Sedang Membaca
Surat Sultan Banten untuk Raja Inggris Bertahun 1605: Dokumen Beraksara Arab Tertua dari Tatar Sunda

Dosen di UNU Jakarta. Selain itu, menulis buku dan menerjemah

Surat Sultan Banten untuk Raja Inggris Bertahun 1605: Dokumen Beraksara Arab Tertua dari Tatar Sunda

Received 536550620567737

Di antara dokumen sejarah yang berasal dari Tatar Sunda yang tertulis dalam aksara Arab adalah sepucuk surat yang ditulis pada permulaan abad 17 atas nama Sultan Banten untuk Raja Inggris James I.

Titik Pudjiastuti dalam bukunya “Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-surat Sultan Banten” (2007: 14) mengatakan jika surat tersebut ditulis di Banten pada 4 Oktober 1605 pada masa perwalian Pangeran Abdul Kadir. Surat tersebut sekaligus tercatat sebagai dokumen tertua yang berasal dari sejarah Kesultanan Banten yang eksis sejak tahun 1526.

Surat tersebut ditulis dalam bahasa dan aksara Arab lengkap dengan tanda baca (harakat). Jumlah halaman surat hanya satu halaman, dengan jumlah baris teks 9 larik. Bahan kertas yang digunakan adalah kertas Eropa. Terdapat dua buah cap yang terletak di sisi kanan teks surat, satu berbentuk lingkaran memuat tulisan dua kalimat tauhid (lâ ilâha illallâh Muhammad rasûlullâh) sebagai cap dari pihak Banten, dan satunya lagi cap dari pihak Inggris memuat tulisan “her majestys state paper office”.

Saat ini, surat tersebut tersimpan di Public Record Office, London, dengan nomor kode PRO SP 102/4/8. Mengutip Foster (1943: 166), Pudjiastuti mengatakan jika surat ini dibawa ke Inggris oleh Kapten Henry Middleton dan dikirim kepada Raja James I pada tanggal 25 Mei 1606. Surat ini ditulis pada masa perwalian Pangeran Abdul Kadir dan kemungkinan diterima oleh Sir Henry Middleton pada tanggal 4 Oktober 1605 ketita ia bersiap-siap berlayar meninggalkan Banten untuk kembali ke Inggris pada tanggal 6 Oktober 1605.

Terdapat tiga tokoh utama yang berkaitan dengan surat ini yang penting untuk disinggung, yaitu Pangeran Abdul Kadir dari Banten (sebagai penulis dan pengirim surat), Sir Henry Middleton dari Inggris (sebagai kurir yang membawa dan menyampaikan surat) serta Raja James I dari Inggris (sebagai penerima surat).

Baca juga:  Toko Buku: Bermasa Lalu dan Berubah

Pangeran Abdul Kadir sendiri berkuasa penuh sebagai Sultan Banten pada 1624-1651. Ketika menulis surat ini, sang pangeran belum menjadi sultan yang berkuasa penuh karena masih belum dewasa, dan Kesultanan Banten diatur oleh perwalian (1596-1924). Pangeran Abdul Kadir mulai berkuasa sebagai penguasa Banten ke-IV sejak 1624 dan mendapat gelar sultan pada tahun 1638 dengan pentahbisan dari Syarif Makkah. Sejak saat itu, ia dikenal dengan nama Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir. Setelah meninggal pada 1651, ia digelari Sultan Ageng ing Banten.

Sementara itu, Sir Henry Middleton adalah gubernur dari firma dagang “London Trading” yang memimpin pelayaran ke Kepualan Hindia Timur (Nusantara) pada periode 1603-1614 (Bolton Coney, 1855). Adapun Raja James I adalah putra Ratu Mary dari Scotlandia dan Henry Stewart, Lord Danley. Ia dinobatkan sebagai Raja Inggris pada tahun 1603. Sebagai raja Inggris, ia menyatukan Scotlandia dengan Inggris (Pudjiastuti mengitip Guy, 1997: 2).

* * * * *
Melalui surat ini, kita dapat mengetahui jika pada masa itu antara Kesultanan Banten dan Kerajaan Inggris terikat sebuah hubungan diplomatik dan persahabatan yang mencakup aspek politik dan dagang.

Berdasarkan isi teksnya, diketahui bahwa Sultan Banten memberikan ucapan selamat untuk Raja James I yang telah dinobatkan sebagai Raja Inggris. Sultan Banten juga mengucapkan terima kasih atas hadiah yang dikirim oleh Raja James I melalui Jenderal Milton. Sebagai balasannya, Sultan Banten mengirimkan hadiah balasan untuk Raja James I berupa lusinan hewan ternak.

