Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Ulama Banjar (56): KH. Mahfuz Amin

Kh. Mahfudz Amin

(L. 25 Mei 1916 / 23 Rajab 1334 H)

KH. Mahfuz Amin dilahirkan hari Senin malam tanggal 23 Rajab 1334 H di Desa Pamangkih, Kecamatan Labuan Amas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ayahnya H. M. Ramli Amin dan ibunya Hj. Sabariah, kemudian melahirkan delapan orang adik-adiknya yaitu Abdul Azis, Asnawi, Mahrum, Saubari, Halimi, Malihah, Rafiah, dan Zuhdi. Adapun Mahfuz Amin dibesarkan dan dididik di lingkungan keluarga yang religius Islami. Dalam usia sekitar enam tahunan, Mahfuz telah khatam belajar Al Qur’an dari ayahnya sendiri.

Ia hanya sempat belajar di Sekolah Rakyat (Vervolgschool) 2 tahun di Banua Kupang, Barabai. Sejak itu, ia tekun belajar sendiri dan mengaji pada orang tuanya dan juga pada H. Mukhtar di Negara. Isterinya berjumlah 5 (lima) orang, akan tetapi ia tak pernah berpoligami, Para isterinya tersebut adalah Siti Aminah, Hj. Saudah, Adawiah, Hj. Hamnah, dan Hj. Siti Fatimah.

Sekitar tahu 1938 ketika berusia lebih kurang 24 tahun, ia menunaikan ibadah haji ke Mekkah dan bermukim di sana selama 3 tahun untuk memperdalam ilmu agama pada beberapa ulama terkenal. Ia bercita-cita untuk mengembangkan ilmu yang telah ditimbanya di Tanah Suci itu kelak di kampung halamannya. Ia pulang ke tanah air pada tanggal 8 Oktober 1941, di saat perang dunia kedua berkobar. Situasi perang kedua itu berakibat kepada pelajar Indonesia yang bermukim di Mekkah. Banyak para pelajar kembali ke Tanah Air termasuk diantaranya KH. Mahfuz Amin.

Baca juga:  Imam Asy-Sya’rani dan Seni Menyikapi Perbedaan Fikih

KH. Mahfuz Amin tiba di kampung halamannya, ketika pemerintahan Hindia Belanda sedang mempersiapkan diri menghadapi serangan tentara Jepang. Kedatangannya di desa Pamangkih, tak lama setelah pendaratan tentara Jepang serta dalam suasana gegap gempitanya perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan.

Dalam suasana serba sulit KH. Mahfuz Amin tetap tegar melaksanakan misinya, yaitu mengembangkan pendidikan agama Islam. Dibawah kepemimpinannya warga desa Pamangkih berhasil mendirikan “Pondok Pesantren Ibnul Amin” pada tanggal 11 Me 1958 di desa tersebut. Usahanya tersebut mendapat dukungan sejumlah ulama dan tokoh masyarakat, diantaranya adalah Tuan Guru H. Abdulmajid, H. ramli, H. Umar, H. Mukhtar, Rustam, Efendi, dan beberapa yang lainnya.

Pada awalnya pesantren ini hanya didikuti 17 orang santri, namun setelah dibangun Pesantren Putri tahun 1975, kini telah ribuan santri yang ikut menimba ilmu di Pesantren Ibnul Amin.Dari sinilah santri-santri ditempa sehingga berhasil menjadi pemimpin masyarakat, terutama dalam bidang keagamaan.

Beliau tidak hanya dikenal sebagai tokoh yang mendirikan Pondok Pesantren Ibnul Amin di Pamangkih, akan tetapi juga salah satu bentuk perhatian beliau pada sekolah umum juga diperhatikannya ketika menjadi pelopor pendirian Sekolah Rakyat di Pamangkih yang beberapa waktu kemudian dinegerikan oleh pemerintah. Ini semua dilakukannya, karena sulit mendapatkan sekolah di desa sendiri, kalaupun ada sekolah berarti harus ke desa yang lain yang cukup jauh. H. Mahfuz Amin berpulang ke rahmatullah pada tanggal 21 Mei 1995 bertepatan 21 Zulhijjah 1415 H dan jenazahnya dimakamkan di pemakaman Umum di Pamangkih, Kecamatan Labuan Amas Utara, Babupaten Hulu Sungai Tengah.[1]

Baca juga:  Murid-Murid Imam Syafi’i (1): Ahmad bin Hanbal, Anak Didik Sang Imam, Pendiri Mazhab Hanabilah

[1] Disunting dari buku Mutiara Nusantara Seri Kalimantan

[1]Berdasarkan konversi https://adrian.web.id/convert/

 

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
3
Ingin Tahu
1
Senang
2
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top