Di tengah pandemi Covid-19 yang terus menjalar ke mana-mana, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengeluarkan keputusan kontroversial, yakni memasukkan dua buah yayasan milik korporasi besar Sampoerna Foundation dan Tanoto Foundation sebagai calon penerima dana hibah Program Organisasi Penggerak yang nilainya 20 M setahun.
Keputusan ini dinilai mengiris rasa keadailan. Sebab itu, Muhammadiyah dan NU mundur dari program unggulan Kemendikbud itu. Ketua Komisi X Saiful Huda juga mempertanyakannya. Saiful Huda mengungkapkan kejanggalannya dua yayasan dari korporasi perusahaan raksasa bisa menerima anggaran dari pemerintah untuk menyelenggarakan pelatihan guru.
“Kami tidak memungkiri jika program organisasi penggerak bisa diikuti oleh siapapun yang memenuhi persyaratan. Kendati demikian harus digarisbawahi bahwa program organisasi penggerak juga merupakan upaya untuk melakukan pemberdayaan masyarakat khususnya yang bergerak di bidang Pendidikan,” jelas Huda dalam rilisnya.
Sementara itu, seorang pejabat yang belum lama dilantik menjadi Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menjadi bahwan perbincangan di banyak grup WA. Siapa nama pejabat itu?
Tak lain adalah Iwan Syahril. Dia dilantik tanggal 8 Mei 2020 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebelum memegang jabatan penting ini, Iwan adalah staf khusus Menteri Nadiem. “Pada bulan Oktober 2019, Iwan bergabung ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Staf Khusus Menteri Bidang Pembelajaran membantu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim,” seperti ditulis dalam Wikipedia. Posisi ini juga diberitakan oleh msn.com. Saluran itu mengutip akun LinkedIn Iwan Syahril.
Masih menurut Wikipedia, Iwan Syahril yang lahir di Padang 23 Oktober 1976 itu ikut merancang kurikulum SDGs Leadership Academy dan menjadi anggota Dewan Penasehat Teknis, Tanoto Foundation, Jakarta.
Terkait jejaknya di Sampoerna Foundation, Wikepedia –bersumber dari Johanna, Rosalina, dkk (2012). Peluang dan Tantangan Pendidikan Abad 21. Jakarta: STKIP Kebangkitan Nasional-Sampoerna School of Education. hlm. 113.– menulis seperti ini:
“Iwan berkarier sebagai dosen di Universitas Siswa Bangsa Internasional atau sering dikenal Universitas Sampoerna. Iwan juga ikut terlibat dalam beberapa program pelatihan guru yang dilakukan Putera Sampoerna Foundation di berbagai daerah di Indonesia. Iwan pernah menjabat sebagai Koordinator Ilmu-Ilmu Pendidikan, Koordinator Pusat Pembelajaran, Pengajaran dan Pengembangan Kurikulum, Direktur Penelitian Kelembagaan dan Penjaminan Mutu, dan Dekan Fakultas Pendidikan. Bersama beberapa rekan dosen di kampusnya, ia pernah menulis buku Peluang dan Tantangan Pendidikan Abad 21.”
Seorang sumber yang tidak mau disebut namanya mensinyalir konflik kepentingan dalam keputusan itu tinggi sekali. “Agak susah menghilangkan jejak Iwan Syahril dari Menteri Nadiem Makarim. Proses dia menjabat Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan juga cepat sekali, di masa orang konsen ke wabah yang menghantui kita pula. Ini janggal sekali,” kata sumber tersebut.
Masuk akal jika akademisi senior Fachry Ali menyorot langsung Nadiem Makarim, sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Fachry menulis di Facebook dengan nada tinggi:
“Sementara Sampurna Foundation dan Tanoto Foundation baru lahir beberapa ‘menit’ lalu —untuk ukuran masa panjang pengabdian Muhammadiyah dan NU mencerdaskan anak2 bangsa. Ironi orang tak mengerti masa lalu. Saya perintahkan Menteri Pendidikan belajar sejarah!!!!”