Akhir-akhir ini istilah revolusi industri 4.0 banyak menghiasi media masa maupun media sosial. Ada yang berpendapat dengan era disrupsi atau situasi pergerakan industri yang tidak lagi linier. Bahkan berlangsung sangat cepat dan cenderung berbeda dengan pola tatanan lama serta cenderung membentuk sebuah pola tatanan baru. Sebagai catatan bahwa revolusi industri telah terjadi lima kali. Pertama dengan penemuan mesin uap/mechanical, kedua penemuan listrik/electrical, ketiga penggunaan koputer/komputerisasi, keempat revolusi era digital/internet dan yang baru ini adalah era society/human centered.
Sebagai masyarakat awam, dampak dari revolusi industri 4.0 telah kita lihat dan juga rasakan. Belakangan ini, muncul bisnis baru dengan strategi yang lebih inovatif. Misalnya, GO-JEK sebuah perusahaan yang tidak mempunyai armada, namun mempunyai nilai valuasi tinggi dibandingkan Garuda. Juga munculnya Tokopedia, Shopee, merupakan ruang belanja online yang omsetnya miliyaran rupiah dan mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat seluruh Indonesia. Fenomena serupa juga terjadi di dalam dunia perbankan. Beberapa profesi seperti teller bank, analis kredit, agen asuransi, resepsionis akan hilang dan digantikan dengan ponsel pintar. Akibatnya, berdampak pula dalam tatanan sosial masyarakat.
Pada awal-awal tahun 2019, secara mengejutkan Jepang meluncurkan roadmap yang lebih humanis, dikenal dengan era society 5.0 yang merupakan tatanan masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Dalam hal ini era society 5.0 ditekankan pada perlunya keseimbangan pencapaian ekonomi dengan penyelesaian problem sosial.
Sebagian ada yang menyebutkan era society 5.0 dengan sebutan revolusi industri 5.0 yang ditandai dengan kecerdasan artifisial dan virtual. Dengan meningkatnya konektivitas, interaksi semakin tidak terbatas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, tentu berimbas pada berbagai sektor kehidupan. Salah satunya yaitu berdampak terhadap sistem pendidikan Nasional Indonesia. Perubahan ini tidak dapat dihindari oleh siapapun, sehingga sangat dibutuhkan penyiapan sumber daya manusia yang memadai agar siap menyesuaikan dan mampu bersaing dalam skala global. Kunci dalam peningkatan SDM tersebut adalah melalui jalur pendidikan nasional mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga perguruan tinggi.
Keberhasilan suatu negara dalam mengahadapi revolusi industri 5.0, turut ditentukan oleh kualitas dari pendidik terutama sorang guru. Para guru harus mampu menguasai keahlian, kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan global. Dengan demikian diperlukan pendidikan yang mampu membentuk generasi kreatif, inovatif, dan kompetitif. Hal tersebut dapat tercapai salah satunya dengan cara mongoptimalkan penggunaan teknologi sebagai alat bantu pendidikan yang diharapkan mampu menghasilkan output yang mampu mengubah zaman menjadi lebih baik. Dan juga pendidikan di Indonesia perlu meningkatkan kualitas lulusan yang lebih baik.
Pendidikan era 5.0 merupakan respon terhadap kebutuhan revolusi industri 5.0 yang mana manusia dan teknologi diselaraskan untuk menciptakan peluang-peluang baru yang lebih kreatif dan solutif. Dalam pendidikan, peran guru sangat vital, karena berperan dalam membentuk perilaku santri sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Ditambah semakin mudahnya dalam mengakses informasi digital, santri harus mampu memfilter mana yang dirasa bermanfaat dan mana saja yang dirasa berbahaya bagi dirinya. Untuk itu pendampingan kepada santri menjadi sangat penting dalam membangun kemandirian dalam belajar santri. Pendampingan menjadi dasar bagi keberhasilan pendidikan santri, sehingga menuntut guru untuk menjadi pendidik sekaligus fasilitator yang akan membimbing santri dalam menjalani proses belajar.
Semakin gencarnya perkembangan teknologi di Indonesia bahkan menjangkau daerah pelosok tak menutup kemungkinan akan berimbas pada dunia pendidikan di masa kini dan juga masa depan. Namun terkadang tidak kita sadari bahwa semakin canggihnya teknologi digital yang menjadi sasaran adalah generasi milenial bangsa, sehingga menyebabkan semakin merosotnya moral dan akhlak yang dimiliki anak bangsa.
