Sedang Membaca
Persepolis: Jejak Kejayaan Kekaisaran Persia
Ulummudin
Penulis Kolom

Mahasiswa Studi al-Qur'an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Persepolis: Jejak Kejayaan Kekaisaran Persia

Komplek Persepolis

Sejak pukul 3 dini hari, saya sudah sampai di kota Shiraz. Perjalanan dari Yazd cukup melelahkan, hingga saya memutuskan untuk beristirahat di dalam terminal sampai pagi tiba. Setelah mentari terlihat meninggi, saya beranjak keluar untuk mencari kendaraan yang akan membawa saya ke Persepolis.

Menurut informasi yang diperoleh dari petugas, ada dua cara untuk sampai ke Persepolis yaitu dengan menyewa taksi dan naik angkutan umum. Saya akhirnya memilih angkutan umum sejenis colt yang parkir tak jauh dari terminal. Namun, saya harus bersabar karena mobil akan berangkat jika semua kursi sudah penuh oleh penumpang. Jarak dari Shiraz ke Persepolis lumayan jauh sekitar 70 km, sehingga diperlukan waktu sekitar 1,5-2 jam perjalanan.

Persepolis ini merupakan sebuah ibu kota kekaisaran Persia yang pembangunannya kembali ke tahun 515 SM. Jika dihitung dari sekarang, maka usia bangunan ini kurang lebih sekitar 2500 tahun. Istilah Persepolis sendiri merupakan sebutan dari orang-orang Yunani untuk menyebut wilayah yang berdiri di tengah Iran ini.

Kata parsa merujuk kepada orang Persia dan polis memiliki arti kota dalam bahasa Yunani, sehingga Persepolis berarti kotanya orang atau bangsa Persia. Sementara, dalam bahasa Persia Persepolis disebut takht-e jamshid.

Penunjukkan Persepolis sebagai ibu kota awalnya dilakukan oleh Cyrus Agung. Namun, yang membangun komplek ini menjadi sebuah istana yang megah adalah Darius Agung. Pembangunan istana tetap dilanjutkan sampai masa raja Xerxes anak dari raja Darius. Persepolis ini dibangun untuk menciptakan aura keagungan dari kekaisaran Persia dan juga sebagai tempat perayaan khusus seperti nowruz atau tahun baru Persia.

Baca juga:  Menyambangi Pesantren Tua Balekambang

Kemegahan Persepolis sudah terlihat dari jauh. Auranya semakin menguat ketika saya menaiki anak tangga. Saya merasa seolah-olah sedang menjadi tamu raja yang berjalan menuju sebuah istana megah. Pintu gerbang istana yang tinggi dengan dua relif banteng berkepala manusia menambah keterkejutan saya. Kedua patung yang dipahat seperti seorang petugas penjaga pintu istana yang gagah perkasa.

Semakin jauh saya masuk ke dalam Persepolis ini, semakin banyak hal yang membuat saya terperangah. Relif-relif indah yang terukir di atas dinding istana seakan ingin menceritakan kabar gembira. Gambar-gambar yang terpahat dengan beragam bentuk menampilkan ketelitian.

Singa yang sedang menggigit banteng yang menjadi simbol keagungan kekaisaran Persia tampak artistik. Di sisi lain, saya menyaksikan juga ukiran-ukiran berbentuk manusia lengkap dengan cara berpakaiannya yang sedang membawa persembahan.

Saya sangat penasaran dengan arti dari relif-relif yang terpaku dalam dinding Persepolis ini. Kebetulan, di depan saya ada seorang pemandu yang nampaknya sedang menjelaskan sesuatu kepada pengunjung yang sedang berdiri menyimak. Saya pun mendekat untuk mencuri informasi tentang apa yang sedang dibicarakan.

Ia menjelaskan bahwa gambar manusia lengkap dengan tombak dan perisainya adalah para tentara dan prajurit kerajaan yang selalu menjaga komplek ini. Sementara, relif dengan bentuk wajah yang bervariasi menandakan bahwa Persepolis menyambut etnis dan bangsa lain yang datang ke Persia.

Baca juga:  Perbincangan dengan Andree Feillard: Islam yang Berubah

Kekaisaran Persia menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai bangsa seperti Yunani, Mesir, India, Cina, dan Afrika. “Biasanya, mereka juga membawa barang-barang yang akan dipersembahkan kepada raja” ujarnya, sambil menunjuk relif yang ada di sampingnya.

Dari puing-puing istana dengan tiang-tiangnya yang masih berdiri, saya menengok sebuah bukit di selatan komplek ini. Ada sebuah dinding batu dengan pahatan-pahatan indah dan besar. Dinding batu tersebut dipahat membentuk sebuah lukisan yang tampak seperti bagian depan sebuah istana lengkap dengan pilar, tangga, pintu gerbang, dan prajurit-prajuritnya.

Sementara di bagian atasnya, Faravahar atau lambang Zoroaster menampilkan kesan perkasa. Rupanya, di sini para bangsawan kerajaan dimakamkan dengan cara diletakkan di atas batu yang disediakan.

Saya tak dapat membayangkan bagaimana orang dahulu melakukannya. Satu dinding batu besar penuh dengan pahatan yang tentunya membutuhkan ketelitian tingkat tinggi untuk membuatnya. Dari bukit ini, kita dapat melihat dengan jelas komplek Persepolis yang tepat berada di bawahnya.

Persepolis bukan hanya satu bangunan, tetapi sebuah komplek yang terdiri dari banyak bangunan yang mempunyai fungsi masing-masing. Bangunan di komplek ini terdiri dari tiga kawasan yaitu kawasan militer, kawasan tempat penyimpanan harta, dan kediaman para raja.

Dalam ketiga wilayah tersebut terdapat berbagai bangunan-bangunan khusus seperti gerbang semua bangsa, istana Apadana Darius, istana Xerxes, dan balai seratus tiang. Bangunan-bangunan ini sekarang hanya tersisa reruntuhannya saja, sehingga kita tidak akan menemukan bangunan utuh. Walaupun demikian, aura keagungan dan kemegahan Persepolis masih tetap terasa. Kini, Persepolis menjadi situs sejarah yang menjadi bagian penting dari Persia di masa lalu.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top