Isu pemanasan global kian ramai terdengar. Menurut banyak sumber, kerusakan ekosistem hutan, lahan kritis, pencemaran laut, dan meningkatnya permukaan air laut kian menyatakan bahwa dampak buruk krisis ekologis semakin dekat. Orang-orang banyak bersuara.
Permasalahan itu sering dilempar pada pemerintah, pebisnis, dan organisasi dunia. Sikap tersebut muncul, sebab dipercayai ketiga subjek itu memiliki andil besar terjadinya krisis ekologis. Beramai-ramai telunjuk dan mata mengarah pada ketiganya.
Usul atas masalah tersebut beragam. Kompas edisi Kamis, (20/1/2022) menuliskan beberapa tindakan yang bisa diambil untuk mengatasi perubahan iklim, diantaranya: Memprakarsai pelaksanaan pembangunan berkelanjutan untuk menanggulangi perubahan iklim, mereduksi efek gas rumah kaca, dan sederet kalimat lainnya. Ruang-ruang politik dominan menjadi solusi.
Di Tengah perdebatan itu, buku bacaan anak bisa ikut dihadirkan sebagai penyelamat. Bacaan yang menstimulus anak untuk mencintai alam sejak dini. The Secret Garden (1987, Penerbit GPU) gubahan Frances Hodgson Burnett adalah salah satunya. Novel itu mengisahkan hidup Mary Lennox, anak bangsawan Inggris berusia 10 tahun yang lahir di India. Ketika orang tuanya meninggal, ia dipulangkan ke Inggris untuk tinggal bersama pamannya. Perpindahan itu mempertemukannya dengan beragam hal. Ia diasuh oleh Martha, yang kelak menjadi penghubungnya pada dunia lain.
Hidup Mary berubah ketika menemukan sebuah taman rahasia dan perjumpaannya dengan Dickon juga Colin. Sebelum pindah ke Inggris, Mary adalah gadis cilik berwajah muram dan berbadan lemah. Aktivitasnya hanya di dalam kamar, melamun, dan tidak banyak bergerak. Setelah mengenal tanaman, hewan, Dicon, dan beberapa orang di rumah pamannya, ia berubah. Gadis itu menjadi lebih ceria, gemuk dan bahagia. Beragam pesan membanjiri isi buku. Tetapi, dari kesemua pesan tersebut, yang ingin dinukilkan adalah pola interaksi antara manusia dan alam yang dibangun dalam cerita.
Buku mengisahkan pepohonan, bunga-bunga, hewan, tanah, angin, dan cahaya matahari. Anak mengenal makhluk hidup selain manusia melalui bacaan. Pengenalan bisa sampai pada pengertian bahwa alam adalah teman yang ramah dan mesti disayangi.
Misalnya di beberapa kutipan, Burnet menggambarkan tanaman tak ubahnya seperti manusia: “Di kebun bunga sana, di dalam tanah yang gelap terjadi kehidupan baru. Akar-akar bergerak. Sinar matahari menghangatkan mereka.” Hal serupa juga ditemukan dalam penggambaran hewan. Para binatang dikisahkan memiliki perasaan, kehidupan, dan kasih sayang selayaknya manusia: “Menurut pendapat Mary, murai itu tampak lebih tampan dari biasanya. Dadanya yang merah mengkilap seperti kain satin dan ia mengepakkan sayap serta menggoyangkan ekor dan memiringkan kepalanya sambil melompat-lompat dengan gerakan yang sangat luwes… dan memandang Ben Weatherstaff dengan penuh perhatian.”
Tumbuhan dan hewan digambarkan melampaui sekadar makhluk hidup yang biasanya ditempatkan sebagai objek, tetapi dalam buku Burnett, alam diposisikan sebagai subjek yang punya hak kehidupan.
Kita mempercayai bahwa kesan-kesan masa kecil yang pernah menyentuh kehidupan seseorang akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan kepribadiannya saat menginjak dewasa. Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (1986) menguraikan besarnya pengaruh pendidikan anak dalam pembentukan diri : “Pembentukan watak dan jiwa individu banyak dipengaruhi oleh pengalamannya ketika sebagai anak-anak.” Aktivitas pada masa anak-menjadi kunci pembentukan individu di masa depan.
Mengenalkan anak-anak pada alam memberi rasa optimis akan lahirnya orang dewasa yang mengerti arti alam sebagai teman bukan sebagai objek yang bisa dieksploitasi. Perkenalan itu sangat efektif dilakukan melalui buku-buku bergambar lalu cerita. Anak akan merasa tidak digurui dan diperintah untuk bersahabat dengan alam. Kebenaran ditemukan melalui imajinasinya.