Akhir-akhir ini saya suka cium tangan dengan kawan atau kenalan yang lama tidak ketemu, untuk mengekspresikan kangen dan senang.
Saya sebut kawan atau kenalan, karena memang biasanya saya cium tangan hanya pada guru, orangtua, saudara kandung tua, atau orang yang saya hormati.
Agak susah cari argumennya. Tapi cium tangan saya ini meniru penyair Madura, D. Zawawi Imron.
Suatu hari saya bersama dia, jalan-jalan di TIM, Cikini. Di sana kami ketemu Remi Silado.
Saya kaget, Pak Zawawi cium tangan Remi Silado, sesama seniman. Saya tanya, “Kenapa cium tangan?”
“Jangn tanya macam-macam. Ini ekspresi kultural, seperti orang Barat cipika-cipiki,” jawab penyair yang juga kiai asal Madura ini.
“Tapi Pak..?”
“Ah, Kamu itu ndeso. Bikin orang senang kan baik. Ah, sudah-sudah. Yuk kita makan soto.”
Nah, itu dalilku cium tangan. Dalil bukan hanya di kitab, orang baik pun bisa jadi dalil.