Berikut beberapa asas (dasar) dan adab (etika) sâlik dalam tarekat Rifa`iyah yang dijelaskan dalam Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa`iyah;
- Cinta kepada mursyid
- Hati dan lisan tenggelam dalam cinta kepada nabi Muhammad Saw, berpegang teguh kepada aturan hukum dan mengikuti sunnah-sunnah Rasul
(Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa`iyah, halaman: 83)
- Langgeng zikir, pikirannya benar, ini adalah ungkapan khudhur seperti pada firman Allah Swt. Surat ali-‘Imran ayat 191.
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمٰوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿أل عمران: ١٩١﴾
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka, (QS. ali-Iman; 191).
Ketika sâlik dalam keadaan (hal, maqâm) tertentu dan mursyid telah melakukan istikharah dan mendapat isyarat, maka sang mursyid menambahkan zikir kepada sâlik dengan bacaan zikir Ismu Dzat, dengan hitungan yang sesuai dengan keadaan sâlik. Sang mursyid mengangkat sang sâlik menjadi Syausiyah (orang yang diberi tugas untuk mengurus saudara-saudaranya dalam majelis), jika sâlik sudah bagus dalam melaksanakan tugas menjadi Syausiyah (khidmah kepada majelis zikir dan teman-teman di pondok sufi) maka mursyid menambahkan zikir Ismu Dzat menurut kemampuan dan keadaan sâlik.
Jika sâlik mampu memperbaiki khidmat (pengabdiannya) tanpa memandang kelebihannya atas makhluk lain, serta tetap melaksanakan ratîb (urutan wirid) yang diterima, menjaga adab, maka mursyid mengangkat sâlik ke martabat al-Niqâbah (pemimpin majelis), lalu mursyid memerintahkan sâlik untuk berzikir Asmaul Husna.
وَ لِلهِ الْاَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوْهُ بِهَا ﴿الأعراف: 180﴾
Artinya; “Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu…. ”(al-A’raf; 180).
Ini menunjukkan bersihnya hati sâlik dan dapat dipersiapkan menjadi pemimpin dengan syt:
- Dapat melakukan khidmat dengan ikhlas;
- Tidak menganggap diri memiliki keagungan;
- Bisa mengendalikan jiwa;
- Tambah tawadhu’ kepada Allah dan makhluk;
- Tetap berpegang teguh pada syari’at dalam semua keadaan.
Pada tahap ini setelah istikharah dan mendapat isyarat, mursyid mengangkat sâlik tersebut menjadi khalifah (sebagai pengganti nabi Muhammad SAW. dalam memberikan ajaran Tarekat ini). Dalam proses ini terjadi pertautan hati antara hati sâlik, mursyid sampai seterusnya ke semua silsilah Syaikh Ahmad al-Rifa`i hingga ke Rasulullah SAW, (Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa`iyah, halaman: 89).
Khalwat Mingguan Setiap Bulan Muharam
Khalwat pada bulan Muharam diisyaratkan terhadap para pengikut Tarekat al-Rifa`iyah. Khalwat ini dilaksanakan pada tanggal 11 Muharram sampai sore tanggal 27 Muharram.
Tata cara khalwat Muharram sebagai berikut:
- Menyendiri di pondok yang telah disediakan, tanpa bercampur dengan wanita
- Melanggengkan wudhu’ (jika batal langsung berwudhu’)
- Tidak berbicara yang tidak ada faedahnya
- Tidak banyak berbicara kecuali darurat
- Tidak keluar rumah atau pondok kecuali darurat
- Tidak memakan makanan yang bernyawa
- Setelah shalat fardhu membaca;
اَللهم صَلِّ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُـحَمَّدِنِالنَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الطَّاهِرِ الزَّكِيْ وَعَلىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمِ 100×
- Membaca Ratib yang wajib
- Membaca يَاوَهَّابُ tanpa hitungan berbarengan dengan keluar masuknya nafas, menutup kedua mata, menghilangkan getaran hati
- Menghadirkan wajah Mursyid yang memberikan pencerahan
- Ketika sâlik merasakan getaran hati, maka sâlik membuka kedua mata dan mengakhiri khatam dengan al-Fatihah ditujukan kepada silsilah Tarekat al-Rifa`iyah
- Anjuran zikir pada minggu pertama khalwat
- Hari pertama membaca لَآإِلٰهَ إِلاَّ الله sebanyak-banyaknya
- Hari ke dua membaca يَا اَللهُ sebanyak-banyaknya
- Hari ke tiga membaca يَاوَهَّابُ sebanyak-banyaknya
- Hari ke empat membaca يَاحَيُّ sebanyak-banyaknya
- Hari ke lima membaca يَامَجِيْدُ sebanyak-banyaknya
- Hari ke enam membaca يَامُعْطِى sebanyak-banyaknya
- Hari ke tujuh membaca يَا قُدُّوْسُ sebanyak-banyaknya, (Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa`iyah, halaman: 90-91).