Sedang Membaca
Penghuni Neraka yang Terakhir Masuk Surga
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Penghuni Neraka yang Terakhir Masuk Surga

Raquel Raclette Myjfoivwwt8 Unsplash

Di dalam Shahih Bukhari disebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah. Hadis ini terdapat dalam bab “Kitab al-Tauhid, Bab Wujuhuyy Yaumaidzin Nahirah (Q.S. al-Qiyamah [75):22),” nomor hadis 7437. Hadis ini juga disebutan dalam Kitab Shahih Muslim nomor hadis 182. Hadis ini secara umum menjelaskan tentang pentingnya iman. Sekecil apapun iman seseorang, kelak masih berkesempatan untuk masuk surga.

Diceritakan ada seorang penghuni neraka yang bisa masuk surga berkat anugerah Allah. Dia adalah orang beriman terakhir yang bisa bebas dari neraka. Saat itu, wajahnya dihadapkan ke neraka sehingga ia bisa melihat jelas bagaimana pemandangan di neraka. Dia merasakan panas dan baunya. Kemudian, dia memohon kepada Tuhannya agar wajahnya dipalingkan darinya, “Duh Gusti, palingkanlah wajahku dari neraka. Sebab, aromanya merusak penciumanku dan panasnya membakar kulitku.”

Dia berdoa dengan permohonan yang dikehendaki-Nya. Maka Allah berfirman, “Jika Aku akan memberimu, bisakah kamu tidak meminta selain itu?”

Dia menjawab, “Demi keagungan-Mu, Gusti. Tidak mungkin aku meminta kepada-Mu selain itu.”

Kemudian, dia berjanji kepada Allah sesuai dengan janji yang dikehendaki-Nya. Setelah itu, Allah memalingkan wajahnya dari neraka, sehingga menghadap ke surga. Hingga akhirnya dia berada di antara siksaan neraka dengan kenikmatan surga. Tentu saja orang ini kepincut masuk surga karena keindahan yang ada di dalamnya.

Baca juga:  Pesantren, Ilmu Hikmah, dan Perdukunan (1): Pesantren, Jawa, dan Ortodoksi Islam

Allah tahu orang itu tertarik untuk masuk surga namun Allah mengingatkan janjinya kepada Allah untuk tidak meminta sesuatu selain yang telah dimintanya. Namun, keinginannya mendekati surga begitu besar. Karena itu, dia tak henti-hentinya berdoa kepada Allah agar didekatkan kepada pintu surga.

Namun, Allah menyalahkan hamba itu atas ingkar janjinya. Dia mengabarkan hal itu kepadanya, “Hei, Kang. Bukankah engkau telah berjanji untuk tidak meminta selain yang telah diberikan?”

Allah melanjutkan, “Celakalah kamu, anak Adam! Betapa ingkarnya dirimu ini!” Namun, laki-laki itu terus memohon, berdoa, dan berharap. Dia kembali menyampaikan permintaannya kepada Tuhannya seperti semula, sampai Allah bertanya, “Kang, jika kupenuhi permintaanmu, bisakah kamu tidak meminta selain itu?”

Laki-laki itu menjawab dengan jawaban semula, “Demi keagungan-Mu, Gusti. Aku tidak mungkin meminta yang lain.” Laki-laki itu kemudian berjanji lagi sesuai kehendak Allah, sampai Dia mendekatkannya ke pintu surga.

Begitu berdiri di hadapan pintu surga, pandangannya langsung tertuju pada kesegaran dan kesenangan yang ada di dalamnya. Dari sela-sela pintu, dia bisa melihat bagaimana sungai-sungai mengalir di sana, bagaimana taman-tamannya seakan bernyanyi.

Sedikit aroma wanginya telah sampai kepadanya. Terlihat pula bagaimana berbagai kenikmatan meliputi para penghuninya. Dia hanya bisa terdiam selama kehendak Allah, sampai akhirnya keinginannya condong kepadanya, kesabaran untuk memasukinya telah habis. Maka Allah Dzat yang maha mendengar, maha mengetahui, maha pengasih, dan maha penyayang, memanggilnya untuk masuk ke dalam surga.

Baca juga:  Nasihat Wanita Ahli Ibadah Kepada Dzun Nun Al-Mishri

Allah berfirman kepadanya, “Celakalah kamu, wahai anak Adam! Betapa ingkarnya kamu!”

Dia menjawab, “Duh Gusti, aku ini bukan makhluk-Mu yang paling celaka.”

Mendengar rengekan orang tersebut akhirnya kesempatan pun datang. Allah menertawakan keadaan seorang hamba yang merengek berdoa dan meminta, walaupun harus mengingkari janjinya demi meraih sesuatu yang diangan-angankan.

Siapa pun yang “ditertawakan” Allah, maka sesungguhnya dia adalah orang yang beruntung. Maka dari itu, Allah berfirman, “Masuklah kamu ke dalam surga, Kang.”

Akhirnya orang tersebut keluar dari neraka dan masuk ke dalam surga meskipun sebenarnya dia banyak berbuat dosa saat hidup di dunia. Ini semua karena Allah rida kepada orang tersebut. Oleh karena itu, selama hidup di dunia orang tak berhak menghina orang yang terlihat berbuat maksiat. Alangkah baiknya jika melihat perbuatan maksiat, orang itu dibimbing ke jalan yang benar bukan dihina-hina sehingga justru menghasilkan dosa pada diri si penghina. (RM)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
3
Terhibur
0
Terinspirasi
3
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top