Sedang Membaca
Ngaji Kitab Madza fi Sya’ban Karya Sayyid Al-Maliki, Ada Apa di Bulan Sya’ban?

Wisudawan Angkatan Pertama Ma’had Aly Ponpes Al-Iman Bulus Purworejo Jawa Tengah, Takhassus Tafsir wa Ulumuhu dan Redaktur Bilqolam Al-Iman Bulus.

Ngaji Kitab Madza fi Sya’ban Karya Sayyid Al-Maliki, Ada Apa di Bulan Sya’ban?

Ngaji Kitab Madza fi Sya’ban Karya Sayyid Al-Maliki, Ada Apa di Bulan Sya’ban?

Bulan Sya’ban adalah salah satu dari sekian bulan yang mempunyai kemuliaan dan keluhuran. Ia adalah bulan yang populer akan keberkahannya, sempurna akan kebaikannya.

Bagaimana tidak, di bulan tersebut taubat seorang hamba akan lebih banyak diterima, ketaatannya juga akan menuai keuntungan bak seorang pedagang yang laris dagangannya. Sehingga siapa saja yang menyiapkan dirinya untuk ‘berjihad’ di dalamnya, niscaya ia akan menuai keberuntungan pada bulan Ramadan-nya.

Bulan tersebut disebut sebagai bulan Sya’ban karena ia adalah bulan yang melahirkan beraneka ragam kebaikan. Mungkin, karena beberapa alasan yang telah dipaparkan tersebut, Sayyid Muhammad al-Maliki mengarang sebuah kitab yang bernama, “Madza fi Sya’ban?” (Ada apa di bulan Sya’ban?).

Sayyid Muhammad dalam bagian depan kitab ini mengatakan bahwa dalam risalah yang kecil ini, beliau akan mengupas permasalahan seputar bulan Sya’ban, yakni apa sajakah yang terjadi di bulan itu?

Lebih dalam, beliau juga akan mengupas kenapa umat Islam merayakan bulan Sya’ban dan berupaya kembali kepada Allah dengan memperbanyak taubat, ibadah dan beramal saleh? Kenapa umat Islam pada bulan itu menghidupkan hati mereka dengan berdzikir kepada Allah Swt, berziarah kepada Rasulullah saw. dan meramaikan Baitullah dengan melakukan shalat, thawaf dan umrah? (hal. 5-6)

Mukadimah: Mulianya Zaman Tergantung Peristiwa yang Terjadi Di dalamnya

Namun, sebelum memasuki pada pokok permasalahan, terlebih dahulu beliau memaparkan sebuah mukadimah sebagai pembuka dari permasalahan-permasalahan yang akan dikupas dalam pembahasan ini.

Dalam mukaddimah tersebut Sayyid Muhammad menjelaskan sebuah kaidah penting tentang kemuliaan suatu zaman. Beliau memaparkan -seperti yang telah menjadi kesepakatan ulama- bahwa kemuliaan suatu zaman itu disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman tersebut.

Peristiwa-peristiwa itulah yang menjadi dasar sebuah zaman memiliki “keistimewaan”. Bila peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman tersebut mulia, maka demikian pula zaman yang mewadahinya.

Tidak hanya itu, bila keterikatan sebuah masyarakat dengan suatu peristiwa itu kuat, maka kuat pula keterikatannya dengan zaman yang mewadahinya.

Baca juga:  Cinta sebagai Jalan menuju Kebahagiaan

Oleh karena itu, menurut beliau, dari sini akan menjadi jelas, bahwa tujuan pokok dibahasnya permasalahan ini adalah untuk mengkaitkan umat Islam dengan sejarah, dan menguji kepekaan pemahaman keagamaan mereka dengan peristiwa-peristiwa bersejarah yang bernuansa agama. (hal. 6)

Apa Sajakah yang Terjadi di Bulan Sya’ban?

Menurut Sayyid Muhammad, pada bulan Sya’ban terjadi beberapa peristiwa dan kejadian yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus dengan mengadakan berbagai macam kegiatan, seperti: acara-acara seremonial, peringatan, seminar dan perayaan-perayaan religi yang lain.

Menurut Sayyid Muhammad, di antara peristiwa-peristiwa yang terjadi di bulan Sya’ban adalah:

  1. Perpindahan arah kiblat

Menurut Sayyid Muhammad pada bulan Sya’ban terjadi peristiwa perpindahan arah kiblat umat Islam yang semula menghadap ke Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha) yang berada di Palestina lalu dipindah menjadi menghadap Ka’bah yang berada di Mekah.

Dalam hal ini, Sayyid Muhammad mengutip perkataan Abu Hatim al-Basti yang mengatakan bahwa sebelum kejadian tersebut, umat Islam shalat menghadap Baitul Maqdis selama tujuh belas bulan lebih tiga hari. Lalu, setelah Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah pada tanggal 12 Rabi’ul Awal, Allah Swt memerintahkan beliau untuk shalat menghadap Ka’bah pada malam Selasa, bertepatan dengan malam nisfu Sya’ban. (hal. 9-10)

  1. Penyerahan rekapitulasi keseluruhan amal perbuatan kepada Allah Swt

Di antara keistimewaan bulan Sya’ban menurut Sayyid Muhammad adalah bulan dilaporkannya rekapitulasi amal perbuatan manusia. Pelaporan ini, lanjut beliau, adalah pelaporan yang sifatnya lebih luas dan agung dari pada pelaporan-pelaporan yang lain.

