Film produksi NU Online yang disutradarai Anton ini menarik diulas. Kekhasan atau katakanlah “ketidakbenaran” dalam membaca Al-Qur’an yang diceritakan dalam Doa Suto sudah lumrah.
Dengan kata lain, film yang diadaptasi dari cerita pendek Mohamad Sobari biasa terjadi, tidak fiktif belaka. Orang kemudian langsung bertanya: sah tidak salat kita saat bacaan al-Fatihahnya “plegak-pleguk”?
Itu pula pertanyaan Suto, si tua tukang jahit yang baru memulai belajar ngaji pada ustaz yang galak itu.
Saya tidak akan menjawab pertanyaan di atas. Namun, saya ingin menyampaikan pengalaman setahun lalu, yang diingatkan kembali oleh Facebook.
“Sedang baca-baca esai-esai qiroah sab’ah, teringat ikut jamaah Magrib di langgar kecil yang letaknya persis di dekat Kandang Menjangan, Krapyak, Sewon, Bantul. Langgar itu kecil sekali, jika penuh mungkin tak lebih dari 40 orang.
Pas iqamat telingaku gak gerak-gerak, menandakan mkhorijul huruf-nya beres, dan suara sedikit merdu. Tidak terkejut, mungkin yang iqomat santri Krapyak yan sedang bosan di dalam pesantren, sedang cari suasana lain. Say juga waktu nyantri di Krapyak, suka salat di langgar-langgar kampung, terutama kalau malam Jumat. Magriban di Mantrijeron. Lalu kabur naik jalur 15. Turun sebelum bus belok kiri menuju Jalab KH Ahmad Dahlan. Kalau tidak punya duit nonton di Ratih, kalau setengah punya duit nonton di Widya atau bioskop pojok alun-alun kidul. Kalau tidak punya duit sama sekali baca majalah-majalah bekas atau lowakan yg dijajakan di sebelah barat Kantor Pos Besar. Pulangnya jalan kaki. Jarak Pesantren Krapyak dan Kantor Pos atau Maliobor mungkin 4 km. Sampai di pesantren, pikiran segar.
Kembali ke langgar kecil deket kandang menjangan. Pas salat Magrib dimulai dan imam mulai baca al-fatihah, kupingku baru gerak-gerak, tanda bacaannya tidak beres.
Pikiran kritisku bekerja: ini gimana, musola tetangga Pesantren kok bacaan Qurannya begini?
Tapi setelah salat, ikutan wirid sampai selesai, pikiran kritisku luntur oleh adegan anakmuda yang iqomat fasih sekali mencium tangan imam yang gak fasih sama sekali. Ciuman tangan yang tulus dan takzim dari seorang anak muda. Ya Allah, hebat sekali akhlak anak muda. Maka segera saya ikut cium tangan tangan sang imam. Saya merasakan jabatan tangannya sang imam, yang bacaan Al-Qur’annya tidak sempurna itu, begitu ikhlas.
Lalu saya berpikir, mungkin yang masuk surga adalah jenis imam begini, yang ikhlas, meski bacaannya Al-Qur’annya begitu.”
Pas kan, pengalaman saya setahun lalu dengan film Doa Suto itu. Karena memang, fenomena itu terjadi di banyak tempat. Klik di sini untuk menonton film berdurasi 14 menit ini.