Aguk Irawan MN
Penulis Kolom

santri Alumni Darul Ulum, Langitan. Pernah kuliah jurusan Aqidah-Filsafat di Al-Azhar University Cairo dan Sekolah Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga. Pengajar Antropologi-budaya di STIPRAM Yogyakarta, serta di Ma'had Aly KH. Ali Maksum Krapyak dan STAI Pandanaran Yogyakarta. Buku terbarunya terbit di penerbit Mizan Group; Genealogi Etika Pesantren, Kajian Intertekstual (2018) dan Sosrokartono, Sebuah Biografi Novel (2018).

Relasi Sir Allah dan Nur Muhammad

masa kecil

Dalam tradisi sufi terdapat keyakinan yang begitu populer, bahwa cikal bakal-alam adalah Nur Muhammad, yang sengaja diciptakan Allah karena dengan penciptaan itu, Allah akan melihat dan menampakkan kebesaran diri-Nya. 

Hal itu sebagaimana termaktub dalam hadis Qudsi: Kuntu kanzan makhfiyyan fa ahbabtu an u’rafa fa khalaqtu al-khalqa fabi ‘arafuni—Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, Kuciptakanlah makhluk maka melalui Aku mereka kenal Aku.

Terlepas  dari perdebatan apakah  riwayatnya sahih ataukah lemah, pada umumnya orang sufi menerima hadits  tersebut, namun dengan beberapa penafsiran yang berbeda. Meski demikian,  mereka cenderung sepakat bahwa manusia adalah microcosmos yang memiliki sifat-sifat yang menyerupai Tuhan dan paling potensial mendekati Tuhan (Bandingkan QS. 41:53).

Menurut Abdul Karim al-Jilli, kata al-khalqa tersebut adalah makhluk pertama, yaitu Nur Muhamad, sebagai penyebab adanya semesta, kemudian ruh tersebut terkistral pada diri para nabi, rasul, wali dan orang-orang shalih, sebagai “cermin” Allah yang diciptakan atas nama-Nya dan sebagai gambaran atas nama, sifat dan af’al-Nya. (Insan al-Kamil, Juz 2, hal. 58, 74, 78).

Masih menurut al-Jilli, makhluk berikutnya yang tercipta dari Nur Muhamad adalah Jannah dan Nar (surga-neraka), lalu wujud ulya, yang terdapat di langit (lauhul mahfud) lalu wujud sufla (yang terdapat di lapisan bumi). Oleh karena itu Nur Muhammad disebut qutb al-ula (poros pertama) dari segala yang ada. Baru penjelmaanya yang lahir ke dunia melalui rahim Sayyidah Aminah, dari ayah bernama Abdullah, kemudian disebut Aba Qasim, sifatnya ‘Abdullah dan gelarnya Syamsuddin. (hal. 75)

Baca juga:  Sabilus Salikin (118): Kehidupan dan Tantangan al-Syadzili di Tunisia (1)

Untuk itu ada kisah menarik dari Ahmad Syauqi Back, ketika dia memulai tulisannya dengan. Wulida al-Huda falkainat dliya-Telah dilahirkan Kekasih, semestapun berpendar cahaya indah . Menurut riwayat, saat itu Malaikat Jibril ditanyai oleh Nabi Muhammad. “Yaa Jibril berapa usiamu?” Kemudian Malaikat menjawab “Yaa Rasulullah tentu saja banyak.”

Kemudian Nabi melanjutkan. “Dengan umur sebanyak itu adakah pengalaman yang paling mengesankan?”

“Wahai kekasih Allah, sungguh setiap 70 ribu tahun saya melihat Nur Muhammad yang lewat di petala langit, ia berupa cahaya yang sungguh indah mempesona. Seluruh yang ada di langit selalu sangat rindu untuk melihat cahaya tersebut, tetapi sayang, cahaya itu hanya datang tiap 70 ribu tahun sekali. Setelah kami genap melihat cahaya itu hingga sebanyak 70 ribu kali. Disitulah puncak dari segala keindahan itu terjadi?”

“Kapan itu wahai Jibral?” Tanya Nabi lagi.

“Saat engkau dilahirkan ya Rasul. Lalu Allah berfirman kepadaku. Yaa Jibril… bawalah seluruh malaikat yang ada di langit, turunlah ke bumi, ketahuilah KekasihKu Muhammad saw telah siap untuk dilahirkan dan sekarang tiba saatnya Nabi Akhiruzzaman.

