Pesantren menjadi salah satu institusi penting dalam melahirkan para wirausahawan muda, yang akan berkontribusi secara lebih nyata bagi kemajuan ekonomi negeri ini dan sekaligus ikut mengurangi bertambahnya jumlah pengangguran kaum terdidik, yang cenderung terus meningkat jumlahnya.
Sebagai salah satu institusi pendidikan di negeri ini, pesantren sudah barang tentu memikul tanggungjawab dalam ikut memastikan perjalanan nasib bangsa dan negara ini ke depan. Bagaimanapun, kemajuan dan keunggulan sebuah bangsa, di mana pun, tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan sektor pendidikannya.
Pendidikan menjadi salah satu aspek sangat krusial dalam membuat kita mampu mengerti, memahami dan mencari solusi-solusi yang mungkin atas pelbagai fenomena serta persoalan di sekeliling kita–serumit apa pun. Dengan demikian, idealnya setiap institusi pendidikan dituntut untuk selalu mampu menjawab tantangan dan persoalan zaman.
Sistem pendidikan yang baik dan andal bakal menelurkan generasi-generasi gemilang yang bakal menjadi pelopor dan motor penggerak kemajuan di pelbagai bidang. Tidak usah kita mengambil contoh terlalu jauh. Tengoklah negara-negara maju Asia macam Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Taiwan. Negara-negara tersebut sangat serius dalam merancang dan mengaplikasikan sistem pendidikan yang berkualitas prima bagi para warga negaranya. Mereka paham benar bahwa pendidikan adalah ujung tombak dalam mencetak sumber daya manusia berkualitas.
Sistem pendidikan yang berkualitas prima bukan cuma mampu melahirkan individu-individu yang pintar, tetapi juga mampu melahirkan individu-individu yang berkarakter. Secara sederhana, karakter dapat didefinisikan sebagai kualitas prima dalam diri individu yang sifatnya stabil yang menentukan perilaku individu bersangkutan dalam menghadapi berbagai situasi.
Di zaman globalisasi dan perdagangan bebas seperti sekarang ini, di mana arus tenaga kerja terampil bisa leluasa keluar-masuk antarnegara, kemungkinan direbutnya lapangan kerja kita oleh tenaga kerja asing bakal semakin besar.
Oleh sebab itu, institusi-institusi pendidikan kita, termasuk pesantren, mesti adaptif, mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Kurikulum mesti dirancang secara kekinian dan futuristik, sehingga senantiasa berorientasi ke masa kini dan masa depan.
Pada saat yang sama, program-program pelatihan, kursus, maupun magang harus pula menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum pendidikan, termasuk kurikulum pendidikan di pesantren. Dengan demikian, para lulusan pesantren kita tidak gagap tatkala mereka harus menghadapi kehidupan nyata dunia kerja.
Di sisi lain, program kewirausahaan di lingkungan pesantren juga perlu semakin digalakkan. Ini untuk menyiapkan calon-calon wirausahawan muda dari kalangan pesantren. Para lulusan pesantren tidak harus selalu bekerja di sebuah kantor atau perusahaan. Dengan kata lain, mereka sebenarnya dapat bekerja dengan jalan menciptakan usaha dan lapangan kerja sendiri.
Sangat minim
Meski menjadi salah satu negara dengan penduduk paling banyak di dunia, jumlah wirausahawan Indonesia masih sangat minim. Berdasarkan hitungan Kamar Dagang dan Industri Indonesia, jumlah wirausahawan Indonesia baru sekitar 2% dari seluruh penduduk Indonesia. Padahal, menurut Bank Dunia, setiap negara seharusnya memiliki jumlah wirausahawan minimal sebesar 4% dari jumlah penduduk. Dalam hal ini, Indonesia masih kalah dari negara tetangganya di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura. Di Malaysia, misalnya, jumlah wirausahawannya telah mencapai sekitar 6% dari jumlah penduduk, sementara di Singapura mencapai 7%.
Agar kita tidak semakin ketinggalan oleh negara-negara lain, spirit kewirausahaan tampaknya sangat perlu untuk terus ditumbuhkembangkan di kalangan kaum muda, termasuk di kalangan para santri, di Tanah Air kita. Pemerintah dan pihak swasta perlu terus bergandengan tangan membangun sinergi harmonis untuk mengkreasi program-program khusus kewirausahaan bagi para pemuda kita.
Sejauh ini, sudah ada sejumlah institusi yang secara rutin mengadakan pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang menyasar para santri, di beberapa daerah di negeri ini. Pelatihan-pelatihan seperti ini perlu semakin digalakkan dan cakupannya diperluas sehingga semakin banyak santri kita yang memperoleh kesempatan untuk mengembangkan bakat, keterampilan dan minatnya dalam dunia wirausaha. Setiap pesantren sebaiknya pula memiliki pusat inkubator bisnis sebagai wadah dalam mencetak wirausahawan-wirausahawan andal dari kalangan pesantren.
Akhirnya, semoga bakal semakin banyak lulusan pesantren kita yang terjun ke bidang kewirausahaan. Dengan begitu, mereka mampu berkontribusi lebih signifikan bagi kemajuan perekonomian negeri ini.