Sedang Membaca
Nabi Sam’un dan Kisah di Balik Turunnya Surat Al-Qadr

Nabi Sam’un dan Kisah di Balik Turunnya Surat Al-Qadr

Nabi Sam’un dan Kisah di Balik Turunnya Surat Al-Qadr

Di dalam kitab Mukasyafatul Qulub dan Qishashul Anbiyya dikisahkan bahwasanya pada suatu malam di bulan suci Ramadan, Rasulullah saw sedang berkumpul dengan para sahabat, tiba-tiba salah seorang sahabat melihat Rasulullah tersenyum sendiri. Lantas si sahabat bertanya pada Rasulullah, “Yaa Rasulullah, kenapa engkau tersenyum sendiri?” dijawablah oleh beliau, “telah diperlihatkan kepadaku oleh Allah saat hari kiamat, ketika seluruh manusia dikumpulkan di padang mahsyar, ada seorang nabi yang membawa pedang, dan tidak mempunyai umat atau pengikut satu pun, nama nabi itu adalah Sam’un al-Ghazi.”

Nabi Sam’un al-Ghazi berasal dan terlahir dari Bani Israil yang kemudian diutus oleh Allah ke tanah Romawi. Dikisahkan bahwa Nabi Sam’un al-Ghazi memiliki rambut yang sangat panjang, ketika dia berdiri rambutnya sampai menyentuh tanah. Nabi Sam’un al-Ghazi pekerjaannya selalu hanya menyampaikan risalah dari Allah swt dengan mengucap “Laa Ilaaha Illallah” tiada Tuhan selain Allah.

Kalimat itu adalah sebuah kekuatan sang nabi dalam menyampaikan risalah. Dikarenakan pada waktu itu paganisme atau para penyembah berhala sedang menjadi-jadi dan merajalela, maka untuk itu diberilah Nabi Sam’un al-Ghazi suatu kelebihan berupa kekuatan yang besar dalam dirinya, yang seharusnya dengan kekuatan yang dimilikinya itu memudahkan dalam melaksanakan dakwah, tetapi pada kenyataannya bahkan setelah diperlihatkannya kekuatan tersebut, tetap tidak ada satupun dari kaum pagan yang mau mengikutinya.

Mukjizat Allah yang diberikan kepada Nabi Sam’un al-Ghazi nyaris sama dengan mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Dawud, yaitu bisa melunakkan besi, merobohkan tembok, jadi sungguh sangat dahsyat kekuatan yang diberikan Allah kepadanya. Kalau di era sekarang ada orang yang berdakwah dengan memiliki kekuatan yang sedahsyat seperti Nabi Sam’un pasti mempunyai pengikut yang sungguh luar biasa banyaknya.

Sementara pada zaman itu, Bani Israil dan orang-orang Romawi, tidak terpengaruh sedikitpun terhadap orang yang hebat dan kuat, mereka hanya mementingkan penyembahan terhadap berhala saja, yang dapat mempengaruhi pikiran mereka hanya satu, yaitu harta. Itulah penyebab utama sehingga Nabi Sam’un tidak memiliki pengikut seorangpun.

Baca juga:  Merawat Kefitrian Bulan Syawal: Sejarah dan Peristiwa Unik Bulan Syawal

Walaupun keadaannya demikian, namun Nabi Sam’un tetap tidak menyerah sedikitpun, dia terus saja berjuang dengan pedangnya yang terbuat dari tulang rahang unta yang ditajamkan, meski perjuangannya butuh tenaga ekstra di lahan tandus, akan tetapi Nabi Sam’un sangat jarang merasakan haus dan lapar. Selain gigih dalam berjuang, dalam beribadahnya pun Nabi Sam’un al-Ghazi juga sangat dahsyat. Pada malam harinya dia selalu beribadah dan siang harinya dia berpuasa dan berjihad di jalan Allah.

Raja Bani Israil sangat ketakutan dengan sikap Sam’un al-Ghazi. Dalam jajaran raja beserta petinggi-petinggi lainnya mereka sepakat bahwa, jangan melawan dengan menggunakan kekuatan karena kita sudah pasti akan kalah, terus mereka berpikir dan mendapatkan sebuah ide cemerlang. Lantas mereka mengumumkan suatu sayembara yang barang siapa bisa menangkap Sam’un al-Ghazi hidup-hidup dengan keadaan lemah, maka kami beri harta berupa uang, emas, dan permata yang melimpah.

Sang raja selalu mencari cara untuk mengalahkan Nabi Sam’un al-Ghazi, sampai akhirnya mereka mendapatkan satu ide lagi yang mungkin bisa lahir dari istrinya. Maka istrinya kemudian dipanggil oleh raja dan dihasut olehnya.

“Apakah benar kamu sayang dengan suamimu?” tanya sang raja.

“Sayang, raja,” jawab sang istri.

“Kamu pasti sudah tahukan bahwa suamimu selalu membuat kami semua           ketakutan?” tanya raja.

“Tahu, raja,” jawabnya.

“Aku ada tawaran untukmu, apabila kamu tahu kelemahan kekuatan suamimu, dan berhasil membuatnya tak berdaya, maka kami akan memberimu harta, emas, dan permata,” kata raja.

“Baiklah raja, saya siap,” jawab istri Sam’un.

