Sedang Membaca
Tips Memutus Penyebaran Virus Covid-19 dari Dr Corona Rintawan
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Tips Memutus Penyebaran Virus Covid-19 dari Dr Corona Rintawan

1 A Korona

Beberapa waktu ini, kondisi beberapa negara semakin terpuruk dengan adanya pandemi Covid-19 yang sudah sekitar dua tahun menjadi perbincangan dan titik fokus para dokter dalam penanganannya.

Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), Dr Corona Rintawan SPEM menyampaikan, dalam dua dekade coron sudah tiga kali menyerang 26 negara hingga menjadi pandemi salah satunya sekarang ini. Menurutnya, dilihat dari sejarahnya, manusia sudah seharusnya lebih siap menghadapi wabah ini.

Dr Rintawan menjleaskan, Novel Coronavirus atau Covid-19 merupakan virus yang baru penyebab penyakit saluran pernafasan yang berasal dari Cina dan merupakan Virus Zoonotik transisi dari hewan ke manusia. “Ini merupakan RNA virus yang bersirkulasi dari hewan seperti hewan unta, kucing, dan kelelawar,” kata Dokter Rintawan saat mengisi kajian Zuhur yang diiadakan Majelis Telkomsel Taqwa, diakses Selasa (28/07/2021).

Lebih jauh Dr Rintawan mengatakan, bahwa salah satu dari hewan tersebut membawa corona virus dapat berkembang dan menginfeksi manusia, seperti halnya kasus MERS dan SARS serta Kejadian Luar Biasa (KLB) saat ini yang dinamakan pandemi Covid-19.

“Virus ini merupakan virus yang membuat yang awalnya dari hewan meloncat ke manusia,” ujarnya.

Ia menjelaskan, kendati demikian wabah itu terjadi diakibatkan adanya perubahan perilaku manusia, seperti halnya pola makan yang tidak teratur dan diluar batas kewajaran. Adapun yang dimaksudkan adalah memakan makanan yang bukan bahan makanan umum sehingga ada hubungan yang sangat erat antara manusia dengan hewan. “Inilah yang menjadikan kerusakan ekosistem sehingga virus dapat meloncat ke tubuh manusia,” jelasnya

Baca juga:  Amalan Santri untuk Menjaga Kesehatan Mata

Diterangkan pula, gejala terjangkit virus seperti, demam, batuk, nyeri otot, hingga menurunnya nafsu makan dan konteksnya sama seperti orang yang terkena flu secara umumnya.

“Ada yang membedakan di antaranya, nyeri tenggorakan, hilang rasa penciuman dilidah jadi makan apa pun tidak ada rasanya atau tidak enak,” ucap Dokter Rintawan.

Diketahui ada berbagai ciri-ciri manusia terkontaminasi oleh Virus tersebut baik usia tua, ibu hamil itu adanya permasalahan di saluran pencernaan, tubuh lemas, nafsu makan berkurang.

Putus penyebaran
Lebih jauh dokter muda ini menjelaskan penyebaran virus melalui droplet atau cairan ludah, kontak langsung atau melalui permukaan yang sudah terkontaminasi. Kemudian, aesorol merupakan salah satu yang menjadi media penularan pada ruangan terturup dengan ventilasi buruk. Ini merupakan cairan halus dari tubuh yang halus dan melayang si udara.

Untuk mengatasinya, kata Dokter Rintawan, “Harus membuat ventilasi yang bagus jika ruangannya tertutup bisa sesiakan filter udara.”

Selain model penularannya ia juga menyampaikan upaya dalam memutuskan rantai penyebaran di berbagai tempat yakni, memperbaiki ventilasi, meja diperlebar. Tujuannya untuk dapat menjaga jarak jika berada di kantor atau di rumah. Apabila di pasar diusahakan tidak berkrumunan, jaga jarak bahkan di tempat ibadah maupun tempat makan.

Baca juga:  Makara Art Center dan Dirjen Kemendikbud RI Selenggarakan Apresiasi Seni Budaya Nusantara

Penanggulangan resiko penularan Covid-19
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk penanggulangan risiko penularan Covid-19 menurut Dokter Rintawan juga harus dilakukan.

Pertama, di tempat kerja atau kantor, tempat duduknya menggunakan pola zig-zag dan tidak ada kontak fisik antar karyawan.

Kedua, tempat makan atau restoran, tidak boleh makan di tempat. Boleh makan ditempat asalkan ventilasi harus baik dan meja diperlebar dengan tetap menjaga jarak. Ada baiknya makan di area terbuka jika makan di tempat. Ketiga, di dalam mobil, tetap membuka jendela mobil dengan kelebaran minimal 5 centimeter.

Menurut Dokter Rintawan, istilah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ini merupakan kegagalan mengubah perilaku dengan hidup aman dan produktif.

“Mungkin perubahan perilaku dilakukan di tahun lalu, maka tidak akan dilaksanakan rem darurat atau PPKM Darurat ini,” katanya

Ia mengibaratkan kondisi seperti ini semacam keju swiss dalam penanganan pandemi covid-19 dengan pola tersebut. Keju swiss bentuknya berlapis-lapis dan masing-masing keju memiliki lubang.

“Jadi, masing-masing yang kita lakukan pasti ada kekurangan sehingga perlu melakukan semua prokes yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Ini merupakan tanggung jawab bersama,” ujarnya.

Selain itu, pemakaian masker menjadi salah satu prokes yang perlu diperhatikan. Karena penularan virus ini akan tetap terjadi apabila prokes yang lainnya tidak dilaksanakan.

Baca juga:  Muktamar Pemikiran NU: Masa Depan Budaya dalam Ruang Digital

“Meskipun pakai masker akan tetap tertular virus karena berkerumunan, dan memakai masker harus tertutup rapat tanpa ada kelonggaran dalam pemakaiannya,” tutupnya.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top