Baca juga:  Cara Ulama Klasik Meringkas dan Menghafal Ilmu

Berikut ini adalah suntingan teks dan terjemahan surat tersebut:

يا فتاح
سورت يحب راج بنتن يجي الى راج اڠݢريز وسقطلن وفرنسه واريلند. يطول الله تعالى عمره وزاده كل يوم دولته وطالق كل بلدهم ورعيتهم في يد راج اڠݢريز. أما بعد. أنتم رسول الى جنرل ملتن جاء مني بسلامة أنا سميع أنتم يصير راج اڠݢريز سور قلب أنا سمعه. الآن بلد الاڠݢريز ببلد بنتن واحد. أما بعد أنتم هدية مني أقبلت من محبة. أنتم مني هدية أنا ڤيزهر اثنين واحد ڤيزهر وزنه اربعة عشر ماشي واحد ڤيزهر ثلث ماشية
السلام بالخير

Yâ Fattâh (Wahai Dzat Yang Maha Membuka)
Surat cinta Raja Banten datang ke Raja Inggris, Skotlandia, Prancis dan Irlandia. Semoga Allah memanjangkan umurnya dan menambahkannya wilayah kedaulatan negerinya setiap hari, dan memakmurkan semua wilayah dan rakyat di bawah pemerintahan Raja Inggris. Ammâ ba’du. Engkau telah mengutus kepadaku Raja Milton, yang mana ia telah datang kepadaku dengan selamat. Aku mendengar bahwa engkau menjadi Raja Inggris. Hatiku senang mendengarnya. Sekarang, negeri Inggris dan negeri Banten adalah satu [bersahabat]. Ammâ ba’du. Engkau telah memberi hadiah kepadaku, dan aku pun menerimanya dengan penuh cinta. Aku pun memberimu hadiah yaitu dua “faizhar”. Satu faizhar berupa empat belas binatang ternak. Satu faizhar lagi berupa tiga ekor binatang ternak yang lain.
Assalâm bi al-khair (salam dengan kebaikan)

* * * * *
Masa pemerintahan Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir banyak meninggalkan dokumen-dokumen sejarah yang sangat penting. Dokumen-dokumen tersebut berupa arsip surat-surat diplomatik antara Kesultanan Banten dengan pihak otoritas luar, seperti Inggris dan VOC Belanda, juga berupa manuskrip-manuskrip yang sarat akan nilai keilmuan Islam.

Baca juga:  Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah: Resistansi Syekh Said Ramadhan al-Buthi Kepada Para Orientalis

Di antara manuskrip yang berasal dari masa sang sultan ini adalah manuskrip kitab “al-Manhaj al-Wâdhih al-Sulûk” dan kitab “al-Mawâhib al-Rabbâniyyah ‘alâ al-As’ilah al-Jâwiyyah” (ditulis tahun 1637). Kedua kitab tersebut adalah karya Syaikh Ibn ‘Allân al-Shiddîqî al-Syâfi’î al-Makkî (w. 1647), seorang ulama sentral Makkah yang juga guru dari sang sultan.

Kedua karya di atas juga ditulis dalam bahasa Arab dan khusus dikirim dari Makkah oleh pengarangnya untuk sang sultan di Banten. Karya pertama berisi kajian ilmu politik dan etika tata negara, sementara karya kedua berisi ulasan dan jawaban (fatwa) dari Syaikh Ibn ‘Allân atas sepuluh buah pertanyaan yang diajukan oleh sang Sultan Banten terkait pelbagai persoalan kenegaraan dan keagamaan. Pada karya yang terakhir (al-Mawâhib al-Rabbâniyyah), terdapat penambahan teks berbahasa Jawa aksara Arab (Pegon) sebagai terjemah interlinear dari teks utama yang berbahasa Arab.

Dokumen-dokumen sejarah di atas setidaknya cukup membuktikan kepada kita bahwa pada masa itu Banten merupakan sebuah kekuatan politik yang besar dengan aktivitas ekonomi-perdagangan yang mapan. Dalam konteks kawasan Nusantara, pamor Kesultanan Banten sesanding dengan Kesultanan Aceh di Sumatra dan Kesultanan Mataram di pedalaman Jawa. Tak hanya itu saja, pada kurun masa tersebut Banten juga menjadi salah satu pusat keilmuan Islam yang terpenting di Asia Tenggara yang terkoneksi dengan pusat aktivitas keilmuan di Timur Tengah.

Wallahu A’lam
Sukabumi, 24 Ramadhan 1441
Alfaqir A. Ginanjar Sya’ban

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top