Ahmad Muhajir, MA
Penulis Kolom

Ahmad Muhajir adalah dosen Fakultas Syariah UIN Antasari, Kalimantan Selatan. Sedang menyelesaikan program doktoral di Australia.

Pengalaman Keluarga Kami Melakukan Salat Istikharah

  • Manusia diberikan kemampuan berpikir dan mencari informasi yang berguna saat akan mengambil keputusan. Tetapi kemampuan itu terbatas, sebagaimana pengetahuan manusia juga terbatas.

Bagaimana caramu melaksanakan salat istikharah? Kawan-kawan akrab saya banyak yang menyampaikan pertanyaan ini. Mereka tergugah untuk meminta petunjuk kepada Allah sebelum membuat keputusan penting, misalnya soal jodoh, sekolah, dan pekerjaan.

Sebagian dari mereka sudah pernah mendengar mengenai salat istikharah, tetapi jarang atau belum pernah mengerjakannya. Saya kebetulan tumbuh di keluarga pengamal salat istikharah. Orang tua kami biasa melaksanakan salat minta petunjuk ini, baik untuk urusan pribadi ataupun membantu orang.

Waktu saya nyantri di pesantren dulu, para ustaz saya telah mengajarkan bahwa salat istikharah sama saja dengan salat sunah lainnya, terdiri dari dua rakaat dengan gerakan dan bacaan standar. Hanya niat dan doanya saja yang berbeda. Cukup jelas bahwa niatnya adalah “melaksanakan salat istikharah”, persis seperti namanya.

Doanya sendiri terbilang pendek, namun sarat makna. Doa yang berasal dari Nabi Muhammad ini mengingatkan betapa Allah Maha Tahu, Maha Kuasa dan Bijaksana.

Sementara kita, makhluk-Nya, tak tahu, tak berdaya dan tidak bijak. Karena perbandingan terbalik inilah, kita meminta kepada Allah agar diberi petunjuk mengenai urusan yang sedang ingin kita putuskan. Jika itu bagus untuk kita, baik dari aspek duniawi maupun ukhrawi, dan membawa dampak positif, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, kita minta kepada Allah untuk menjadikannya sebagai takdir kita. Kita juga meminta kepada Allah untuk memudahkan prosesnya bagi kita dan memberkahi kita melalui urusan tersebut.

Sebaliknya, jika dalam pengetahuan Allah, pilihan itu ternyata buruk untuk kita, kepada Allah kita meminta agar dihindarkan darinya. Sebagai gantinya, kita meminta kepada Allah agar mentakdirkan kebaikan untuk kita dan membuat kita rela menjalaninya.  

Selain “prosedur standar” salat sunnah dua rakaat dan berdoa, ada tiga hal yang saya pelajari dari orang tua yang barangkali bermanfaat bagi Anda yang tertarik melaksanakan salat istikharah. Tentu apa yang saya ceritakan ini hanya satu dari beragam kemungkinan cara. Tapi bisa saya katakan bahwa cara ini cukup berhasil.

Baca juga:  Terjemahan Alquran dan KBBI

Pertama, carilah waktu yang tenang untuk melaksanakan salat istikharah. Salat ini waktunya bisa kapan saja, sehingga bisa disesuaikan dengan jadwal keseharian anda. Ketenangan ini penting agar anda bisa khusu saat mengerjakan salat istikharah.  

Kedua, sebelum pelaksanaan, tetapkan suatu pertanyaan yang jelas dan sederhana di hati. Mari kita ambil satu contoh:

Anda sedang mempertimbangkan sebuah sekolah untuk anak Anda. Maka pertanyaannya: apakah sekolah tersebut baik?

Sebagai catatan, Anda sebaiknya tetap mencari informasi dan mempertimbangkan hal-hal yang mendukung dan hal-hal yang tidak mendukung pilihan mendaftarkan anak ke sekolah itu. Pertimbangan rasional Anda diikuti dengan meminta petunjuk kepada Allah Yang Maha Tahu melalui salat istikharah.

Jika Anda memiliki beberapa pilihan, katakanlah tiga sekolah, sebaiknya Anda mengerjakan salat istikharah sebanyak tiga kali. Jumlah ini mungkin terdengar banyak, tapi ada alasan yang baik untuk mengikuti saran ini. Pada setiap satu salat istikharah, Anda meminta petunjuk kepada Allah mengenai satu sekolah. Jika Anda melakukannya dengan benar, petunjuknya akan mengerucut ke satu pilihan. Tidak ada keharusan mengerjakan semuanya sekaligus di satu waktu. Namun sebaiknya Anda tidak menunda jika mood dan konsentrasi Anda mendukung.

Seusai melaksanakan salat istikharah dan membaca doa, Anda akan meminta petunjuk kepada Allah melalui ayat-ayat-Nya yang terdapat dalam Alquran. Kita tahu bahwa Alquran diturunkan sebagai petunjuk (misalnya, al-Baqarah, ayat 2). Jadi sangat pantas kalau kita membuka Kitab suci tersebut dalam upaya kita mencari petunjuk untuk urusan yang mau kita putuskan. Bagaimana teknisnya?

Teknisnya, bukalah mushaf Alquran secara acak. Anda bisa buka bagian awal, tengah atau akhir. Terserah Anda. Prinsipnya, biarkan Allah yang menunjukkan ayat-Nya melalui tangan Anda, bukan Anda yang secara sengaja menuju ayat tertentu yang sudah Anda ketahui posisinya dalam Alquran. Jika Anda melanggar prinsip ini, berarti anda memanipulasi proses.

