Kementerian Agama RI melakukan sosialisasi program HSN 2022 dengan mengadakan Media Gathering (Konferensi Pers) sekaligus menjadi launching acara Hari Santri se-Indonesia, Kamis (13/10/22). Kementerian Agama mengundang sejumlah jurnalis awak media seluruh Indonesia. Dengan tema gathering “Ngobrolin Pesantren dengan Media”, acara tersebut dilaksanakan di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Jakarta Barat.
Dalam rangkaian acara launching, Pengasuh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, KH. Ahmad Mahrus Iskandar pada sambutannya, mengucapkan puji syukur kepada Allah karena kembali dipercaya sebagai tuan rumah setelah sebelumnya pada tahun 2019, Pesantren Asshiddiqiyah juga dipercaya sebagai tuan rumah Muktamar Pemikiran Santri Nusantara (MPSN).
“Alhamdulillah, Pesantren kami dipercaya untuk menjadi tempat gathering lagi setelah sebelumnya pada tahun 2019 MPSN juga digelar di Pesantren Asshiddiqiyah. Dengan tema yang identik dengan kalangan santri yaitu berakhlakul karimah sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad Saw”, Jelas Kiai Mahrus.
Dalam acara launching tersebut, Stafsus Menag Bidang Image Building dan Pengembang IT, Wibowo Prasetyo menjelaskan tema hari santri pada tahun 2022 yaitu “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan”. Ia mengatakan alasan pemilihan tema tersebut bertujuan sebagai langkah positif santri untuk berdaya dan berkiprah di bidang apapun.
“Tema hari santri ini adalah Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan. Kita tahu santri adalah pilar penting peradaban manusia khususnya di Indonesia. Kita tidak bisa membayangkan Indonesia tanpa santri, Kiai, Ulama. Kemerdekaan Indonesia adalah berkat santri. Bagaimana santri menjadi bagian peradaban dari umat manusia, ini yang menjadi konsen untuk tema hari santri kali ini. Berdaya itu menunjukan bahwa santri mampu berkiprah di mana saja. Artinya santri bisa berperan sebagai apa saja. Kita tahu Wakil Presiden kita dari kalangan santri, yang paling dekat Menteri Agama, Gus Yaqut Cholil Qoumas juga dari santri. Bahkan ahli IT banyak dari kalangan santri”, tutur Stafsus Kemenag Wibowo Prasetyo .
“Dalam rangkaian Hari Santri ini, Gus Menteri Agama juga berpesan agar bagaimana melibatkan masyarakat luas untuk bisa memperingati dan menjadi bagian hari santri secara menyeluruh. Pada puncak hari santri seluruh tokoh umat beragama akan diundang untuk merayakan hari santri bersama. Hal ini juga bertujuan agar apa yang digelorakan oleh Menteri Agama yaitu wujud moderasi beragama bisa tercapai. Dengan harapan kedepannya kita akan bisa bekerja sama tanpa memandang latar belakang agamanya”, jelas Stafsus Kemenag Wibowo Prasetyo.
Lebih lanjut, Wibowo juga berpesan agar media tidak mudah mengaitkan beberapa kasus yang terjadi belakangan di pesantren sehingga menimbulkan citra buruk pesantren. Ia menjelaskan bahwa kejadian yang terjadi belakangan di lingkungan pesantren tak ubahnya tidak akan bisa merusak keluarbiasaan pesantren.
“Kepada seluruh media agar tidak mudah mengaitkan satu-dua kasus yang terjadi belakangan melibatkan pesantren di dalamnya seperti bullying, kekerasan dan kasus lainnya sehingga image pesantren menjadi buruk. Itu adalah kasus yang sangat sedikit sekali dibanding jumlah sekian ribu pesantren. Kejadian yang terjadi belakangan kebanyakan malah merupakan pesantren yang tidak terdata dalam kemenag. Keluarbiasaan pesantren tidak akan runtuh dengan hanya peristiwa di beberapa pesantren itu”, imbuh Stafsus Kemenag itu.
