Photo by John T on Unsplash
Persebaran virus corona (Covid-19) di seluruh dunia membawa implikasi besar di seluruh lini kehidupan. Negara-negara modern, kaya raya dan penguasa ekonomi dibuat kalanh kabut menghadapi serangan Covid-19. Ibarat serangan mendadak dan tidak terlihat, Covid-19 mengakibatkan negara-negara semisal China, Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa mengalami kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Situasi yang parah juga terjadi di negara-negara berkembang yang memang kondisi ekonominya masih belum stabil dan sekuat negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan China. Jika negara-negara Eropa saja merasa kesulitan dan menganggap sebagai tantangan berat, apalagi negara-negara yang selama ini masih berjuang memakmurkan rakyatnya. Kita bisa melihat bagaimana tantangan yang dihadapi pemerintahan Joko Widodo dan bangsa Indonesia secara keseluruhan, di tengah pandemi Covid-19.
Dunia seakan melambat, bahkan di beberapa kawasan seolah berhenti. Ribuan orang meninggal dari berbagai negara, tidak peduli negara kaya atau miskin, tidak peduli di kawasan Asia atau Amerika. Pemerintah dari berbagai negara saling bekerja keras mengejar waktu untuk mencari solusi. Dunia sedang berduka, alam sedang mencari keseimbangan.
Namun, Covid-19 juga membuka ruang-ruang kemungkinan yang selama ini buntu. Pemerintah Israel bekerjasama dengan Palestina untuk bersama-sama menangani kasus Covid-19 di negara mereka. Ada kabar gembira di tengah duka yang menganga. Ada harapan di balik tragedi kemanusiaan.
Segera setelah dinyatakan Covid-19 menyebar di Bethlehem, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengungumkan situasi darurat. Otoritas Palestina pada 5 Maret 2020 lalu menginvestigasi dan mendiagnosa seorang petugas hotel di kawasan Bethlehem, yang tertular Covid-19 setelah berinteraksi dengan turis dari Yunani. Situasi ini kemudian direspon serius oleh pemerintah Palestina dan Israel.
Otoritas Palestina segera melakukan langkah cepat dengan menutup perbatasan di Gaza, menutup sekolah-sekolah, mengawasi jalan, sekaligus meminta 5 juta warga Palestina di kawasan Tepi Barat untuk diam di rumah, dilarang keluar rumah jika tidak urgen. Gerak cepat ini merupakan respon kebijakan Israel-Palestina agar penanganan atas Covid-19 bisa terpetakan secara cepat.
Meski demikian tantangan besar juga dihadapi orang-orang Palestina yang bermukim di teritori Israel. Di Jerusalem timur, ada sekitar 340.000 warga Palestina yang membutuhkan bantuan medis dan rapid tes, untuk pemeriksaan Covid-19. Sementara, fasilitas kesehatan yang dimiliki pemerintah Israel di kawasan itu sangat terbatas.
Dari data modelling yang dilakukan oleh Israeli epidemological modelling, dalam situasi biasa dengan persebaran virus rendah sekitar 130 warga Israel butuh perawatan medis. Sementara, pada situasi kritis dengan tingkat persebaran virus tinggi, pasien yang membutuhkan perawatan melonjak menjadi 1450. Pada situasi ini, sistem kesehatan di Israel dan Palestina akan kolaps, jika tidak ada intervensi (Foreign Policy, 30 Maret 2020).
Covid-19 mengajarkan kepada dunia betapa serangan virus tidak mengenal tapal batas wilayah. Tembok-tembok besar yang dibangun Israel di kawasan Tepi Barat dan Jalur Gaza seakan hening. Tembok ini meratap di tengah serangan virus corona. Orang-orang kini yakin bahwa tembok ini tidak ada gunanya bagi kemanusiaan, yang seakan meleleh karena hantaman virus. Justru, yang dibutuhkan oleh warga Israel dan Palestina adalah kerjasama, saling percaya, dan selanjutnya: perdamaian.
Alan Baker, seorang saintis yang meriset pandemi dan dampaknya bagi Israel-Palestina berkesimpulan bahwa penting adanya jalan perdamaian dan kolaborasi bagi kedua negara itu. Kerjasama ini memungkinkan adanya inisiasi permanen bagi negosiasi damai yang telah dirintis selama bertahun-tahun.
“Collaboration, openness, good faith and the genuine need to protect and heal the populations of the era in the face of Corona pandemic should lead to the realization that good neighborly relations have the potential to enhance mutual trust and confidence between Palestinians and Israelis, as a basis for good faith and peace between them,” tulis Alan Baker (jcpa, 20 Maret 2020).
Pemerintah Israel dan Palestina sepakat bekerjasama untuk menangani persebaran virus Corona di kawasan masing-masing. Menteri Kesehatan dari Israel dan Palestina telah sepakat untuk saling membantu, bergerak bersama untuk melawan Covid-19. Ini tentu kabar gembira di tengah prahara, yang sebelumnya kita hanya mendengar kisah konflik antara dua kawasan itu, kisah perebutan kuasa atas al-Quds, atas kota suci Jerusalem.
Norman Chalet, Deputi Ambassador Amerika Serikat untuk United Nations (UN), mengungkapkan bahwa kerjasama antara pemerintah Israel dan Palestina dalam penanganan Covid-19 merupakan kabar baik bagi dunia internasional. Kisah perdamaian antara dua negara ini menjadi penyemangat bahwa kemanusiaan bisa menyelamatkan manusia di tengah pandemi virus.
Sebelumnya, pemerintahan Donald Trump mendorong percepatan perdamaian Israel-Palestina, yang dicetuskan sebagai solusi damai Timur Tengah. Jared Kushner, menantu Donald Trump memimpin tim negosiasi perdamaian ini, yang menjadi program diplomasi Amerika Serikat di tengah kecamuk konflik Timur Tengah.
Dengan dukungan Donald Trump, Jared Kushner menawarkan paket program perdamaian, yang rencananya dilaksanakan dalam waktu empat tahun. Meski banyak ditentang oleh warga Palestina dan aktifis perdamaian internasional, Jared Kushner terus maju menegosiasikan ide dan rencananya untuk Israel-Palestina.
Di tengah krisis wabah ini, ada sekian cerita bahwa kemanusiaan tidak tumbang. Justru, manusia-manusia menemukan cara baru untuk eksis, agar bertahan dari serangan pandemi yang mengerikan di tahun ini. Virus memang menerobos batas-batas wilayah, tidak mengenal imigrasi maupun teritori yang digariskan dari perang antar negara.
Dari hantaman krisis Covid-19, kita melihat kemanusiaan tumbuh di Israel-Palestina. Bencana wabah mendorong orang-orang di Israel-Palestina untuk bekerjasama, menemukan rasa persaudaraan. Juga, memaksa pemerintah Israel-Palestina mengesampingkan egoisme politik dan kekuasaan. Dari krisis Covid-19, kita melihat kemanusiaan tidak tumbang, kita melihat orang-orang menggerakkan nilai-nilai kebaikan untuk terus berjuang (*). (RM)
Baca Juga
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0 Ingin Tahu
0 Senang
0 Terhibur
0 Terinspirasi
0 Terkejut
0