Sedang Membaca
Meneladani Pesan Cinta Mbah Moen
Kholiqul Azis
Penulis Kolom

Alumni IAIN Surakarta Fakultas Syariah, Pernah di Pesantren di Darussalam, Kartasura.

Meneladani Pesan Cinta Mbah Moen

Sejak kepergianya ulama kharismatik yang bernama Mbah Moen merasa kehilangan yang amat terdalam. Dengan kealiman beliau yang menjadi panutan kita semua, baik dalam hal ilmu, akhlak, dan sebagai penggerak (muharik) kebangsaan.

Sejak kecil, beliau selalu mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari ayahnya (kiai Zubair) yang juga ulama dizamanya. Dengan gemblengan dari ayahnya, membiasakan putranya (Mbah Moen) untuk menghafal kitab-kitab matan seperti al jurumiyyah, nadham al Imriti, dan Alfiyah Ibnu Malik al-Andalusy.

Bukan sekedar ilmu grametika bahasa arab saja yang dipelajari putra Kiai Zubair, namun berbagai kitab-kitab fiqih seperti Fath al-Qarib, Fath al-Mu’in, Fath al-Wahhab, dan lain-lain.

Setelah menjalani pendidikan bersama ayahnya di Sarang (Rembang). Kemudian pada tahun 1365-1369 H/1945-1949 M, Mbah Moen mulai melanjutkan pendidikanya ke Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur kepada ulama yang diakui kealimannya antara lain, Kiai Abdul Karim, Kiai Marzuqi, dan Kiai Mahrus.

Selama mondok di Lirboyo Mbah Moen selalu mengikuti jejak-jejak ulama dahulu dalam mencari fan ilmu, yaitu dengan menyedikitkan makan dan tidur. Dengan melakukan riadah, beliau dalam tholabul ilmi selalu membiasakan wiridan.

Kesuksesan beliau dalam tholabul ilmi dan arif membuat umat mencintainya. Sehingga beliau wafat pun langit dan bumi menangis. Semua kehangatan beliau meninggalkan petuah dan arahan-arahan yang tergiang di telinga kami. Semua yang menjadi teladan beliau banyak pesan.

Baca juga:  Mengenal Kitab Pesantren (50): Al Ahkam al Shulthaniyah, Mengajarkan Kaum Rebahan Menjadi Agen Perubahan

Dalam buku Pesan Cinta mbah Moen (2019), bahwa banyak memberikan pesan-pesan mahabbah ketika beliau masih hidup.seperti:

“Kita sekalian meskipun orang biasa, bukan keturunan kiai, bukan keturunan ulama, /bisa mempunyai anak-anak saleh. /Jangan berkcil hati/ Berdoalah dan mendekatlah kepada para ulama. Allah maha mendengar, akan /mengabulkan doa hamba-hamabanya tentu tetap ada usaha.”

Tholabul ilmi tidak melihat nashabnya siapa. Oleh karena itu menjadi seorang ulama harus dengan memiliki konsep alladzina yanduruna ilan Naas bi Ainirrahmah (memandang manusia itu dengan pandangan kasih sayang). Mbah Moen contoh ulama yang bisa mengetahui persolan umat di zaman postmodernisme.  

Tak hanya itu, kiprah beliau juga di kenal kealimanya berbagai belahan dunia. Petuah mbah Moen juga memberikan makna saling toleransi.  “Harus Toleransi! /Toleransi artinya jangan sampai /perbedaan agama membuat kekisruhan. /Agamamu, agamamu. /Agamaku, agamaku. /Oleh karena itu, kita harus mempunyai peradaban. /Yang bertentangan ndak usah disatukan, /ndak usah dibuat ramai-ramai.

Toleransi tidak perlu disuarakan akan tetapi harus diaplikasikan sebagai sikap kita untuk memahami perbedaan. Terlebih Indonesia adalah gudangnya perbedaan baik itu suku, ras, agama, dan antar golongan. Maka belajar toleransi itu tidak perlu jauh-jauh misalkan kita saja tidak menghakimi orang lain, itu adalah salah satu aplikasi toleransi sederhana.

Baca juga:  Mengenal Kitab Pesantren (10): Kritik Kiai Zaini Mun’im Atas Tafsir Jalalain

Karakteristik dakwah Mbah Moen adalah sosok yang memperjuangkan nilai-nilai keislaman yang tawassut (Moderat) dan tasamuh (Toleransi).

Semua aktifvas mbah Moen secapek dan sesibuk apapun kegiatanya, beliau konsisten dalam menjalankan amanahnya. Melakukan tanggungjawab sebagai kiai, mbah Moen tidak menomorduakan untuk selalu mengaji bersama santrinya.

Dengan kealiman dan kegigihanya beliau yang menjadikan santri-santrinya ulama besar. Mbah Moen mengingatkan kita semua bahwa kemanusian harus diletakan segala hal. Welas asih kepada sesama manusia dan memanusiakan manusia, Allah akan diangkat derajatnya. Meninggal pun banyak orang yang cinta.

Dalam buku Pesan Cinta mbah Moen (2019) pernah memberikan petuah yang pernah dialami beliau ketika wafat yang banyak umat mencintaiya. Manusia itu dinilai baik /setelah meninggal dunia. Dengan kesucian jiwanya membuat mbah Moen disayangi umat, karena welas asihnya.

Betapa kita bersyukur dengan beliau yang telah meninggalkan pesan-pesan mahabbah dan kasih sayang. Melihat kecintaan umat Islam dengan Mbah Moen yang dikenang Qosidah Sa’duna fi ad-Dunya yang selalu dilantunkan.

 

Judul Buku : PESAN CINTA MBAH MOEN

Penulis : K.H. Anis Maftuhin, dkk

Penerbit : Rene Islam

Tebal Buku : 242

Cetakan : Cetakan I, September 2019

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top