Sedang Membaca
Teknologi Semakin Maju, Tantangan Jurnalis Masih Sama
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Teknologi Semakin Maju, Tantangan Jurnalis Masih Sama

WORLD PRESS FREEDOM DAY 2025

Di tengah-tengah kehadiran Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan dan merosotnya pamor media arus utama, ‘musuh’ para jurnalis di mana-mana ternyata masih sama: penguasa negara dan para loyalisnya.

Siniar ‘Bocor Alus Politik’ yang digawangi oleh enam jurnalis Tempo usianya belum sampai dua tahun. Jumlah episode per 3 Mei 2025 mencapai 125. Publik menikmati siniar ini karena menyajikan banyak cerita di balik berita. Belakangan, pihak Tempo mengaku beberapa kali mendapat teror, yang terparah adalah paket berisi kepala babi yang ditujukan kepada salah satu host, Fransisca.  Disusul kemudian dengan paket berisi enam ekor tikus tanpa kepala.

Kritik, sindiran, makian dan umpatan tentu hal yang lumrah ditujukan kepada jurnalis, karena itu semua adalah resiko pekerjaan. Tapi ketika kiriman paket-paket tersebut disertai ancaman, tentu ini menjadi peringatan yang sangat perlu diwaspadai. Teror kepada satu jurnalis adalah ancaman bagi semua awak media.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dalam perayaan Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025, menyatakan kebebasan pers di Indonesia memburuk. Serangan fisik dan ancaman verbal dan digital kepada jurnalis adalah pengaduan yang paling banyak diterima AJI sepanjang 2024-2025, termasuk pada saat meliput Hari Buruh Internasional, 1 Mei lalu.

Hingga 3 Mei 2025, AJI mencatat 38 kasus kekerasan menimpa jurnalis Indonesia. Dalam dua hari di awal Mei sudah tercatat dua kasus kekerasan jurnalis. Adapun pada April 2025 tercatat 8 kasus, dan tertinggi pada Maret, yaitu 14 kasus. Temuan yang terdata di awal tahun 2025 ini selaras dengan hasil studi AJI pada Maret 2025, yang menunjukkan bahwa 75,1 persen jurnalis di Indonesia pernah mengalami kekerasan, baik fisik maupun digital. Laporan ini didasarkan pada survei terhadap 2.020 jurnalis di Indonesia.

Baca juga:  Cara Habib Husein Ja’far Mengenalkan Gagasan Pribumisasi Islam kepada Milenial, Seperti Apa?

Meningkatnya kasus kekerasan jurnalis dan intimidasi yang mempengaruhi kebebasan pers juga tercermin dalam Laporan World Press Freedom Index 2025 yang dirilis Reporters Without Borders (RSF) pada 2 Mei lalu. Tahun ini, indeks kebebasan pers di Indonesia merosot hingga ke posisi 127 dari 180 negara. Pada 2024, Indonesia berada di peringkat 111 di dunia, dan pada 2023 di peringkat ke-108.

PERANG DAN KEBIJAKAN NON-DEMOKRATIS ANCAM JURNALIS BERTUBI-TUBI

Mengutip dari Al Jazeera, Persatuan Jurnalis Nasional Ukraina mengatakan bahwa 18 wartawan nasional dan asing tewas saat bertugas selama perang. Sebanyak 10 wartawan lainnya tewas akibat bom atau penembakan saat tidak bekerja. Lebih dari 80 karyawan media tewas saat bertugas di militer Ukraina. Data ini dihimpun hingga Maret 2025.

Sementara, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia di Wilayah Pendudukan Palestina, menyampaikan bahwa jumlah jurnalis Palestina yang menjadi target serangan Israel sejak Oktober 2023-Mei 2025 telah melebihi 200 orang.

Selain perang, ada kebijakan pemotongan dana, resesi global, dan ditambah kebijakan tarif oleh Trump yang ikut merugikan media di AS. Trump membekukan kegiatan Voice of America (VOA), berikut jaringan radio yang selama ini aktif menyuarakan demokrasi, kebebasan, dan transparansi, seperti Radio Free Europe/Radio Liberty (RFE/RL). Trump juga memangkas dana bantuan pembangunan luar negeri AS untuk mendukung media-media di luar negeri.

Baca juga:  BBPLK Serang Sumbang APD Bagi Tenaga Medis di Serang

Pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga pula” sangat tepat ditujukan kepada awak media saat ini. Jika sebelumnya Kecerdasan Buatan dianggap sebagai ancaman di era modern, maka kondisi saat ini menunjukkan betapa ancaman nyata justru datang dari pemerintah beserta loyalisnya, serta perekonomian global yang sedang carut marut.

Pembungkaman terhadap media di China atau Korea Utara sangat dapat dipahami karena sistem politik yang dianut. Namun, ketika sikap represif terhadap jurnalis masih terjadi di Indonesia dan AS yang demokratis, maka jangan-jangan bukan Kecerdasan Buatan yang mengancam keberlangsungan media, melainkan sikap pemerintah yang menolak media menjadi ‘anjing penjaga’ dan mitra pembangunan dan demokrasi.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top