Sedang Membaca
Facebook dan Kematian
Hairus Salim HS
Penulis Kolom

Esais. Bekerja di Yayasan LKiS dan Gading Publishing, Jogjakarta.

Facebook dan Kematian

Lirik Lagu Nasib Tresnaku Didi Kempot

Kemarin ketika mencoba menelusuri daftar teman di Facebook yang aktif dan tidak aktif, saya mampir ke sebuah nama yang akrab tapi sudah lama tidak pernah nongol. Lalu kubukalah akunnya, dan muncul kalimat otomatis: “Tribute to xxxx. Bagikan cerita, peringati hari spesial, atau beritahu teman dan keluarga bahwa Anda memikirkannya. Bagikan kenangan atau pendapat tentng xxx.”

Saya kaget membacanya. Rasanya ada yang janggal. Dan saya lalu mencoba menelusuri akunnya. Ternyata dia telah meninggal Oktober lalu. Pantas tidak pernah nongol lagi, pikirku. Dan aku sempat terdiam lama dan membacakan doa untuknya.

Teman ini dulu sering membantu saya dalam kegiatan menerjemah. Kami sekeluarga cukup dekat dan dua tahun lalu, ketika lewat di kotanya, kami berniat mampir, tapi dia bilang sedang opname di RS. Tapi waktu itu kami tidak bisa menengok. Seminggu kemudian ia berkabar sudah keluar dari RS.

Saya penasaran, mengapa Facebook bisa memunculkan tulisan seperti itu. Lalu saya mencoba mencari tahu. Ternyata Facebook punya kebijakan tidak akan menutup akun orang yang sudah meninggal. Dan kalau ada yang melaporkan bahwa akun yang bersangkutan sudah meninggal, maka akun itu akan dikunci oleh Facebook, agar tidak disalahgunakan siapa pun. Lalu setiap dibuka muncullah kalimat seperti di atas. Selama Facebook ada akun itu juga akan terus ada. Teman, saudara, keluarga, mantan, dan lain-lain, bisa menengok lagi. Bahkan bisa menuliskan kenangan lagi di dindingnya. Ia jadi seperti album kenangan masa lalu.

Baca juga:  Dakwah Sebagai Media Transformasi Sosial (2): Menghidupkan Nilai-nilai Moral, Meningkatkan Kualitas Spiritual

Saya merasa termenung. Rasanya gelow sekali mengetahui teman meninggal tapi kita tidak tahu. Teman ini hidup sendiri, dan memang tak banyak punya teman. Ia seorang yang soliter. Setelah ibunya wafat empat tahun lalu, dalam beberapa WA terakhirnya, ia banyak curhat tentang kematian.

Dan saya entah mengapa juga jadi ingat kematian. Islam, agama yang saya yakini, mungkin salah satu agama yang mendorong orang untuk selalu ingat pada kematian. “Cukuplah kematian sebagai nasihat,” demikian sabda rasul. Karena itu pula, bertakziah dan mengantarkan orang yang meninggal hingga pemakaman sangat dianjurkan. Semua bukan untuk kepentingan orang yang meninggal, tapi justru buat orang yang hidup. Ya, sekali lagi agar kita ingat pada mati. Hidup di dunia hanya sebentar.

Anjuran lain untuk mengingat mati adalah berziarah kubur. “Dulu pernah kularang berziarah, tapi sekarang berziarahlah kamu, karena hal itu akan mengingatkanmu pada kematian,” demikian sabda rasul yang lain.

Tapi hari-hari ini, karena Covid-19, di mana orang dibatasi keluar rumah dan berinteraksi, maka takziah orang yang meninggal dan ziarah kubur, dua sarana untuk mengingat kematian pun jadi dibatasi.

Lalu apa sekarang yang mengingatkan orang pada kematian? Ya Covid-19 ini sendiri.

Dan Facebook.

Setidaknya itu yang saya rasakan ketika pada dini hari menunggu sahur malam kemarin. Ketika membuka sebuah akun teman lagi, yang kami berjanji akan bertemu, karena saya menulis biografi bapaknya, saya lagi-lagi terkejut, karena ternyata dia sudah meninggal. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun...

Dan Facebook meminta menuliskan kenangan tentangnya. Kenangan mestilah yang indah. Dan indah berarti hal-hal yang baik, menyenangkan, menggembirakan.

Baca juga:  Wiridan Konsolidasi dan Ngaji Kontekstual ala Pesantren Sekarang

Di dalam Islam, ketika orang meninggal, sangat dianjurkan untuk mengenang yang baik-baik saja dari orang tersebut. Karena itu, dulu di kampung saya –saya tak pernah menemui di Yogya– sehabis menyolatkan bersama-sama dan sebelum jenazah dibawa ke pekuburan, imam akan meneriakkan seruan: “bersaksilah bahwa jenazah ini orang baik”! Lalu, hadirin menjawab “Ya”. Kira-kira begitulah.

Saya ingat hikayat dalam sebuah kitab tipis yang banyak dibaca di pesantran yang bercerita tentang seorang lelaki yang gemar sekali menipu. Hampir seluruh kota pernah jadi korban penipuannya. Tapi sebelum ia meninggal, ketika sakit, ia mengupah dua orang, yang ia minta jika ia meninggal nanti memberikan pernyataan di samping peti jenazahnya hingga ia masuk liang lahat bahwa dia orang bijak dan saleh.

Lalu ketika ia meninggal, dua malaikat datang ke kuburannya untuk menanyainya. Tapi bergema suara, biarkan hambaku itu, dia hidup hidup dengan tipu daya, dia telah kuampuni, karena ada dua orang yang mengatakan dia orang baik, meski dua orang itu dibayar untuk mengatakan hal itu.

Tentu saja cerita ini ajaib dan tampak berlebihan sekali. Tapi poinnya adalah Allah itu maha pengampun. Sabda Nabi: “Jika ada seorang yang meninggal dan Allah tahu keburukannya, tapi ada orang yang mengatakannya sebagai orang baik, Allah berkata kepada para malaikat: “Saksikan, Aku terima kesaksian mengenai hambaku ini oleh hambaku yang lain, dan kuampuni dosanya, padahal Aku Maha Tahu.”

Baca juga:  Kebijaksanaan Zaman Edan

Duh Gusti, betapa elok dan jembarnya kasih-Mu.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top