Pasalnya, menurut beliau, ada beberapa waktu tertentu yang juga menjadi waktu pelaporan amal kepada Allah selain bulan Sya’ban, yaitu setiap siang, malam, setiap pekan.

Selain itu, ada juga beberapa amal yang diserahkan langsung kepada Allah tanpa menunggu waktu-waktu tersebut, yaitu catatan amal shalat lima waktu. (hal. 11-17)

  1. Penentuan umur
Baca juga:  Membaca Misi Kenabian dalam Puisi-Puisi Gus Mus

Menurut Sayyid Muhammad, di dalam bulan Sya’ban terdapat penentuan umur. Adapun yang dimaksud dengan penentuan umur ini, adalah pada bulan itu ditampakkan penentuan itu kepada Malaikat. Sebab, apapun yang dilakukan Allah tidak terbatas dan terikat oleh waktu dan tempat. (hal. 17)

  1. Turunnya ayat yang menganjurkan bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw.

Menurut Sayyid Muhammad, diantara keistimewaan bulan Sya’ban adalah pada bulan tersebut diturunkan ayat yang menganjurkan bershalawat kepada Nabi Muhammad saw.

Adapun ayat yang dimaksud menurut beliau adalah surah al-Ahzab ayat 56, yang berbunyi:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ۝٥٦

Artinya: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab: 56)

Dalam hal ini, beliau mengutip pendapat beberapa ulama yang mengatakan bulan Sya’ban adalah bulan shalawat. Seperti Ibnu Abi Shaif al-Yamani, Imam Syihabuddin Al-Qasthalani dalam Al-Mawahib-nya, serta Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Selain membahas bulan Sya’ban adalah bulan shalawat, beliau dalam bagian ini juga memaparkan mengenai bagaimanakah sebenarnya hakikat bershalawat kepada Nabi saw. dan beberapa keutamannya. (hal. 25-43)

  1. Sya’ban adalah bulannya Al-Qur’an

Menurut Sayyid Muhammad, terdapat pada sebagian atsar Sahabat, penamaan bulan Sya’ban dengan ‘bulan al-Qur’an’.

Pada bagian ini beliau mengatakan bahwa pada perinsipnya, membaca al-Qur’an dianjurkan di setiap waktu dan tempat. Akan tetapi, anjurannya akan semakin kuat pada waktu-waktu yang diberkahi dan di tempat-tempat yang mulia, seperti membaca al-Qur’an pada bulan Ramadhan dan Sya’ban, membaca al-Qur’an di kota Makkah, Roudhah al-Musyarrofah, dan tempat-tempat lain yang dimuliakan.

Selain itu, pada bagian ini, beliau juga membahas mengenai beberapa keistimewaan al-Qur’an (hal. 44-50), yang meliputi:

  1. Nilai ibadah dalam membacanya,
  2. Syafaat al-Qur’an bagi ahli al-Qur’an,
  3. Orang yang mencintai al-Qur’an, allah akan mencintainya,
  4. Al-Qur’an adalah mu’jizat yang kekal,
  5. Pembaca al-Qur’an dan pendengarnya tidak akan pernah jemu,
  6. Membaca al-Qur’an dapat mencerahkan hati yang berkarat
  7. Kemuliaan penghafal al-Qur’an, memuliakannya, dan mendahulukannya,
  8. Al-Qur’an dapat diambil berkahnya.
Baca juga:  Orhan Pamuk “Mengundang” Masuk

 

  1. Terdapat malam Nisfu Sya’ban

Menurut Sayyid Muhammad, dalam bulan Sya’ban terdapat satu malam yang agung, penuh berkah dan mulia. Malam itu adalah malam pertengahan bulan Sya’ban (nisfu Sya’ban).

Lebih jauh, menurut beliau, pada malam itu Allah Swt. memperlihatkan anugerah-Nya kepada makhluk-Nya lewat ampunan dan rahmat-Nya. Pada malam itu Allah juga mengampuni orang-orang yang memohon ampunan, memberikan rahmat kepada orang-orang yang berbelas kasih, mengabulkan doa orang-orang yang meminta, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah.

Selain itu, pada malam itu Allah juga memerdekakan sekelompok orang dari neraka dan pada malam itu Allah juga menuliskan takaran rizki dan perbuatan hamba-Nya. (hal. 66)

Penutup

Setelah memaparkan berbagai peristiwa yang terjadi pada bulan Sya’ban, Sayyid Muhammad menutup kitabnya ini dengan sebuah nasehat agar umat Islam mengais waktu-waktu yang berkah dan saat-saat yang utama, khususnya bulan Sya’ban dan malam nisfu Sya’ban dengan amal-amal kebaikan.

Hal tersebut salah satunya dengan cara memperbanyak dan menyibukkan diri dengan membaca kalimat syahadat, seraya meresapi maknanya, mengamalkan, meyakini, menjadikannya sebagai dasar, ibadah, dzikir, dan mengulang-ulangnya.

Selain itu, juga dengan memperbanyak membaca istighfar dan berdo’a, terutama pada malam nisfu Sya’ban. Sebab, ia merupakan waktu yang tepat serta kesempatan yang baik untuk bersegera dalam melakukan berbagai macam amal kebaikan, serta berlomba-lomba mencari jalan untuk melakukan amal tersebut.

Judul: Madza fi Sya’ban

Penulis: Sayyid Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Abbas al-Maliki al-Makki al-Husaini (w. 2004 M)

Penerbit: Silsilah Idhahi Mafahimis Sunnah an-Nabawiyyah

Tahun Terbit: 1424 H

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top