Sedang Membaca
Menapaki Jejak Sejarah Makam Keramat Mundu
Vevi Alfi Maghfiroh
Penulis Kolom

Perempuan asal Indramayu, alumnus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Kini menempuh Pascasarjana di IAIN Syekh Nurjati Cirebon jurusan Hukum Keluarga Islam (HKI) dan mengajar di SMA NU Juntinyuat dan STAIS Dharma Kusuma Indramayu.

Menapaki Jejak Sejarah Makam Keramat Mundu

Untuk sebagian besar orang mungkin masih merasa asing dengan nama desa ini. Bahkan dalam laman Wikipedia belum ada keterangan lengkap yang menjelaskannya. Namun siapa sangka di desa Mundu Mesigit yang berada di kabupaten Cirebon ini memiliki situs makam keramat dan bersejarah.

Jika bukan jemaah tarekat tertentu, umumnya orang hanya mengetahui tentang situs makam sunan Gunung Jati yang merupakan Walisongo penyebar Islam di Jawa. Tak heran jika kawasan ini selalu padat dikunjungi para peziarah seantero negeri.

Namun hal itu berbeda dengan suasana makam keramat di Mundu Pesisir. Selain letaknya yang jauh dari perkotaan, juga akses jalannya yang kecil, menjadikan tempat ini sulit dijangkau kecuali dengan kendaraan roda dua dan mobil kecil. Jika menggunakan bus, peziarah harus berjalan kaki sejauh kurang lebih satu kilometer menuju lokasi.

Kesan pertama sesampai di sana, hanyalah kesunyian. Tapi rasa syahdu juga akan memenuhi angan kita. Beberapa merasakan aura kewalian cukup terasa di lokasi pekuburan.

Terlihat sebuah bangunan pondasi tempo dulu yang tersusun dari tumpukan bata yang merupakan sebuah masjid peninggalan Ki Lobama. Seorang mubalig dari Timur Tengah, Baghdad yang bernama lengkap Syekh Abdurrohman Al-Baghdadi yang dipercaya sebagai utusan dari Sultonul Aulia Syekh Abdul Qodir al Jailani untuk menyebarkan agama Islam di Jawa. Pada sekitar abad ke-11 inilah juga dianggap sebagai cikal bakal lahirnya Desa Mundu Mesigit.

Baca juga:  Ngopi di Tepi Sungai Themes

Saat itu, Syekh Syarif Abdurrohman berdakwah di tanah Pasundan yaitu di wilayah yang sekarang bernama Mundu Mesigit untuk melaksanakan misinya. Syekh tersebut membangun masjid yang bila dilihat mirip candi di Jawa Timur atau Singasari Akhir.

Selain sebagai sarana ibadah ritual, masjid tersebut juga digunakan beliau untuk menggembleng santri-santrinya dalam hal menuntut ilmu agama Islam serta ilmu-ilmu lainnya. Dari sinilah, beliau memiliki nama julukan ‘Ki Lobama’ alias Kiai yang loba (banyak) ilmu agama. Dan beliau juga menikah dengan perempuan sunda.

Selain bangunan masjid yang dikenal dengan istilah masjid seribu jin di tempat ini juga terdapat sumur keramat. Di depan makam terdapat sebuah pendopo yang memiliki halaman luas dan pintu masuk yang unik. sementara di belakang makamnya terdapat sebuah bangunan yang menyerupai candi yang terbuat dari batu bata.

Selain makam Ki Lobama, di pemakaman ini juga banyak makam lainnya, baik yang sudah tua maupun baru, termasuk juga makam anak dari Sunan Gunung Jati yang bernama Pangeran Brata Kelana (Pangeran Seda Lautan)

Menurut penuturan Raden Solikhin, juru kunci makam tersebut. Terdapat lima tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut, yakni Ki Lobama (Syekh Abdurrahman al-Baghdadi), Pangeran Brata Kelana Seda Lautan, Nyimas Rara Kafi (Istri ke-4 Sunan Gunung Jati), Walang Sungsang, Nyimas Kadilangu (Cicit ke-17 Syekh Gunung Jati), dan Ki Gede Mundu. Hal inilah yang menjadikan tempat ini sebagai situs bersejarah yang diakui di Cirebon.

Baca juga:  Kiai Bisri Syansuri Ketemu Jodoh di Pelabuhan

Ki Gede Mundu juga merupakan seorang tokoh yang makamnya berada di Mundu Pesisir, beliau juga berasal dari Baghdad yang datang di tanah Jawa sekitar tahun 1420 M, dan merupakan abdi ndalem kesepuhan yang memiliki jasa besar. Begitupun Pangeran Brata Kelana yang memiliki julukan Seda Ing Lautan, setelah beliau meninggal dan terbunuh di tengah lautan.

Situs makam ini selain bersejarah, juga sangat cocok digunakan untuk bertafakur. Tempatnya yang asri dan syahdu membuat para peziarah dapat khusyuk dalam bermunajat pada Tuhan, mengingat kematian, serta memotivasi diri untuk senantiasa memanfaatkan dan mengukir kehidupan dengan sebaik-baiknya, agar diridhoi hidupnya dan dikenang setelah kematiannya.

Adapun untuk sampai di makam ini, dari kota Cirebon bisa menggunakan angkot jurusan Gunung Sari–Mundu. Apabila perjalanan dimulai dari terminal, maka bisa menggunakan Elf jurusan Cirebon-Sindang, Cirebon-Losari, atau Cirebon-Babakan, lalu turun di depan pasar Mundu, dan dilanjutkan dengan menggunakan ojek atau jalan kaki. Dan makam ini terletak tidak jauh dari Pasar Mundu.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
3
Ingin Tahu
5
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
2
Scroll To Top