Alquran telah mengatakan bahwa kisah Nabi Yusuf adalah kisah paling indah, karena itulah kisah Nabi Yusuf diceritakan dengan sangat lengkap dan diturunkan secara sempurna
(نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَیۡكَ أَحۡسَنَ ٱلۡقَصَصِ بِمَاۤ أَوۡحَیۡنَاۤ إِلَیۡكَ هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ وَإِن كُنتَ مِن قَبۡلِهِۦ لَمِنَ ٱلۡغَـٰفِلِینَ)
“Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui”. (Surat Yusuf 3)
Salah satu kisah Nabi Yusuf adalah kisah cintanya dengan Zulaikha. Keduanya sama-sama mempunyai rasa cinta dalam hati masing-masing. Tapi ketika Nabi Yusuf dihadapkan pada cintanya kepada Zulaikha dan durhaka kepada Allah, ia pun memilih penjara sebagai jalan menjaga jalinan cintanya kepada Allah. Dan di dalam penjara inilah, Nabi Yusuf mendapatkan pengajaran wahyu dari Allah serta kedekatan yang sangat tinggi disisi Allah.
(قَالَ رَبِّ ٱلسِّجۡنُ أَحَبُّ إِلَیَّ مِمَّا یَدۡعُونَنِیۤ إِلَیۡهِۖ وَإِلَّا تَصۡرِفۡ عَنِّی كَیۡدَهُنَّ أَصۡبُ إِلَیۡهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلۡجَـٰهِلِینَ)
“Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” (Surat Yusuf 33)
Bagaimana dengan Zulaikha, rasa cintanya yang begitu menggebu kepada Nabi Yusuf berubah menjadi rasa cinta kepada Allah serta membuatnya yakin untuk bertaubat kepada Allah. Hingga cintanya kepada Nabi Yusuf membuatnya mengaku akan perbuatannya kepada Nabi Yusuf berkat kekagumannya kepada Nabi Yusuf.
(ذَ ٰلِكَ لِیَعۡلَمَ أَنِّی لَمۡ أَخُنۡهُ بِٱلۡغَیۡبِ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا یَهۡدِی كَیۡدَ ٱلۡخَائِٕۤنِینَ وَمَاۤ أُبَرِّئُ نَفۡسِیۤۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوۤءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّیۤۚ إِنَّ رَبِّی غَفُورُ الرَّحِیم)
“Zulaikha berkata, “Yang demikian itu agar dia (Al-Aziz) mengetahui bahwa aku benar-benar tidak mengkhianatinya ketika dia tidak ada (di rumah), dan bahwa Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat. Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang“. [Surat Yusuf 52-53]
تقول المرأة “إنما اعرتفت بهذا على نفسي ذالك ليعلم زوجي أن لم أخنه في نفس الأمر، فلهذا اعترفت ليعلم أني بريئة ولست أبرئ نفسي فإن النفس تتحدث وتتمنى ولهذا واردته لأنها أمارة بالسوء إلا من عصمه الله” وهذا القول هو الأشهر (تفسير الماوردي)
Zulaikha mengatakan “Aku mengakui hal tersebut agar suamiku tahu bahwa pada kenyataannya aku tidak mengkhianatinya (dengan bermesraan dengan Nabi Yusuf, karena sebelum hal tersebut tercapai Nabi Yusuf telah lari hingga sobek bajunya), dengan hal ini aku juga mengakui aku tidak lah menyatakan bebas dari kesalahan, karena nafsu dalam diriku banyak membisikkan dan mengharapkan, karena itulah nafsuku menginginkan Yusuf, karena nafsu mendorong pada kejelekan kecuali sesiapa yang dijaga oleh Allah“(lihat tafsir al-Mawardi)*.
Inilah sebuah kisah dua insan yang dilanda cinta tapi justru membuat keduanya semakin mendekat kepada Allah. Nabi Yusuf memilih penjara sebagai jalan cintanya kepada Allah hingga Allah semaikan cinta-Nya di hati Nabi Yusuf.
Sedangkan Sayyidah Zulaikha memilih untuk mendekat kepada Allah dan mengekang erat nafsunya setelah kejadian tersebut. Bahkan ketika keduanya ditakdirkan bertemu dalam ikatan pernikahan, Sayyidah Zulaikha lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah karena ia telah menemukan cinta sejati yaitu cinta kepada Allah. Nama Yusuf dan ketampanan fisik dan akhlaknya pun seolah lebur ketika dalam hati Zulaikha, sang pecinta telah tersemai cinta Allah.
Cinta, setiap manusia pasti pernah mengalaminya. Karena itulah Alquran menceritakan kisah Nabi Yusuf dan Sayyidah Zulaikha sebagai sebuah pelajaran dimana cinta juga membuat seseorang lebih dekat kepada Allah sang Maha Cinta.
Bagaimana mungkin, Allah mempertemukan Nabi Yusuf dan Sayyidah Zulaikha kembali dalam ikatan pernikahan, bila bukan karena keduanya adalah pasangan yang sangat dicintai oleh Allah.
*Penafsiran ini diikuti juga oleh Ibnu Katsir dan dikutip juga oleh al-Qurthubi, karena lebih sesuai dengan ayat sebelumnya yang menceritakan tentang pengakuan Sayyidah Zulaikha. Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa perkataan tersebut diucapkan oleh Nabi Yusuf dianggap lemah, Bagaimana mungkin seorang Nabi yang maksum (terlindung dari dosa kecil maupun besar) mengatakan وما أبرئ نفسي ?.