“Ya Jibril… seruhkanlah pada arwah para nabi, rasul, wali agar berkumpul, berbaris rapi, bahwa sesungguhnya Kakasihku cahaya di atas cahaya agar disambut dengan gembira…

Baca juga:  Sabilus Salikin (134): Tarekat Naqsyabandiyah

“Ya Jibril…Perintahkan kepada Malaikat Malik agar menutup pintu neraka, dan perintahkan kepada Malaikat Ridwan untuk membuka pintu-pintu surga, dan perintahkan agar semua bidadari bersolek, memakai wangi-wangian dan mahkotanya untuk turun kebumi menyambutnya dengan gembira. Lalu saya melihat semua bidadari itu membawa kayu gahru yang wangi dan memenuhi semesta. Semua berdzikir dan bershalawat, pohon-pohon, rumput, air dan burung-burung…”

Kata Muhammad dalam al-Quran disebut empat kali. Sedangkan kata Ahmad hanya sekali. Hanya terdapat pada QS. Ash-Shaf: 6. Menurut sebagian ulama, sebutan Muhammad empat kali, bisa saja nama ini disandingkan dengan empat Nabi yang ‘ulul azmi (Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa). Sebab akhlak terpujinya hampir menyamai Nabi. Sementara kata Mahmud dan Hamid bisa disandingkan untuk semua nabi dan wali.

Tetapi tidak untuk Ahmad. Kata ini adalah khusus untuk Kanjeng Nabi Muhammad yang sesungguhnya. Dalam doktrin Ibnu Arabi. Nur Muhammad disebut juga Ahmad, adalah makluk pertama yang diciptakan Allah, sekaligus sebagai pemelihara dan pelestari alam. (Ibnu Arabi, Futuhat Makkiyah; vol 02; 331).

Hubungan antara Allah dan Nur Muhammad, menurut Imam Ghazali seperti hubungan antara hakikat cahaya yang tak dapat diraba oleh matahari, atau unsur api dengan panasnya dan membuat kayu menjadi arang. Karenanya Nabi Muhammad disebut juga cahaya dari cahaya Allah. Atau cahaya di atas cahaya. Yang kedua, tetapi tak terpisahkan dari yang asal. (Mystical Dimension; 282).

Baca juga:  Nabi Muhammad, Sokrates, dan tentang Orang-Orang Bodoh

Karena itu jangan heran jika dalam jasad Nabi tidak pernah tembus oleh cahaya bernama siluet atau bayangan, sebab sejatinya Nabi itu adalah cahaya itu sendiri. Juga jangan heran, semua Nabi pernah bershalawat kepada Nabi Muhammad. Bahkan jauh hari sebelum ia dilahirkan ke bumi sebagaimana yang diabadikan dalam al-Qur’an. Allahumma Shali Ala Sayyidina Muhammad.

Bantul, 13 November 2019.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
20
Ingin Tahu
19
Senang
10
Terhibur
13
Terinspirasi
13
Terkejut
7
Lihat Komentar (1)
  • Dalam tradisi sufi terdapat keyakinan yang begitu populer, bahwa cikal bakal-alam adalah Nur Muhammad, yang sengaja diciptakan Allah karena dengan penciptaan itu, Allah akan melihat dan menampakkan kebesaran diri-Nya.

    sayang sekali anda terlalu cepat mengambil kesimpulan ini,
    Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

    Sebelum ”adam” sudah ada manusia-manusia yg lain dan alquran menyebut mereka jin, di antara mereka ini ada juga manusia iblis dari golongan jin,oleh karena banyak kerusakan yg telah mereka perbuat, maka yg maha kuasa berkehendak menjadikan manusia dari golongan malaikat di tengah-tengah manusia jin ini ,agar mereka dpt mengabdi kepadaNYA.

    maka:

    “Allah mengajarkan kepada Nabi Adam nama-nama benda dan apa yang dibutuhkan manusia, sekaligus juga itu adalah cara Allah menjadikan manusia sebagai khalifah fil ardl (seorang khalifah di bumi), manusia yang berilmu pengetahuan,”

    para malaikat dlm ayat di atas tidak menyinggung nama-nama mereka tetapi dari dari ayat di atas ini, dpt kita ambil kesimpulan bahwa malaikat tersebut adalah jibril sebagai ruh nabi adam.
    Ruh jibril dari nabi adam …….musa,isa dan muhammad.

    Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing),

    mereka ini semua para rasul yg telah diberi kepintaran dan mukjizat.
    amat logislah bahwa muhammad adalah cahaya karena jibril ruhnya begitu juga dengan para rasul semua.
    oleh sebab itu kita tidak boleh membedakan para rasul karena di hadapan yg maha kuasa mereka semua sama.

    ustadz sayyid habib yahya

Komentari

Scroll To Top