Pimpinan Yayasan Al-Fachriyah Tangerang, Banten, Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan menuturkan berbagai cara untuk menghadapi musibah, bala, dan ujian seperti pandemi Covid-19 saat ini. Di antaranya adalah tetap berpikir positif dan tidak boleh pesimis.
“Hal paling penting kalau kita menghadapi musibah, ujian, penyakit adalah positif thinking (berpikir positif). Tetap berprasangka baik kepada Allah dan jangan pesimis. Pesimis itu yang bikin sakit,” kata Habib Jindan dalam acara Istighatsah dan Doa Bersama yang diadakan secara virtual oleh Management PT Telkomsel dan Majelis Telkomsel Taqwa (MTT), Jumat (30/7/2021) lalu.
Menurutnya, dari sepuluh bagian yang menjadi unsur kesembuhan seseorang, sembilan di antaranya adalah berpikiran yang positif atau berprasangka baik kepada Allah. Sedangkan satu bagian yang lain adalah obat-obatan atau pengobatan secara medis.
Habib Jindan kemudian menjelaskan tentang adab menjenguk orang sakit sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad yakni untuk membangkitkan optimisme kepada orang yang sedang sakit.
“Kamu tidak kenapa-kenapa insyaallah ini mensucikan engkau, jadi bersih dan sehat. Itu penyakit menghapus dosa, mengangkat derajat, membuat doa kita dikabulkan Allah. Tidak sedikit juga, penyakit yang mendatangkan rezeki,” tutur Habib Jindan memaknai ucapan Nabi Muhammad ketika menjenguk seorang yang sedang sakit.
Lebih lanjut, Habib Jindan menegaskan bahwa tidak ada yang bisa menolong umat manusia dari musibah dan penyakit kecuali Allah. Ia menganjurkan umat Islam untuk memprioritaskan ikhtiar batin dengan memohon pertolongan kepada Allah, tetapi tanpa meninggalkan ikhtiar yang bersifat lahiriah.
“Tapi ikhtiar batin harus lebih kita pedulikan dan harus kita yakini karena memang lebih ampuh. Apabila kita ketahui bahwa musibah datang dari Allah, maka tidak ada yang bisa menolak, mencabut, bala musibah ini kecuali Allah,” tegas Habib Jindan.
“Masalahnya bagaimana caranya agar Allah mau mengangkat bala ini, agar Allah mau menyembuhkan kita dan menolong kita. Allah berfirman menceritakan tentang ucapan Nabi Ibrahim: idza maridhtu fa huwa isyfin. Kalau saya sakit cuma Allah yang bisa menyembuhkan,” tambahnya.
Ditegaskan, musibah yang datang tak lain bertujuan agar menguji umat manusia untuk senantiasa berbuat baik supaya disukai Allah. Menurutnya, jika seseorang sedang berada dalam musibah maka pilihan pertama adalah merujuk Allah, sebelum melakukan hal-hal lain.
“Ujian dari Allah ini (bertujuan) untuk membuat hubungan kita dengan Allah semakin mesra, untuk membuat hubungan kita makin dekat kepada Allah, untuk membuat kita makin yakin kepada Allah,” katanya.
Habib Jindan menegaskan bahwa Allah tidak pernah menelantarkan dan mengecewakan manusia yang sedang mengalami musibah. Sebab selama hidup hingga berpuluh-puluh tahun telah terdapat ribuan tantangan, cobaan, musibah, dan masalah tetapi manusia selalu saja berhasil lolos berkat pertolongan Allah.
“Mestinya setelah terbukti ribuan kali urusan kita baik-baik saja, kita makin yakin dan percaya pada Allah bukan malah mengganti solusi, jangan. Harus kita makin yakin kepada Allah, jangan tinggalkan perintah dan ajaran Allah, jangan tinggalkan apa yang disunnahkan Rasulullah,” tuturnya.
Dikatakan, semua orang yang hidup dunia pasti pernah ditimpa musibah. Setiap manusia pun pasti sudah memiliki anggota keluarga yang sudah tidak lengkap atau telah wafat. Baik itu ibunya, anak, kakak, sepupu, adik, nenek, saudara, dan kakeknya. Semua orang yang memiliki keluarga pasti pernah terkena musibah yang terasa sangat menyedihkan.
“Siapa di antara keluarga yang tidak pernah sakit? Pasti kalau tidak kita yang sakit, anak kita pernah sakit. Kalau mau dihitung berapa jumlah sakit kita? Terlalu banyak, tidak bisa dihitung,” kata Habib Jindan.
“Tapi kalau mau dihitung berapa jumlah sehat kita? Masyaallah jumlah sehat kita jauh masih lebih banyak dibandingkan sakit kita. Kenyang kita masih lebih banyak dibandingkan lapar kita, alhamdulillah nikmat dari Allah yang selalu menjaga, menolong, membantu kita,” pungkasnya.