Sedang Membaca
Cerita Zaid ibn Tsabit Mengumpulkan Lembaran Alquran
Muhammad Idris
Penulis Kolom

Peminat literatur Islam klasik dan studi pesantren

Cerita Zaid ibn Tsabit Mengumpulkan Lembaran Alquran

Cerita Zaid ibn Tsabit Mengumpulkan Lembaran Alquran

Mungkin tidak banyak orang yang mengetahui secara detail proses penulisan wahyu Alquran dan tokoh yang berperan penting. Proses penulisan itu, mulai pengumpulan wahyu Alquran, kodifikasi, hingga menjadi mushaf yang kita baca sekarang ini niscaya melalui rentang sejarah panjang dan berliku.

Sejumlah informasi sejarah menyebutkan bahwa sekurangnya terdapat enam puluh lima sahabat Nabi yang ditugaskan untuk menulis wahyu. Di antara yang paling kesohor bertugas menulis Alquran di masa Nabi adalah Zaid ibn Tsabit. Bahkan di era Abu Bakar ia diberi mandat khusus menjadi pemimpin proyek kodifikasi Alquran.

Zaid ibn Tsabit bernama lengkap Zaid ibn Tsabit ibn Addhahhak ibn Zaid al-Khazraj al-Anshari. Seorang sahabat Nabi yang terpercaya, cerdas, dan menguasai berbagai bahasa, di antaranya Yahudi, Persia, Habasyah-Ethiopia, dan Arab tentunya. Menurut sebuah riwayat, ia pernah diperintah secara khusus oleh Nabi Muhammad untuk mempelajari bahasa kaum Yahudi. Tugas tersebut ia tunaikan dengan mempelajarinya secara sungguh-sungguh.

Musthafa A’zami (1974) menuturkan bahwa Zaid adalah salah seorang sekretaris nabi yang namanya tercantum di berbagai literatur yang mengulas tentang sejarah penulisan wahyu maupun mengenai para sekretaris Nabi.

Kepakaran dan kredibilitasnya mengantarkan Zaid menjadi orang yang dipercaya oleh Khalifah Abu Bakar Asshiddiq sebagai orang yang diberi mandat khusus menjadi ketua panitia kodifikasi Alquran. Imam Bukhari merekam riwayat yang menceritakan momen diangkatnya Zaid ibn Tsabit sebagai ketua proyek besar ini, dalam bentuk kutipan pernyataan Zaid.

Baca juga:  Kota Islam yang Terlupakan (9): Bukhara, Kota Perawi Hadis hingga Saintis

“Setelah terjadinya peristiwa pertempuran “al-Yamama” yang menelan korban para sahabat, Abu Bakar memanggil saya (Zaid). Kami melihat  Umar ibn Khattab bersamanya. Abu Bakar berkata, ‘Umar baru saja tiba menyampaikan pendapat ini, ‘Dalam pertempuran al-Yamama telah menelan korban begitu besar dari kalangan para penghafal Alquran (qurra’), dan kami khawatir hal yang serupa akan terjadi dalam peperangan lain. Sebagai akibatnya, kemungkinan sebagian Alquran akan musnah. Oleh karena itu, kami berpendapat agar anda (Abu Bakar, selaku khalifah) mengeluarkan perintah pengumpulan semua Alquran’.

Abu Bakar menambahkan, ‘Saya katakan pada Umar, ‘Bagaimana mungkin kami melakukan sebuah tindakan (mengumpulkan Alquran) yang di mana hal tersebut tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad?’ Umar menjawab, ‘Ini merupakan upaya terpuji’. Abu Bakar yang terus mempertahankan pendapatnya pada akhirnya dibukakan hatinya oleh Allah SWT untuk menyepakati usulan Umar.

Lalu Abu Bakar memanggil saya, dan berkata, ‘Zaid! Kamu adalah seorang pemuda yang pandai. Kamu sudah terbiasa menulis wahyu di masa Nabi Muhammad. Saya tidak melihat kelemahan pada dirimu’.  Aku menjawab, ‘Demi Allah, jika seandainya mereka meminta saya untuk memindahkan gunung raksasa, maka itu akan terasa lebih ringan ketimbang apa yang mereka perintahkan kepada saya sekarang ini (mengumpulkan wahyu)’.

 Saya bertanya, ‘Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad?’ Abu Bakar dan Umar bersikeras mengatakan bahwa hal itu (mengumpulkan Alquran) adalah boleh-boleh saja. Bahkan akan membawa kebaikan. Mereka tak henti-henti menenangkan kami melakukan tugas itu, sebagaimana Allah SWT menenangkan hati Abu Bakar dan Umar”.

Setelah diyakinkan oleh Abu Bakar dan Umar, Zaid menerima mandat khalifah Abu Bakar as-Shiddiq sebagai ketua pelaksana pengumpulan Alquran, sedangkan Umar (pemrakarsa gagasan), bertindak sebagai pembantu Zaid.

Baca juga:  Nasihat Rumi dan Dosa Kita Melihat Tetangga Mati karena Kelaparan

Sebagai ketua panitia yang bertugas mengumpulkan lembaran-lembaran Alquran yang “tercecer” di antara sahabat-sahabat Nabi Muhammad, Zaid ibn Tsabit –sesuai instruksi dari khalifah– memberi syarat ketat kepada para pemilik lembaran Alquran. Di antaranya, siapa pun yang memiliki catatan tentang ayat Alquran, hanya bisa diterima bilamana memiliki dua orang saksi.

Setelah Abu Bakar wafat, dan  tampuk kekhalifahan kemudian diteruskan oleh Umar dan Utsman, Zaid ibn Tsabit terus dilibatkan untuk mengawal proses pengumpulan lembaran-lembaran Alquran sampai pada proses terkodifikasikannya dalam mushaf Utsmani yang bisa kita baca hingga sekarang.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
10
Ingin Tahu
8
Senang
4
Terhibur
3
Terinspirasi
3
Terkejut
3
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top