Dengan demikian pendidikan akhlak sangat dibutuhkan di masa kini dan masa yang akan datang. Selain teknologi yang digunakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan Nasional Indonesia, pendidikan akhlak juga sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan moral yang perlahan mulai terkikis dengan adanya pengaruh dunia luar. Konsep ini sesuai dengan era society 5.0 yang berusaha menyeimbangkan dan menyelaraskan antara kemajuan teknologi dengan kemampuan manusia yang merupakan pelaku utamnya.
Adanya pendidikan membuat seseorang dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan mempunyai kecerdasan. Sedangkan akhlak merupakan tingkah laku seseorang yang didorong sebuah keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Seorang dikatakan berkhlak apabila perilakunya yang baik tersebut timbul dengan sendirinya dengan didorong oleh motivasi dari dalam dirinya tanpa banyak pertimbangan ataupun terpaksa untuk berbuat. Karena keterpaksaan bukan merupakan cerminan dari akhlak.
Dalam dunia pendidikan, akhlak yang mulia merupakan titik awal dalam mencapai pendidikan yang sukses. Salah satu tujuan adanya pendidikan adalah menjadikan manusia bermoral serta berakhlak yang mulia. Akhlak menjadi suatu hal yang harus dimiliki oleh manusia agar memiliki hubungan yang baik terhadap sesama manusia, juga kepada Allah sebagai pencipta. Seperti dalam nyanyian Indonesia Raya, “bangunlah jiwanya bangunlah badannya”, dengan ini membangun pendidikan yang lebih mengutamakan jiwa dan akhlak yang mulia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pendidikan akhlak sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Jika manusia tidak memiliki akhlak bisa saja mereka seperti hewan. Oleh karena hewan hidup dengan bebas tanpa aturan dan tanpa memperdulikan lingkungan sekitar. Begitu juga di era society 5.0 zaman canggih serba teknologi digital dan internet seperti sekarang, akhlak mampu berperan dalam mengontrol diri agar tidak terjerumus dalam kebinasaan. Seperti rasulullah yang diutus di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam;
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
Artinya; “Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad) diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Al Baihaqi)
Memandang begitu pentingnya pendidikan akhlak zaman sekarang ini untuk memperbaiki moral anak bangsa, maka peran lembaga pendidikan juga diperlukan untuk menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik bagi santri. Karena jika masalah pendidikan akhlak ini tidak diperhatikan dengan baik, maka pendidikan hanya akan membawa seseorang dalam kehancuran. Sehingga terjadi perilaku saling merendahkan, saling mencela dan saling menjatuhkan satu sama lainnya.
Dalam mengahdapi era 5.0 maka pendidikan nasional, ada lembaga formal, nonformal dan informal. Dalam hal ini sekolah yang menjadi lembaga formal yang berfungsi dalam menyeimbangkan antara ilmu pengetahuan dan akhlak kepada santrinya. Maka guru mempunyai kewajiban untuk menanamkan nilai-nilai akhlak kepada santrinya. Di sinilah guru berperan dalam membentuk kepribadian dan perilaku santri sesuai dengan agama dan budaya yang baik. Guru harus mempunyai rasa kasih sayang terhadap santrinya. Guru dapat memberikan pendidikan akhlak melalui berbagai hal, baik saat pelajaran sedang berlangsung maupun di luar jam pelajaran. Selain itu yang lebih penting adalah guru dapat memberikan suri tauladan bagi santri-santrinya dengan cara mengajak dan mengamalkan perbuatan yang terpuji.
Dalam bingkai pendidikan nasional dalam menghadapi era society 5.0, pemerintahlah yang bertugas menyeimbangkan pendidikan moral dan fisik anak. Pelajaran-pelajaran yang menuntun mereka pada budi pekerti yang baik perlu diperbanyak dalam sebuah lembaga pendidikan. Juga perlu ditekankan bahwa Indonesia merupakan negara yang berpegang teguh pada norma, sikap, dan nilai-nilai dalam kehidupan sosialnya, sehingga rasa saling tolong menolong, bahu membahu, saling menghormati, tenggang rasa, dan ramah tamah harus tertancap pada kepribadian masing-masing santri, maka sistem pendidikan di Indonesia akan menghasilkan generasi anak bangsa yang kompetitif dan berperilaku positif.