Baca juga:  Kecamuk Pamuk

Almarhum Ayah saya mengajarkan beberapa langkah lanjutan. Setelah Anda membuka Alquran, buka lagi tujuh lembar ke arah akhir mushaf. Di lembar ketujuh bagian belakang, perhatikan ayat-ayat Alquran di situ. Gunakan jari Anda untuk menghitung ayat. Temukan ayat ke-tujuh. Di situlah Anda bisa temukan petunjuk untuk Anda.

Pahami ayat ketujuh itu. Carilah pesan yang bersinggungan dengan masalah anda, meski secara tidak langsung. Pikirkan nadanya. Apakah ayat itu bernada mengancam atau mendorong anda. Jika belum yakin, ulangi pencarian ayat hingga tiga kali.

Sebagai ilustrasi, saya akan pakai pengalaman pribadi ketika mencari SD untuk anak saya. Setelah mengumpulkan banyak informasi dan menyeleksi, tiga pilihan tersisa.

Pilihan pertama, SD yang bereputasi bagus, dekat rumah, tapi mahal sekali biaya masuknya.

Pilihan kedua, SD yang lebih murah, cukup bagus reputasinya, tapi jauh dari rumah.

Piliha  ketiga, SD yang murah, dekat, tapi belum punya reputasi karena baru akan dibuka. Setelah mengetahui plus-minus masing-masing sekolah, saya pun melaksanakan salat istikharah dengan tata cara yang diuraikan di atas.  

Ketika saya meng-istikharahi SD pertama yang mahal itu, ayat yang saya dapat berisi larangan bersifat bakhil atau kikir. Untuk SD kedua, yang lebih murah tapi jauh dari rumah, hasilnya bercampur: ada ayat bernada negatif, ada pula ayat yang nadanya positif.

Untuk SD ketiga, yang dekat, murah, tapi baru mau dibuka, ayatnya berisi hal-hal buruk. Saya menyimpulkan bahwa petunjuk Alquran mengarah ke SD pertama yang dekat, bereputasi bagus meskipun mahal.

Pada awalnya, SD tersebut adalah pilihan terakhir buat saya. Mahalnya biaya masuk membuat saya kurang mempertimbangkannya. Namun ayat yang saya temukan menyentak kesadaran saya. Seakan Allah menegur saya: jangan kau sayang uangmu, wahai hambaku. Hartamu tidak akan menyelamatkanmu dari kematian. Anakmu, jika mendapat pendidikan yang baik, akan lebih berharga ketimbang harta.

Baca juga:  Sakinah dan Seks dalam Lektur Keilmuan Timur-Islam

Selain itu, di hari saya melaksanakan istikharah tersebut, secara kebetulan ada teman yang menceritakan tentang capeknya antar-jemput anak ke sekolah yang jaraknya jauh dari rumah selama bertahun-tahun. Dia musti jalani itu karena sudah terlanjur. Kebetulan, itu SD yang awalnya saya minati, sebelum salat istikharah, karena uang masuknya lebih murah. Pengalaman teman tersebut memperkuat kesimpulan yang dihasilkan dari pencarian ayat-ayat Alquran.

Lucunya, ketika saya mendapat hasil istikharah, pendaftaran SD yang mahal itu sudah ditutup 10 hari sebelumnya. Hati kecil saya pun sempat bertanya, mengapa hasil istikharah seperti tidak cocok dengan kenyataan. Kenapa saya disuruh memasukkan anak ke sekolah yang sudah tutup pendaftarannya? Tapi satu panggilan telepon ke sekolah tersebut cukup untuk menghilangkan keraguan. Pihak sekolah menyatakan bahwa anak saya masih bisa mendaftar asalkan datang hari itu juga ke sekolah untuk observasi dan wawancara. Pada akhirnya, setelah semua proses dilalui, sekolah mengumumkan bahwa anak saya diterima sebagai calon siswa. Saya pun teringat doa yang saya panjatkan setelah salat istikharah:

“Kalau memang sekolah ini baik untuk kami, jadikanlah dia takdir kami, dan mudahkanlah kami menjalani prosesnya.”

Sejauh ini, jalannya terbilang mudah saja, dan saya berharap terus begitu ke depannya dengan izin Allah.

Manusia diberikan kemampuan berpikir dan mencari informasi yang berguna saat akan mengambil keputusan. Tetapi kemampuan itu terbatas, sebagaimana pengetahuan manusia juga terbatas.

Selain itu, terkadang kita salah menetapkan prioritas atau keliru dalam membaca situasi. Untunglah kita punya Allah Yang Maha Tahu dan Maha Memberi Petunjuk. Ketika kita akan membuat langkah penting dalam hidup, Nabi Muhammad mengajarkan kita untuk beristikharah. Mencari petunjuk Allah melalui ayat-ayat suci Alquran yang dipilih secara acak bisa menjadi pilihan untuk melengkapi salat istikharah.

Selama ini, cara demikian berhasil mengantarkan keluarga kami ke petunjuk yang kami cari. Tertarik mencobanya?

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
3
Terhibur
1
Terinspirasi
13
Terkejut
1
Lihat Komentar (1)

Komentari

Scroll To Top