
Sabtu kemarin (17/5) bertempat di Ballroom Grand Empire Pallace Hotel Lantai II di Surabaya. Forum Komunikasi Bu Nyai Nusantara Korwil Jatim yang tergabung dalam PW RMI – NU Jatim mengadakan halalbihalal dan silahturrahim bersama 400 ibu nyai yang tersebar di berbagai belahan pesantren di Jawa Timur. Acara ini juga dibarengi dengan ngaji kitab Irsyad Ad – Darisiin ilaa Ijma’ Mufassirin yang ditulis oleh Wakil Katib Syuriah PBNU, Dr. KH. M. Afifuddin Dimyathi, Lc, MA. Pada acara kali ini, kitab tersebut dikaji langsung bersama muallifnya dan disimak dengan khidmat oleh para bu nyai Nusantara se-Jawa Timur.
Banyak beberapa bu nyai yang kagum atas penjelasan dari KH. Afifudin Dimyathi atau yang kerap disapa dengan Gus Awis. Seperti Ny. Hj. Muslihah Umar, pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Huda Unit II, Krasak, Tegalsari, Banyuwangi, beliau mengungkapkan bahwa ternyata banyak sekali makna tersirat di dalam Al-Qur’an yang selama ini hanya kita ketahui sisi letterleck atau makna secara teks nya saja.
Begitupun dengan Ny. Dewi Latifah yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Darul Amien Putri, Gembolo, Purwodadi, Gambiran, Banyuwangi, beliau menuturkan kepada penulis bahwa ternyata terdapat banyak sekali sisi keindahan di dalam Al – Qur’an yang selama ini hanya kita simak maknanya secara tekstual atau hanya sebagai bahan muroja’ah para santri huffadz Al-Qur’an.
Sebelum kita dalami materi yang dipaparkan oleh Gus Awis, sedikit kami mengajak pembaca mengenal lebih dekat mengenai kitab Irsyad Ad Darisiin. Kitab ini membahas mengenai kesepakatan (ijma’) para mufassirin mengenai makna dan maksud ayat – ayat dalam Al-Qur’an yang sifatnya masih global (mujmal). Tentu hal tersebut perlu disinergikan agar tidak terjadi multi – tafsir oleh umat Islam di kemudian hari.
Dalam muqoddimahnya, Gus Awis memaparkan bahwa kitab yang beliau tulis lahir sebagai perangkat mahasiswa dan santri yang memiliki konsentrasi kajian di bidang ilmu Al-Qur’an (Ulumul Qur’an) tentunya dengan bahasa yang ringkas dan mudah dipahami. Tentu penulisan kitab ini disusun secara terstruktur dimulai dari surah Al – Fatihah s/d Surah At – Tiin. Dikarenakan hanya beberapa ayat saja yang sifatnya masih bersifat global dan terdapat kesepakatan antara para mufassirin mengenai makna hakiki yang terkandung dalam ayat tersebut.
Kembali ke acara tadi, dalam kajian kitab Irsyad Ad Darisiin ini. Gus Awis mengambil beberapa sample saja untuk menghemat waktu. Seperti di surah Al – Fatihah ayat 7, para ulama mufassir sepakat bahwa golongan yang dimurkai oleh Allah adalah golongan Yahudi dan golongan yang disesatkan oleh Allah adalah golongan Nashrani. Kemudian di surah Al-Baqarah, terdapat ayat yang menceritakan tentang kisah sujudnya para malaikat kepada Nabi Adam Alaihi Salam.
Nah, menurut para mufassir makna sujud yang dimaksud disini bukanlah berarti sujud menyembah, melainkan sebuah sikap malaikat yang membungkukkan diri guna menghormati Nabi Adam sebagai makhluk ciptaan Allah Azza wa jalla yang paling sempurna. Kemudian Gus Awis memaparkan mengapa beberapa huruf akhiran nun dan mim dibaca panjang ? beliau memaparkan agar supaya para pembaca Al – Qur’an tidaklah merasa bosan dan kedua huruf tersebut merupakan huruf dendangan dalam kaidah ilmu arudh.
Kemudian mengenai ayat –ayat talak, mengapa dalam kaidah tajwidnya dibaca qolqolah / memantul ? karena itu sebuah isyarat bahwa talak yang dimaksud oleh para mufassir disini talaknya masih bersifat raj’i (bisa kembali) bukan talak yang bersifat sharih (jelas). Karena mungkin saja jika Allah membolak balikkan hati suaminya, ia bisa rujuk kembali dengan istrinya.
Waba’du, demikianlah sekelumit dari apa yang dipaparkan oleh Gus Awis dalam pengajian kitab Irsyad Ad Darisiin karya beliau ini pada momen halalbihalal dan silaturrahim para bu Nyai Nusantara se – Jawa Timur yang tentunya melalui pengajian ini sedikit membuka wawasan para bu nyai yang tentunya mayoritas dari beliau – beliau merupakan huffadz Al-Qur’an. Wallahu a’lam.