Ziarah kubur merupakan salah satu tradisi di Indonesia yang masih dilestarikan khususnya oleh warga Nadhliyyin. Ziarah kubur yakni mengunjungi makam orang tua, anak, kerabat atau bahkan para ulama. Kunjungan ini bukan sekadar mengunjungi saja, namun berisi lantunan kalimat thoyyibah serta lantunan ayat suci al-Quran.
Selepas itu menyiramkan air serta bunga di atas makam tersebut. Istilah lain yang lazim digunakan untuk kegiatan ini yaitu nyekar. Hal ini biasa dilakukan rutinan mingguan atau tahunan. Setiap minggunya, hari Jumat biasa dipilih untuk ziarah. Adapun untuk tahunan biasa dilakukan ketika menjelang bulan Ramadhan, menjelang hari raya Idulfitri atau saat Idulfitri.
Tradisi ini masih lestari sebab beberapa keutamaan didapat dari ziarah kubur. Meskipun di awal kenabian, nabi melarang ziarah kubur sebab keimanan pada zaman itu masih lemah. Nabi takut jika hal itu menyebabkan umatnya musyrik atau meratapi di atas kubur. Namun, perlahan Nabi SAW memperbolehkan semata untuk mendoakan ahli kubur. Berikut ini beberapa sebab ziarah kubur masih tetap lestari.
Membahagiakan ahli kubur dan tetangga kuburnya. Meski jasadnya telah menyatu dengan tanah, namun rohnya masih ada. Dengan kehadiran kerabat di makam, meskipun secara jasad tidak ada pertemuan antara ahli kubur dan kerabat namun secara ruh akan bertemu. Ketika ada kerabat yang mengunjungi makan, ahli kubur akan ada di antara mereka secara ghaib. Ahli kubur akan merasa bahagia dengan kunjungan tersebut. Tak hanya bagi ahli kubur yang dikunjungi, tetangga kuburnya pun ikut merasa bahagia.
Orang di kuburan tidak membutuhkan harta dunia, hanya butuh doa, permohonan ampunan serta shodaqoh. Kunjungan ke makan bukan hanya sekedar mengunjungi, namun terselip doa-doa yang ditujukan kepada ahli kubur. Sebab bukan lagi harta yang dibutuhkan, namun doa dan ampunan bagi ahli kubur yang kini diperlukan. Selain itu amal-amal baik yang dikhususkan bagi ahli kubur pun dapat meringankan siksa kuburnya. Amalan tersebut bisa berupa shadaqoh jariyah dalam bentuk apapun. Dari doa dan shadaqoh dari anak akan menjadi cahaya yang agung bagi orang tua di alam kubur. Sudah kita ketahui secara fisik makam yang berada di tanah tanpa penerangan pasti akan gelap, sempit dan pengap. Namun hal tersebut bisa dikurangi oleh doa serta shadaqoh anak yang dikhususkan bagi orang tua yang telah meninggal.
Bacaan fatihah yang dihadiahkan pada umat akan menyebabkan ganjaran bagi pengirim dan akan dibangunkan rumah di surga lengkap dengan pemandangannya. Selain sangat bermanfaat bagi ahli kubur, pengirim pun tidak dirugikan sama sekali. Allah berbuat adil dan tidak membiarkan hambanya kembali dengan tangan kosong setelah berbuat baik. Salah satu bacaan yang seringkali diulang ketika ziarah, yakni surat al-Fatihah, akan dibalas dengan dibangunkan rumah di surga bagi sang pengirim.
Bacaan tasbih merupakan kalimat thayyibah yang tidak terlewat ketika ziarah kubur. Membaca tasbih lebih utama dari memiliki kerajaan Nabi Sulaiman, karena kerajaan akan hancur sedangkan bacaan tasbih akan tetap pada tuannya dan memberi manfaat di hari kiamat. Seperti halnya amalan lain, bacaan tasbih juga memberikan manfaat jangka panjang bagi yang membacanya. Bacaan ini menjadi penolong pembacanya di hari kiamat kelak.
Sebab shalawat di depan makam, siksa ahli kubur akan diangkat. Di penghujung rangkaian doa, biasanya diakhiri dengan shalawat nabi. Shalawat menjadi satu-satunya amalan yang tidak akan hilang pahalanya meskipun diiringi dengan penyakit hati seperti sombong, riya, dan lain-lain. Pahalanya tidak akan hilang. Pun ketika ziarah, shalawat di depan makam dapat mengangkat siksa kubur bagi ahli kubur. Selain bermanfaat bagi diri sendiri, ahli kubur pun juga mendapatkan manfaat dari bacaan shalawat.
Ziarah kubur lekat dengan menyiramkan air dan aneka ragam bunga dan dedaunan. Hal ini pun tidak dilakukan dengan tanpa dasar keilmuan. Air yang disiramkan ke tanah makam akan meredam hawa panas akibat siksa kubur dan ahli kubur merasakan sensasi kesegaran dari air tersebut. Bunga dan dedaunan yang ditaburkan pun tidak hanya sebagai hiasan. Namun lantaran bunga dan dedaunan akan memintakan ampunan bagi ahli kubur selagi bunga dan dedaunan itu belum kering. Sebab tumbuhan senantiasa bertasbih kepada Allah selagi belum kering.
Sebab itulah ziarah kubur tidak luntur oleh perkembangan iptek dan pergantian generasi. Tradisi ini diturunkan dari generasi ke generasi sehingga sampailah di era kita masih bisa merasakan tradisi tersebut. Hal ini disebabkan karena ziarah kubur tidak memiliki sisi negative atau kerugiannya. Selain sebagai cara untuk mengirim doa, kita juga mendapat keutamaan-keutamaan meski bacaan itu dikhususkan untuk ahli kubur.