Sedang Membaca
Tafsir Surah Al-Kautsar (Bagian 2)
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Tafsir Surah Al-Kautsar (Bagian 2)

Di dalam ayat yang kedua Allah berfirman Fashalli lirabbika wanchar yang artinya maka sembahyanglah kamu karena tuhanmu, lalu hendaklah engkau berkurban.

Setelah diberi tahu oleh Allah bahwa Nabi Muhammad diberi nikmat yang banyak sebagaimana disebutkan dalam ayat sebelumnya, Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk melaksanakan sembahyang dan berkurban. Secara tidak langsung ayat ini memerintahkan Rasulullah untuk bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah. Dua cara bersyukur di dalam ayat ini bisa dilakukan dengan melaksanakan sembahyang dan berkurban. Demikian menurut Muhammad Abduh di dalam Tafsir Juz Amma.

Menurut Ad-Dhahak, perintah sembahyang di dalam ayat ini adalah perintah untuk melaksanakan sembahyang wajib lima waktu. Begitu pula menurut Ibnu Arabi. Dia mengakatan, “Sembahyang lima waktu. Sebab dia adalah rukun ibadah seluruhnya dan itulah pondasi Islam dan termasuk tonggak agama.”

Di dalam Tafsir Al-Misbah, kata shalli, tidak diartikan sembahyang tetapi berdoalah. Sebab biasanya perintah sembahyang di dalam Alquran biasanya didahului dengan kata aqim. Dirikanlah! Misalnya aqiimus shalaat. Perbedaan pemaknaan kata shalli ini tidak mengubah esensi perintah Allah untuk mendekatkan diri kepada Allah setelah diberi banyak nikmat.

Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah orang yang terputus. Sebagaimana disinggung di dalam penjelasan asbabun nuzul, kata abtar digunakan oleh orang-orang Arab sebagai kata ganti untuk orang yang anak laki-lakinya meninggal ketika kecil sehingga keturunannya terputus.

Baca juga:  Sastra Berpesantren

Kata abtar juga bermakna telah terhapus. Maksudnya orang abtar akan terhapus namanya dan ajarannya. Ada pula yang mengatakan akan terhapus kebajikannya. Sehingga orang-orang musyrik senang ketika mendengar kabar anak Rasulullah meninggal. Sebab waktu itu pengikut Kanjeng Nabi masih sedikit.

Ibnu Katsir menjelaskan, “Yang dimaksud abtar adalah jika seseorang meninggal dunia, maka ia tidak akan lagi disebut-sebut (disanjung-sanjung). Inilah kejahilan orang-orang musyrik. Mereka sangka bahwa jika anak laki-laki seseorang mati, maka ia pun tidak akan disanjung-sanjung. Padahal tidak demikian. Bahkan beliaulah yang tetap disanjung-sanjung dari para syahid (tuan) yang lain. Syari’at beliau tetap berlaku selamanya, hingga hari kiamat saat manusia dikumpulkan dan kembali.”

Kanjeng Nabi Muhammad mempunyai banyak putra dengan Khadijah, empat anak perempuan yakni Zainab, Ruqaiyah, Ummi Kultsum dan Fatimah dan anak laki-laki bernama Abdullah, Qasim, dan Thahir. Setelah beliau tinggal di Madinah, beliau mendapat anak laki-laki yang diberi nama Ibrahim. Akan tetapi semua anak laki-lakinya meninggal ketika kecil.

Di dalam riwayat Ibnu Ishaq disebutkan bahwa Al-‘Ash bin Wail sering mencemooh Kanjeng Nabi dengan berkata, “Biarkan saja dia bercakap sesukanya. Toh, dia terputus keturunannya. Kalau nanti dia mati, habislah sudah dia!”

Di dalam riwayat Atha’, Abu Lahab juga tak ketinggalan untuk ikut-ikutan merendahkan Rasulullah. Setelah dia mendengar bahwa anak laki-laki Nabi meninggal, dia pergi menemui teman-temannya dan berkata, “Sudah putus turunan Muhammad malam ini!”

Baca juga:  Mengenal Metode Penafsiran Alquran Tematik

Uqbah bin Abu Muith pun setelah mendengar anak laki-laki Rasulullah meninggal, dengan gembira dia berkata, “Putuslah dia!”

Dugaan mereka ternyata salah. Sebab Allah memberikan banyak sekali nikmat kepada Rasulullah. Termasuk oleh Allah diberi banyak sahabat yang setia dan umat yang banyak sampai akhir zaman. Para sahabat Rasulullah inilah yang melanjutkan dakwah Nabi. Lalu dilanjutkan oleh tabiin, tabiut tabiin, para ulama dan seterusnya sampai sekarang. Ini menjadi bukti bahwa Alquran memang benar sebab ajaran Islam sampai sekarang belum terputus bahkan semakin banyak meskipun Rasulullah, sabahat dan tabiin telah wafat.

Surah ini juga memberikan penegasan bahwa umat Islam sudah diberi dan akan terus diberi kenikmatan yang banyak. Kenikmatan tersebut bukanlah berupa harta benda. Sebab kenyataannya ketika ayat ini turun Rasulullah dan pengikutnya bukanlah orang-orang yang kaya harta. Logika nubuwwah seperti ini harus ditanamkan di dalam benak umat Islam. Bahwa umat Islam harus merasa hidayah Allah adalah sesuatu yang berharga lebih dari harta benda dan jabatan.

Kalau orang Islam memiliki logika nubuwwah demikian maka ini bisa membedakan dengan orang-orang musyrik yang hidupnya dipakai untuk mengejar kenikmatan duniawi sembari menyepelekan ajaran agama. Naudzubillah.

Disebutkan dalam beberapa riwayat bahwa ayat ini memiliki banyak khasiat. Disebutkan di dalam kitab Khazinatul Asrar karya Sayyid Haqi An Nazili bahwa manfaat dalam mengamalkan surah Al-Kautsar. Pertama, perantara melancarkan rizki, untuk kekayaan, untuk memperoleh kedudukan, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Caranya, surah Al-Kautsar ini dijadikan wirid setiap hari sebanyak 300 (tiga ratus) kali.

Baca juga:  Nuzulul Quran: Membaca Kitab Tafsir Karya Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy

Kedua, jika rizki kurang, bacalah surah al-Kautsar sebanyak 21 (dua puluh satu) kali setiap menjelang tidur. Dan sertai wirid surah al-Waqiah 3 (tiga) kali setiap selesai salat Subuh dan Ashar. Di samping itu, memperbanyak dzikir, membaca shalawat nabi, memperbanyak sedekah dan melanggengkan salat berjamaah.

 

Referensi

Tafsir Al-Qur’an al-Adhim karya Ibnu Katsir

Tafsir Marah Labid karya Syekh Nawawi Al-Bantani

Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab

Tafsir Juz Amma Karya Muhammad Abduh

Tafsir Al-Jalalain karya Jalaluddin al-Mahalli Jalaluddin as-Suyuthi

Khazinatul Asrar karya Sayyid Haqi An Nazili

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top