
Rasulullah hidup pada zaman 570 sampai 632 M, yang bertepatan dengan periode filsafat abad pertengahan-sebuah era yang berlangsung dari abad ke-5 hingga ke-15 Masehi.
Namun demikian, kita menyaksikan bahwa beliau justru diutus di tengah-tengah masyarakat yang ummiy (buta huruf atau kurang cakap membaca-menulis), bukan di wilayah-wilayah yang dikenal sebagai pusat perkembangan pemikiran, peradaban, dan filsafat seperti Persia, Romawi, dan Yunani.
Mengapa demikian ?
Seorang ulama besar rujukan tingkat dunia, berdarah Turki, dan lulusan Universitas Al Azhar-Syekh Sa’id Ramadhan al-Buthi, menjelaskan dalam karyanya yang berjudul Fiqh as-Siirah an-Nabawiyyah, bahwa:
Hikmah ilahi (kebijaksanaan Tuhan) dari diutusnya Rasulullah Saw di lingkungan yang ummiy, belum tersentuh dan belum di jangkau suatu peradaban dan belum beredar suatu metodologi pemikiran dari ilmu-ilmu filsafat, karena dikhawatirkan adanya keraguan dari manusia jika seandainya Rasulullah seorang yang mempelajari dan menelaah buku-buku terdahulu, sejarah-sejarah umat terdahulu, dan peradaban negara-negara.
Juga dikhawatirkan adanya keraguan, jika dakwah Islamiyah muncul di tengah-tengah umat yang di dalamnya terdapat peradaban, kota, filsafat, dan sejarah yang kedudukannya tinggi dibanding yang lain, seperti Persia, Yunani, dan Romawi.
Dengan demikian, bisa jadi banyak orang-orang ragu yang tidak percaya, mengklaim bahwa risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah hasil dan adaptasi dari peradaban dan pemikiran falsafi sebelumnya yang baru muncul sebagai peradaban yang unik dan undang undang yang komprehensif.
Dalam surah Al-Jumu’ah ayat 2 Allah Swt berfirman:
هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ
“Dialah yang mengutus seorang Rasul (Nabi Muhammad) kepada kaum yang buta huruf dari (kalangan) mereka sendiri.”
Dan Allah menghendaki Rasulullah Saw ummiy, dan mayoritas orang orang yang didatangi Rasulullah pun ummiy, agar mukjizat kenabian dan syariat islamiah jelas di benak manusia tidak ada campur aduk tangan manusia yang berbeda-beda dan ini jelas merupakan rahmat bagi hamba hambanya. Dengan cara inilah Allah menjaga kemurnian islam. Wallahu a’lam.