Sedang Membaca
Berhaji dengan Kapal Laut
Rohmatulloh
Penulis Kolom

Dosen Pendidikan di Universitas Islam An Nur Lampung dan bergiat di Komunitas Sekolah Sadar Energi.

Berhaji dengan Kapal Laut

jemaah haji

Pemerintah Indonesia pada 2022 kembali memberangkatkan jemaah haji sejak terjadinya wabah global. Haji tahun ini yang pertama sejak adanya pembatalan keberangkatan haji selama dua tahun berturu-turut untuk menghindari meluasnya penyebaran virus Covid-19. Ibadah haji sebagai rukun Islam kelima yang paling banyak ditunggu masyarakat muslim hingga rela bersabar masuk daftar tunggu bertahun-tahun.

Masyarakat muslim yang telah menunaikannya akan selalu mengingat pengalaman pembelajaran nilai-nilai karakter yang mengesankan walaupun sudah puluhan tahun prosesi hajinya. Yang tidak kalah mengesankan karena menggunakan moda transportasi kapal laut pada periode 1970-an yang memerlukan kesabaran.

Kapal laut merupakan moda transportasi pengangkutan  jemaah haji yang telah digunakan sejak pra kemerdekaan Indonesia dan negara Asia lainnya. Kapal laut menjadi pilihan favorit karena biayanya murah dibandingkan pesawat terbang pada saat itu. Pada 1973 misalnya, ongkos atau biaya perjalanan ibadah haji sebesar 418 ribu rupiah.

Walaupun kelihatannya kecil untuk ukuran saat ini, namun ini setara dengan nilai aset tanah setengah hektar berdasarkan nilai harganya sebesar 100 rupiah per meter persegi di Jakarta. Sementara itu, ongkos menggunakan pesawat terbang mencapai lebih dari dua kali lipatnya. Namun seiring perjalanan waktu, justru populartitas kapal laut kalah sampai dihentikan operasionalnya pada 1979 karena biaya haji dengan pesawat terbang justru menjadi lebih efisien.

Baca juga:  Tayyib: Sejarah Ide Cita Rasa dalam Islam

Sebelum berangkat, calon jemaah haji yang ingin menggunakan kapal laut harus melakukan pendafataran secepat mugkin. Biasanya sejak pendaftaran dibuka maka pada hari itu juga langsung habis kuotanya karena begitu banyak peminatnya. Saat itu, jemaah yang daftar haji dapat langsung berangkat karena calon jemaah haji yang mendaftar diperkirakan sebanyak 30 ribu se Indonesia.

Setelah ada pengumuman keberangkatan dan mendapatkan Pas Perjalanan Haji yang ditandatangani Walikota, jemaah dipondokkan di Asrama PHI Cempaka Putih. Belum ada asrama haji pondok gede seperti yang terkenal saat ini. Setelah dikarantina selama tiga hari, jemaah diberangkatkan dengan bis ke Pelabuhan Tanjung Priok untuk diangkut ke Pelabuhan Jeddah, salah satunya menggunakan Kapal Gunung Jati.

Gunung Jati merupakan kapal buatan Jerman Barat  pernah digunakan Nazi pada Perang Dunia II. Kapal yang dibeli pemerintah mampu mengangkut sebanyak dua ribuan jemaah haji.

Perjalanan selama 16 hari untuk mencapai Kerajaan Arab Saudi memberikan banyak keuntungan dan pengalaman bagi jemaah haji dibandingkan dengan pesawat terbang yang hanya beberapa jam sampai di Jeddah. Walaupun di sisi lain ada juga yang jenuh karena lama sehingga bisa saja menjadi ujian timbulnya konflik keluarga jemaah.

Keuntungannya, banyak perbekalan seperti bahan makanan yang dapat dibawa untuk keperluan sendiri. Tentunya tidak hanya untuk diri sendiri, jemaah bahkan sudah meniatkan juga untuk disedekahkan di tanah suci karena menurutnya memiliki nilai pahala yang besar bersedekan di tanah haram. Dan ini momentum yang ditunggu-tunggu.

Baca juga:  Pelecehan Seksual di Masa Nabi dan Khulafaurrasyidin

Pengalaman saya pun demikian, banyak sekali peluang untuk sedekah kepada jemaah haji khususnya dari negara-negara Asia Selatan yang begitu membutuhkan bantuan tangan kita. Karena tidak semua jemaah haji tersebut memiliki kelimpahan rejeki seperti yang kita bayangkan selama ini.

Kedatangan calon jemaah haji langsung disambut oleh wakil dari Sheikh Hussein Makki orang indonesia sudah menetap dan punya istri di sana punya pondokan banyak yang melayani jemaah haji selama di tanah haram. Durasi waktu selama tiga bulan terdiri dari 8 hari Madinah, 48 hari di Mekkah, dan di laut selama 32 hari pulang pergi. Jemaah gelombang pertama, dari Jeddah menuju Madinah.

Dari Madinah dilanjutkan ke Mekkah yang memiliki durasi waktu paling lama sambil menunggu hari pelaksanaan prosesi haji di kawasan Armina (Arafah-Mina Muzdalifa). Untuk mengisi waktu, banyak yang melakukan ziarah ke tempat bersejarah kelahiran Rasulullah Saw dan perjuangannya dalam berdakwah. Biasanya, jemaah kedatangan glombang pertama karena sudah memiliki pengalaman perjalanan akan memanfaatkannya menjadi pemandu jemaah gelombang kedua.

Sekembalinya dari perjalanan laut ke tanah air, tentu saja paling belakang sampainya dibandingkan dengan jemaah haji yang menggunakan pesawat. Tetapi dari segi bawaan seperti air zam-zam, menggunakan moda transportasi kapal laut begitu menguntungkan karena dapat membawa dalam jumlah yang banyak. Bandingkan dengan pengalaman saya yang hanya dapat jatah 5 liter dan beberapa mililiter menggunakan botol isi ulang air mineral.

Baca juga:  Perjuangan Kemerdekaan oleh Santri-Santri Nusantara dari Kairo (Bagian 2)

Oleh-oleh istimewa inilah yang dinanti-nanti oleh keluarga dan masyarakat di tanah air untuk dapat merasakan air istimewa yang memiliki banyak faedah.

Inilah pengalaman pembelajararan ibadah haji orangtua kita yang selalu terkesan terus, bahkan oleh seorang kakek dari Pakistan berusia 90 tahun yang melaksanakan perjalanan haji dengan kapal laut dari Karachi ke Jeddah pada 1974 yang saya baca dari media Arab News.

Bagi kita sekarang walaupun moda transportasinya pesawat, tentu saja tidak perlu berkecil hati karena kesan pembelajaran nilai karakternya pun sama. Hanya durasi waktunya saja yang berbeda. Yang terpenting adalah prosesi haji yang kewajibannya hanya satu kali seumur hidup dapat membawa kita menjadi haji mabrur. Selamat menunaikan ibadah haji. Wallahua’lam.

 

 

 

 

Dokumen Pas Perjalanan Haji tahun 1973

 

 

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
2
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top