
Berita duka cita siang ini datang dari Vatikan. Pemimpin tertinggi gereja katolik Roma, Paus Fransiskus, menghembuskan nafas terakhir pada usia 88 tahun. Dirawat sejak pertengahan Februari lalu, pihak Vatikan menyampaikan Paus meninggal dunia akibat sakit paru-paru kronis.
Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan duka mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus. Bagi Menag, Paus Fransiskus adalah salah satu sahabat dekatnya.
“Saya mengucapkan duka sedalam-dalamnya atas wafatnya Paus Fransiskus. Jasa dan persahabatan beliau tidak bisa kita lupakan. Tentu doa kita semoga yang mulia mendapat tempat yang layak di sisi-Nya sesuai dengan kebajikan yang telah dilakukannya,” ungkap Menag di Jakarta, Senin (21/4).
Menag Nasaruddin dan Paus Fransiskus dikenal sebagai dua tokoh yang memiliki jalinan persahabatan. Selaku Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Nasarurudin Umar menandatangani Deklarasi Istiqlal pada 5 September 2024. Dalam kesempatan itu, Prof Nasaruddin Umar menyampaikan kepada Paus Fransiskus bahwa Masjid Istiqlal adalah rumah besar bagi kemanusiaan.
“Baru saja (Paus Fransiskus) mengunjungi Indonesia, termasuk mengunjungi Masjid Istiqlal dan memberikan pernyataan bersama yang sangat mengglobal. Semoga kerja sama kita, Indonesia dan Vatikan, serta wasiat yang telah dirintis Paus Fransiskus dapat kita tindaklanjuti sebagaimana yang telah disepakati,” sambung Menag Nasaruddin.
Kepada umat Katolik yang telah ditinggalkan Paus Fransiskus, Menag berpesan untuk bersabar dalam menghadapi cobaan.
“Sekali lagi kami semuanya, keluarga besar Kementerian Agama dan segenap warga bangsa Indonesia mengucapkan turut berduka cita sedalam-dalamnya atas wafatnya Paus Fransiskus,” tutupnya.
Sementara publik Indonesia belum melupakan kunjungan bersejarah Paus Vatikan ke-226, pada September 2024. Ia berada di Jakarta selama empat hari, sebelum bertolak ke Timor Leste dan Papua Nugini.
“Paus Fransiskus adalah pemimpin agama yang berhasil melampaui sekat-sekat agama itu sendiri. Beliau adalah pribadi sederhana yang bekerja untuk memanusiakan manusia. Selamat jalan, Pope Francis,” ungkap Purwo Handoko, warga muslim yang bermukim di Denpasar, Bali.
“Meski saya bukan penganut Katolik, saya berharap semoga nilai-nilai universal yang diperjuangkan Paus Fransiskus dapat terus menginspirasi banyak orang. Beliau adalah pemimpin yang progresif, peduli pada keadilan sosial, lingkungan hidup, dan inklusivitas. Kami ikut merasa kehilangan. Selamat jalan, Pope,” ungkap Diella Dachlan, seorang muslim pecinta sejarah asal Aceh.
Seruan Genjatan Senjata Gaza Pada Misa Paskah Terakhir
Setelah sembuh dari sakit, Paus menyampaikan pesan Paskah pada Minggu, 20 April 2025. Mengutip kantor berita Associated Press, Paus Fransiskus mendesak gencatan senjata di Gaza. Pesan tersebut dibacakan oleh seorang ajudannya, sedangkan Paus hanya muncul sebentar di balkon Basilika Santo Petrus.
Dokter menyarankan Paus untuk membatasi aktivitasnya, sehingga ia tidak memimpin Misa Paskah di Vatikan. Meski demikian, ia tetap tampil di penghujung acara untuk memberikan berkah Urbi et Orbi dan menyampaikan pesan perdamaian.
Dalam pesan Paskah tahun ini, Paus menggambarkan situasi di Gaza sebagai situasi yang dramatis dan memilukan. Dia mendesak Hamas untuk segera membebaskan semua sandera yang masih ditahan dan mengutuk peningkatan anti-Semitisme global yang mengkhawatirkan.
“Saya mengungkapkan kedekatan saya dengan penderitaan rakyat Israel dan Palestina. Saya mendesak semua pihak yang berkonflik untuk menghentikan perang, membebaskan para sandera, dan membantu orang-orang yang kelaparan demi masa depan yang damai.”
Sebelum dirawat di rumah sakit selama lima minggu karena pneumonia yang hampir merenggut nyawanya, Paus Fransiskus berulang kali mengkritik operasi militer Israel di Gaza. Januari lalu, dia menggambarkan situasi kemanusiaan di wilayah Palestina sebagai “sangat serius dan memalukan.”
Kini, pemimpin umat Katolik yang lembut hati itu telah berpulang ke keabadian. Namun pesan-pesan perdamaian untuk Gaza yang selalu digaungkannya di setiap misa akan dikenang umat manusia sedunia.