ

Sesungguhnya pemuda ialah orang yang memiliki keteguhan hati, proporsional dalam ucapan dan tindakan

وَلاَ يقيمُ بأرضٍ طابَ مسكنُها * * * حتى يقدَّ أديمَ السَّهلِ والجَبَلِ

Tidak tinggal di bumi yang tenteram hingga membelah dataran dan pegunungan

وَلاَ يضيعُ ساعاتِ الزَّمانِ فلنْ * * * يعودَ مَا فاتَ مِنْ أيامهِ الأولِ

Tidak menyia-nyiakan waktunya, sebab yang telah berlalu tidak akan kembali

وَلاَ يُراقِبُ إلاَّ مَنْ يُراقِبُهُ * * * وَلاَ يُصاحبُ إلاَّ كلَّ ذي نُبُلِ

Ia tidak mengamati seorang pun kecuali yang mengamatinya, juga tidak bersahabat kecuali dengan orang yang memiliki kecerdasan

Baca juga:  Sistem Terbaik Bukanlah Sound System

وَلاَ يعدُّ عُيوباً في الوَرَى أبداً * * * بل يعتني بالذَّي فيهِ من الخَلَلِ

Ia tidak peduli terhadap aib seseorang selamanya, namun ia memerhatikan aibnya sendiri

وَلاَ يظُنُّ بهمْ سُوءاً وَلاَ حَسَناً * * * بل التجاربُ تَهديهِ عَلَى مَهَلِ

Ia tidak mudah menduga orang lain buruk atau baik, namun dengan perlahan ia mengamati mereka

وَلاَ يُؤَمِّلُ آمالاً بصبحِ غدٍ * * * إلاَّ على وَجَلٍ من وثبةِ الأجلِ

Ia tidak berharap pada angan-angan esok hari, kecuali orang yang takut pada lompatan kematian

وَلاَ يَصدُّ عن التقوى بصيرتَهُ * * * لأنها للمعالي أوضحُ السُّبُلِ

Ia tidak mencegah pandangannya dari ketakwaan, sebab takwa adalah paling terangnya jalan

Dalam bait di atas As-Shafadhi menyebutkan beberapa ketentuan pemuda ideal, yaitu seorang yang teguh dan mantap hatinya dalam memilih sesuatu. Ia adalah sosok yang proporsional dalam ucapan dan tindakan, tidak berat kepada salah satu dari keduanya saja. Ia adalah orang yang suka mencari tantangan, tidak tinggal diam di zona nyaman, pintar memanajemen waktunya, juga pintar dalam memilih circle pertemanan yang kiranya itu bermanfaat bagi dirinya.

Seorang pemuda menurut As-Shafadi juga adalah mereka yang tahu prioritasnya, juga tahu kepada siapa ia harus menaruh prioritas tersebut. Ia fokus pada plan dan evaluasi dirinya sendiri, sebab jika terus menerus memerhatikan orang lain maka waktu yang ia miliki untuk menggapai cita-citanya akan habis dengan kegiatan yang tidak produktif sama sekali. Seorang pemuda ideal juga adalah ia yang tidak menunda-nunda pekerjaannya, sebab ia memahami menunda pekerjaan di hari ini sama dengan menambahnya di kemudian hari.

Baca juga:  Konsep Fikih Menjaga Lingkungan (4): Pertanian Organik, Pertanian Maslahah Sesuai Turats dan Alam Indonesia

Terakhir yang paling penting adalah, seorang pemuda yang ideal adalah manakala ia memiliki ketakwaan dalam terpatri dalam hatinya sehingga muncullah perilaku dan tindakan yang saleh, yaitu sesuai dengan keadaan lingkungan dan masyarakat di tempat ia hidup. Wallahu a’lam.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top