Baru semalam (14 Feb 2021) saya mendiskusikan Kang Jalaluddin Rakhmat dengan Fu’ad Jabali. Disertasi Fu’ad Jabali yang briliant —yang versi bahasa Indonesianya diterbitkan Mizan— diberi pengantar kritis oleh Kang Jalal. Hari ini, melalui status facebook Ulil Abshar Abdalla, dapat berita mengejutkan tentang kepergian Kang Jalal.
Walau di Indonesia bertemu beberapa kali, pertemuan dan diskusi terlama saya dengan Kang Jalal adalah di the Australian National University (ANU) Canberra. Di bawah bimbingan Harold Crouch, Kang Jalal menulis disertasi di sana. Maka, kami akrab dan berdiskusi. Kang Jalal pernah memberitahu arti frasa dalam bahasa Arab kepada saya, yang saya tak mengerti, ketika memeriksa naskah konferensi Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA). Ia, bersama Rifqi Rosyad juga sering ke rumah di Hughes dan diskusi tentang kapitalisme-sosialisme bersama sastrawan gaek penulis ‘Atheis’ Achdijat Kartamihardja.
Ketika saya mengambil inisiatif konferensi tentang ‘Kritik dan Apresiasi kepada Indonesianis’, Kang Jalal menerima usulan saya untuk membahas karya-karya Harold Crouch. Sementara saya membahas karya-karya Herbert Feith. Chatib Basri saya usul membahas secara khusus ‘Indonesia: The Rise of Capital’ karya Richard Robison.
Sejak pulang ke Indonesia, saya tak pernah lagi bertemu Kang Jalal. Terakhir saya dengar ia menjadi anggota DPR.
Selamat jalan Kang Jalal.