Kata “Gus” sudah masyhur di kalangan pesantren. Sebutan tersebut berasal dari tanah jawa (tepatnya jawa timur dan jawa tengah) yang mana dipergunakan untuk anak laki-laki seorang kyai. Gampangnya, Gus adalah anaknya kyai. Pada hari ini banyak sekali gus-gus yang kita kenal, baik karena kita pernah mondok di pesantrennya atau melalui jejaring media sosial.
Sedari dulu, tidak sedikit gus yang kontribusinya berpengaruh pada Bangsa dan Negara Indonesia. Dilihat dari peran mereka dalam kancah nasional dan internasional, setidaknya ada dua gus yang patut kita bahas peranannya secara lebih mendalam. Uniknya, Gusaani (dua gus) ini adalah kakak beradik.
Gusaani ini adalah Gus Dur dan Gus Sholah. Keduanya merupakan cucu Pahlawan Nasional, KH. Muhammad Hasyim Asy’ari. Kakek Gusaani (Gus Dur dan Gus Sholah) ini lebih dikenal dengan nama Hadratussyeikh (Maha Guru). Seorang pendiri organisasi keislaman terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama.
Hebatnya lagi, Gusaani juga seorang putra Pahlawan Nasional bernama KH. Abdul Wahid Hasyim. KH. Wahid merupakan salah satu tokoh Panitia Sembilan yang merumuskan Pancasila serta Menteri Agama Pertama Indonesia. Berkat didikan ayahandanya, Gusaani menjadi pribadi yang agamis dan nasionalis di kemudian hari.
Peranan Gusaani untuk Indonesia
Seperti yang kita tahu bahwa Gusaani (Gus Dur dan Gus Sholah) merupakan tokoh nasional, bahkan internasional. Peranan keduanya sangat berpengaruh pada perjalanan Bangsa dan Negara Indonesia. Gus Dur sebagai Presiden Ke-4 Negara Indonesia, sedangkan Gus Sholah dikenal sebagai sosok moderat penjaga dan pengisi kebangsaan Indonesia, serta menjadi Tokoh Nasional Pembela HAM.
Kita mulai dengan Gus Dur. Walau tak lama menjabat sebagai Presiden Ke-4 Indonesia, Gus Dur disebut mempunyai jasa besar yang hingga saat ini masih terasa oleh bangsa. Pada masa pemerintahannya, dia dikenal sebagai Bapak Pluralisme.
Julukan ini diberikan kepada Gus Dur karena dia dianggap sangat menghargai perbedaan dan keberagaman terutama keberagaman suku, agama, dan ras. Dibuktikan dengan berani menghapus diskriminasi pada warga Tionghoa. Presiden Gus Dur memutuskan untuk mencabut Intruksi Presiden No. 14 Tahun 1967 tentang pelarangan kegiatan adat istiadat cina di tempat umum. Dengan keputusan tersebut masyarakat Tionghoa dapat merayakan Tahun Baru Imlek bahkan menjadi Hari Libur Nasional sekarang.
Gus Dur pernah berkata, “Perbedaan itu fitrah. Dan ia harus diletakkan dalam prinsip kemanusiaan universal”. Dia menegaskan betapa pentingnya menghormati perbedaan sebagai bangsa yang beragam dan lantang dalam membela minoritas.
Masih banyak lagi jasa Gus Dur untuk Indonesia, seperti menjadikan Kong Hu Chu sebagai agama yang diakui, menghapus diskriminasi antar suku dan agama, mendamaikan hubungan islam dan Pancasila, dan lain-lain. Maka tak heran jikalau hari ini banyak pihak yang mengusulkan Gus Dur menjadi Pahlawan Nasional.
Selanjutnya kita bahas peranan Gus Sholah untuk Indonesia. Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Ke-7 ini dikenal sebagai sosok Penjaga Kedaulatan Bangsa dan Negara Indonesia. Ketika muncul kelompok-kelompok yang menginginkan Indonesia menjadi Negara Islam, adik Gus Dur satu ini secara tegas menolak hal tersebut. Dia menegaskan bahwa Ke-Indonesiaan dan Ke-Islaman merupakan satu nafas dan tidak perlu dipertentangkan.
Gus Sholah juga dikenal sebagai Pejuang Hak Asasi Manusia (HAM). Dia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komnas HAM pada tahun 2002. Sudah banyak kasus HAM yang masuk ke meja Gus Sholah dan semuanya berhasil dia selesaikan.
Dalam salah satu tulisannya, Gus Sholah mencoba menggambarkan kesinambungan antara Hak Asasi Manusia dengan Pancasila. “Pancasila itu baru diatas kertas,belum terwujud secara nyata di dalam kehidupan. Selama ini perhatian kita terhadap Pancasila lebih terfokus pada sila pertama, tetapi sila keadilan sosial tidak banyak dibahas apalagi diterapkan,” tulisnya. Menurut Gus Sholah dengan menjalani nilai-nilai Pancasila secara totalitas maka akan terwujud kemanusiaan yang sebaik-baiknya.
Itulah tadi sedikit kontribusi Gusaani (Gus Dur dan Gus Sholah) untuk Bangsa dan Negara Indonesia. Jasa-jasa mereka yang lain tentunya masih banyak dan belum tercatat dalam tulisan singkat ini. Semoga dengan membaca ketokohan Gusaani ini menjadi pengingat dan penyemangat untuk generasi muda khususnya, juga masyarakat Indonesia pada umumnya dalam menjalankan tugas membela dan mempertahankan kedaulatan Bangsa dan Negara Indonesia. Sekian.