Sedang Membaca
Kisah Lucu Pelawak Kirun diajak Ziarah oleh Gus Dur
Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Kisah Lucu Pelawak Kirun diajak Ziarah oleh Gus Dur

Maxresdefault

Dalam rangka memperingati Haul Gus Dur yang kesepuluh di Wonosobo, Kirun, Pelawak asal Jawa Timur menjadi salah satu pembicara. Abah Kirun menceritakan pengalamannya bersama Gus Dur. Salah satunya tentang ziarah.

Kirun mengatakan sering diajak ziarah oleh Gus Dur malam-malam di makam dan petilasan wali yang wingit. Ada banyak makam yang pernah didatangi Gus Dur dan Kirun seperti pesarena Kebo Kenongo, di Alas Purwo Banyuwangi, Joko Tingkir, di lereng Gunung Sindoro Sumbing dan tempat-tempa lain.

Suatu saat Kirun bertanya kepada Gus Dur. “Gus, kita ini kenapa toh kok sering datang ke tempat-tempat seperti ini. Kita ini cari apa to, Gus? Iya njenengan bisa berkomunikasi dengan mereka. Lha aku?”

“Cari teman. Teman yang sudah mati itu kadang bisa jadi teman yang lebih baik dari pada dengan yang sudah hidup. Orang mati tidak membahas politik, tidak menjelekkan orang lain.”

Kirun membatin dan membalas jawaban Gus Dur dengan guyonan biar tertawa.

“Lha makanya tadi saya ketemu Kuntilanak, Gus.”

“Dimana?” tanya Gus Dur.

“ Dia mainan hp di atas kuburan, Gus.”

“Lha terus bagaimana?”

“Saya tanyai dia, Gus. Eh Kuntilanak kok kamu mainan hp di atas kuburan.””

“Jawab apa dia?” tanya Gus Dur.

Baca juga:  Sabilus Salikin (150): Ajaran Tarekat Syathariyah (1)

“Iya, Pak. Saya kalau mainan di bawah kuburan tidak ada sinyal. Jadinya saya main hp di sini.”

Pada waktu itu jawaban Gus Dur atas pertanyaan Kirun memang tidak serius. Hingga suatu ketika, menurut penuturan Kirun, suatu hari, selang bebera bulan Gus Dur menjelaskan mengapa sering mengajak Kirun ziarah.

“Suatu saat saya dituturi Gus Dur.” Kata Kirun kepada jamaah.

“Mas, Kirun. Sampean itu ndak usah bingung-bingung. Saya suka mendatangi petilasan dan kuburan itu ada maksudnya.

“Maksudnya nopo, Gus?” tanya Kirun.

“Maksudnya itu begini. Sebenarnya petilasan dan kuburan itu sudah didatangi orang. Kalau nanti saya datang ke sana, biasanya yang datang menjadi semakin banyak. Ritual-ritual yang menyimpang dari ajaran Islam itu bisa hilang. Biar ndak keliru arah. Karena yang mendatangi semakin banyak. Biasanya akan membutuhkan tempat salat. Kalau sudah begitu biasanya akan dibangun mushalla atau masjid yang bisa dipakai untuk salat.”

“Oh. Begitu.”

“Nah, selanjutnya biasanya kalau sudah didatangi banyak orang, akan ada banyak masyarakat sekitar yang biasanya berjualan, baik berjualan kopi, teh, makanan dan lainnya sehingga bisa memperbaiki perekonomian masyarakat sekitar. Akhirnya tempat-tempat itu bukan hanya digunakan untuk ziarah tetapi juga bisa mendatangkan rezeki bagi masyarakat sekitar.”

Baca juga:  Inilah Kisah Habib atau Keturunan Nabi di Iran

Betapa pemikiran ekonomi kerakyatan Gus Dur ini riil benar-benar bermanfaat. Jika petilasan dan kuburan didatangi orang karena untuk ziarah saja, oleh Gus Dur juga dimanfaatkan untuk perekonomian masyarakat. Hal ini bisa dilihat di lokasi-lokasi peziarah yang rata-rata memiliki mushalla dan masjid. Selain itu juga keramaian para peziarah bisa mendatangkan keuntungan bagi masyarakat sekitar. Bukan hanya di makam Walisongo melainkan juga makam-makam wali dan ulama yang awalnya jarang didatangi orang. Kalau tidak percaya, bisa dibuktikan sendiri dengan berziarah. (RM)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
3
Ingin Tahu
0
Senang
2
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top