Kemudian diberikanlah sesuatu kepada istri Nabi Sam’un yaitu sebuah tali pengikat yang kuat. Pada hari pertama malamnya, istri Nabi Sam’un melihat Nabi Sam’un melaksanakan sholat yang telah disyari’atkan kepadanya sejak lama, sampai sang istri tertidur. Sehingga tidak jadi mengikat suaminya, pada malam kedua si istri berhasil mengikat Nabi Sam’un. Saat Nabi Sam’un terbangun dari tidurnya, dia merasa terkejut dan heran lalu bertanyalah kepada istrinya. “Apakah engkau yang mengikatkan tali ini padaku wahai istriku?” Dijawablah dengan jujur oleh sang istri, “Aku hanya ingin menguji seberapa kuat engkau wahai suamiku.”

Baca juga:  Djabir Muda, Aktivis PKI Sekaligus Anggota Muhammadiyah

Karena hal itu tidak membuahkan hasil, keesokan harinya Nabi Sam’un kembali diikat oleh istrinya dengan tali berkekuatan ganda, namun tak juga menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Karena dengan semua tidak pula berhasil, maka ada strategi lain bagi si istri dengan cara merayu. Berikutnya istri Nabi Sam’un pun merayu agar diberitahu kelemahannya, dan dengan tanpa curiga sekaligus karena rasa sayangnya Nabi Sam’un terhadap istrinya, lalu disampaikannya segala tentang bagaimana kekuatannya yang luar biasa tersebut bisa menjadi lemah tak berdaya kepada istrinya. Ternyata kelemahannya sangatlah sederhana, bila saja Nabi Sam’un diikat dengan rambutnya sendiri pasti dia akan lemah.

Pada esok harinya istri Nabi Sam’un membuktikannya dengan mengikatkan rambut sang nabi dengan ikatan empat helai rambut di kedua tangan dan kaki Nabi Sam’un, dan ternyata benar. Nabi Sam’un tidak mampu untuk memutus ikatan tersebut. Dengan sigapnya sang istri segera mengadukan pada sang raja. Tanpa banyak pertimbangan Nabi Sam’un dibawa oleh prajurit ke istana lalu tubuhnya diikat di tiang, rambutnya dipangkas habis dan disiksa. Secara perlahan dibunuh dengan cara memotong telinganya, mulutnya, kedua tangannya, dan kedua kakinya. Dalam tradisi Kristen Nasrani Nabi Sam’un al-Ghazi lebih dikenal dengan Samson.

Dalam kondisi tersiksa dan mengenaskan itu, kemudian muncullah utusan dari langit, malaikat Jibril turun dan memberi pertanyaan kepada Nabi Sam’un. “Apa yang engkau minta wahai nabiyullah?” Nabi Sam’un menjawab, “Aku hanya ingin minta ampunan dari Allah atas kesalahan yang seharusnya tidak kuberitahukan kepada siapa pun termasuk istriku, dan minta agar kekuatanku dikembalikan lagi oleh Allah hingga aku dapat merobohkan tiang-tiang istana ini”.

Baca juga:  Uzlah Rasulullah di Gua Hira, Bekal dan Strategi Menuju Dakwahnya

Tanpa berlama-lama seketika itu pun kekuatan Nabi Sam’un dikembalikan oleh Allah, maka dihancurkanlah tiang-tiang istana tersebut, dan reruntuhannya menjatuhi masyarakat pagan, raja, dan termasuk istrinya sehingga semuanya hancur meninggal di tempat, kecuali Nabi Sam’un. Dengan kekuatan mukjizat dari Allah dikembalikan-Nya kedua tangan dan kaki, mulut juga kedua telinganya, kemudian Nabi Sam’un pun bersumpah akan memberantas kebatilan selama seribu bulan tanpa henti.

Mendengar kisah Nabi Sam’un al-Ghazi itu para sahabat menangis haru, kemudian bertanyalah sahabat kepada Rasulullah. “Wahai Rasul, sungguh besar sekali ganjaran yang dilakukan oleh Nabi Sam’un al-Ghazi, dia berjuang memberantas kebatilan selama seribu bulan, malamnya dia beribadah, dan siangnya dia berpuasa dan berjihad, sedangkan kami yang lemah ini tidak akan mampu melaksanakan ibadah seperti itu”.

Dari dialog para sahabat tersebut, maka saat itu pula turunlah malaikat Jibril dengan membawa firman dari Allah yakni surat al-Qadr:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ۝١

وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ۝٢

لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ۝٣

تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ ۝٤

سَلٰمٌۛ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِࣖ ۝٥

yang artinya:

  1. Sungguh kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam lailatulqadar
  2. Dan tahukah kamu apakah lailatulqadar itu?
  3. Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan.
  4. Pada malam itu turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.
  5. Sejahterahlah (malam itu) sampai terbit fajar.

Maka berkatalah Rasulullah pada para sahabat, “Carilah malam lailatulqadar, karena kalian hanya mengamalkan satu malam dan bila saja kalian benar-benar mendapatkan malam lailatul qadar itu, maka kamu akan mendapatkan amalan lebih daripada Nabi Sam’un al-Ghazi.” Demikian kira-kira rahasia dari sebuah malam kemuliaan yang diberi nama: Lailatulqadar.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top