Sidang pleno belum selesai, 3 komisi belum presentasi. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 11.30, jadwalnya break salat dan lain-lain.
Ketua sidang, Robikhin Emhas, menyalakan mik, lalu bertanya pada peserta, “Kita sudah melewati waktu. Saya tawarkan, mau break salat atau terus?”
“Teruuuuuss…” Jawab ratusan peserta. Mereka adalah ulama yang datang dari berbagai daerah, mewakili pengurus NU tingkat provinsi. Peserta sepakat sidang pleno dilanjutkan. Terlihat Kiai Ma’ruf Amin dan Kiai Said yang duduk di depan sedang ngobrol.
Seorang kiai di samping saya nyletuk, “Ini kalau Islamnya kaku, sidang akan berhenti dan memilih salat Zuhur.”
“Kenapa NU milih melanjutkan sidang dan tidak salat dulu?” Tanya saya.
Kiai itu, yang tadinya bicara sambil menghadap ke depan, menggeserkan badan ke kiri menghadap ke saya:
“Salat itu ada waktunya. Kiai sudah mengalokasikan waktu khusus. Memilih lanjut sidang bukan berarti mengesampingkan salat.”
“Oh gitu ya, Pak Kiai?”
“Iya.”