Di akhir penjelasannya ia menegaskan bahwa pendidikan madrasah saat ini menjadi pilihan utama dan terdepan dalam pendidikan di Indonesia.
“Saya juga hendak menyampaikan kepada media bahwa semangat orang tua untuk memasukkan anaknya ke pesantren sangat tinggi sekali. Artinya lembaga pendidikan madrasah menjadi pilihan utama untuk menitipkan anaknya. Acara ini juga bisa menjadi medium untuk menggali keunggulan-keunggulan madrasah. Pondok pesantren bisa menjadi pondasi pembangunan untuk bangsa Indonesia kedepannya”, pungkas Pak Wibowo panjang lebar.
Pada sesi selanjutnya, Ditpontren, Waryono Abdul Ghafur menjelaskan agenda rangkaian yang akan dilaksanakan pada tahun 2022.
“Kegiatan hari santri tahun ini dirangkai dengan beberapa acara: Pertama, Kongres digitalisasi aksara Pegon. Aksara Pegon adalah salah satu warisan budaya yang murni dari kalangan pesantren yang belakangan ini karena modernisasi jarang dikenal. Karena aksara pegon ini memiliki banyak ragam, maka dalam kongres digitalisasi aksara pegon, salah satu output dari kegiatan ini adalah menstandarisasi penulisan pegon.
Kedua, sebagaimana sebelumnya kami masih menjaga dan merawatnya, yaitu menguatkan pemikiran santri dengan call of paper untuk kalangan pesantren. Dengan mengumpulkan berbagai isu dan gagasan dari kalangan alumni, santri pondok pesantren. Di antaranya isu pesantren masa depan, isu lingkungan dalam pesantren.
Ketiga, layanan cek kesehatan gratis. Salah satu program direktorat pendidikan pesantren adalah program beasiswa berprestasi di mana yang mengecek ini nantinya adalah dokter-dokter santri alumni PBSB.
Keempat, sertifikasi halal. Dalam rangkaian hari santri ini kami akan buka stand yang ditujukan untuk masyarakat yang produknya ingin disertifikasi halal.
Kelima, mayoran santri. Kami akan memberikan makan gratis kepada masyarakat sepanjang rangkaian hari santri hingga hari puncak santri”, jelas Pak Wiryono.
Dalam kesempatan tersebut juga, Juru Bicara Kemenag, Maryana Hasbie menjelaskan pentingnya menjadikan hari santri menjadi hari bersama. Ia mengatakan bahwa tujuannya di antaranya ialah untuk mengenang jasa santri yang menjadi bagian pejuang kemerdekaan Indonesia.
“Mengapa hari santri menjadi hari kita semua. Kita tahu para pejuang kemerdekaan di Indonesia banyak dari kalangan santri. Santri punya peran besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Dengan hari santri ini kita menempatkan kembali posisi santri di tengah. Juga posisi pendidikan pesantren pun sangat dibutuhkan karena pesantren tidak hanya mengajarkan hal duniawi. Melainkan banyak nilai kehidupan di dalamnya”, tutur Jubir Kemenag itu.
Ia juga menjelaskan alasan pentingnya menjadikan hari santri dirasakan dan dimiliki oleh seluruh masyakat dikarenakan agar ketika suatu waktu terjadi hal-hal yang tidak diharapkan terjadi, masyarakat dan pesantren dapat bekerja sama menemukan solusinya.
“Diharapkan hari santri dirasakan dan dimiliki oleh kita semua. Karena kalau kita menjadikan hari santri milik bersama maka kita akan bisa mencari solusi bersama-sama. Misalnya kasus kekerasan yang terjadi belakangan di kalangan pesantren, kalau kita saling menyalahkan maka tidak akan selesai. Yang ada baik pesantren maupun masyarakat akan saling menutup diri”, pungkasnya.